Agar Ibadah Kembali
Terasa Nikmat
Sudah dua bulan lamanya saya merasa ibada saya tak lagi
nikmat, yang biasanya khusyuk dan nikmat, namun bulan bulan ini terasa hambar..
mungkin rekan-rekan juga pernah mengalaminya.
Nah, Pada kesempatan kali ini mari kita sedikit muhasabah
dan instrospeksi diri agar ibadah yang sebenarnya nikmat bisa kita rasakan lagi
nikmatnya, bahkan dapat melampaui nikmatnya ibadah yang telah kita rasakan.
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya..
Amma Ba’du.
Di antara anugrah Allah kepada hambaNya adalah kelezatan
dalam beribdah, yang aku maksudkan adalah apa yang dirasakan oleh seorang
muslim dari ketenangan jiwa dan kebahagian kalbu, lapang dada dalam menjalankan
beribadah, dan kelezatan yang dirasakan oleh seorang hamba akan berbeda-beda tergantung
pada kekuatan dan kelemahan iman seseorang. Allah SWT berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. QS. Al-Nahl: 97
Seyogyanya
bagi seorang muslim untuk berusaha semaksimal mungkian agar dirinya bisa
merasakan kelezatan dalam beribadah. Nabi saw bersabda kepada Bilal:
“Bangkitlah wahai Bilal dan tenangkanlah kita dengan shalat”, karena beliau
merasakan kelezatan dan kebahagian hati yang tinggi padanya, dan Nabi saw
memanjangkan shalat malam sebagai bukti atas yang dirasakannya berupa
ketenangan dan kebahagiaan bermunajat kepada Allah. Dan kebenaran perkara ini
telah disebutkan di dalam firman Allah swt. Allah swt berfirman:
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk”, QS. Al-Baqarah: 45
Dan Mu’adz
bin Jabal menangis pada saat kematiannya dan ditanyakan kepadanya perihal
tersebut, dia menjawab: Aku hanya menangis karena akan meninggalkan kehausan
saat meninggalkan kelezatan makanan dan berkumpul besama para ulama pada
halaqah-halaqah zikir.
Ibnu
Taimiyah rahimhullah berkata: Sesungguhnya di dalam dunia ini ada surga di mana
jika seseorang tidak memasukinya maka dia tidak akan bisa memasuki surga
akherat”.
Seorang
ulama salaf berkata: Orang-orang miskin penghuni dunia adalah orang yang keluar
meninggalkan dunia sementara dia tidak merasakan kelezatan apa yang ada
padanya, dikatakan kepadanya: Apakah yang paling lezat di dunia ini?. Dia
menjawab: Mencintai Allah dan mengenalNya serta berdzikir kepadaNya atau yang
serupa dengannya”.
Dan Nabi
saw menjelaskan bahwa ketaatan itu memiliki kelezatan yang bisa dirasakan oleh
orang yang beriman.
Dari Anas
ra bahwa Nabi saw bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang
maka dia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan RasulNya lebih dicintainya
dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci
kembali kepada kekpuruan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api
neraka”.
Di dalam
sebuah riwayat disebutkan: Orang yang dicampakkan ke dalam api lebih disukainya
daripada kembali kepada Yahudi atau Nashrani”.
Di antara
cara meraih kelezatan di dalam beribadah adalah:
1. Berusaha
semaksimal mungkin untuk selalu taat kepada Allah sehingga dia terbiasa dan
senang dengannya. Terkadang jiwa ini menjauh pada ppermulaan langkah mengawali
usaha namun jika dia tetap telaten mengencangkan lengan bajunya, dan dia
memiliki keinginan yang tinggi maka dia insyallah akan mendapatkannya. Maka
urusan ini menuntut kesabaran dan kekuatan menanggung derita. Allah swt
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung. QS. Ali Imron: 200.
Allah swt
berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
QS. Thaha: 132
Dari
Fudholah bin Ubaidillah ra bahwa Nabi saw bersabda: Mujahid yang sebenarnya
adalah orang yang berjihad melan hawa nafsunya karena Allah”.
Seorang
ulama salaf berkata: Aku senantiasa mengarahkan jiwaku agar beribadah kepada
Allah padahal dia menangis dan mengeluh, sehingga aku tetap mengarahkannya
sementara dia telah tersenyum (menikmati ibadah).
Ibnu R ajab
berkata: Ketahuilah bahwa jiwamu itu bagai tungganganmu, jika dia mengetahui
dirimu sedang bersemangat maka diapun bersemangat dan jika dia mengetahui bahwa
dirimu sedang merasakan kemalasan maka dia menuntut darimu dan meminta bagian
istirahat memenuhi syahwat”.
Seorang
penyair berkata:
Aku akan
menundukkan kesulitan dengan mudah atau asaku tercapai Sebab tidaklah
angan-angan itu tunduk kecuali kepada orang yang sabar.
2. Menjauhi
dosa baik yang kecil atau besar. Sesungguhnya kemaksiatan adalah dinding yang
menghalangi seseorang merasakan kelezatan beribadah, karena dia melahirkan
kekerasan hati, kekasaran dan kegersangan jiwa. Sebagian ulama salaf berkata:
Allah tidak menghantam seseorang dengan siksa yang lebih besar dari pada hati
yang kasar”.
Ibnul
Qoyyim rahimullah berakata: Setiap kali dosa-dosa menumpuk maka kegelisahan
akan meningkat, dan kehidupan yang paling pahit adalah kehidupan orang yang
dihantui rasa gelisah dan takut dan hidup yang paling indah adalah kehidupan
orang yang tenang, seandainya orang yang berakal melihat dan membandingkan
kelezatan bermaksiat, dan apa-apa yang diakibatkannya dari rasa takut dan
gelisah, maka di sanalah dia menyadari keburukan keadaannya dan ketertipuannya,
yaitu pada saat seseorang telah menggadai ketanangan kemanan dan kemanisan
beribadah dengan kegelisahan maksiat dan apa-apa yang dilahirkannya dari sifat
rasa takut dan bahaya yang diakibatkannya”.
Syaikhul
Islam rahimhullah berkata: Jika engkau tidak mendapatkan suatu pekerjaan tidak
mendatangkan ketenangan di dalam hatimu dan kelapangan bagi dadamu maka
hendaklah engkau mewaspadainya, sebab Allah Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha
Bersyukur, yaitu Dia pasti memberikan balasan bagi amal hambaNya yang telah
dikerjakannya di dunia memberikan rasa lezat di dalam hatinya, kekuatan dan
kelapangan serta kesenangan dan jika dia tidak mendapatkan hal tersebut berarti
amal itu telah bercampur dengan sesuatu yang lain”.
Supyan
ATsauri berkata: Aku tercegah mengerjakan bangun malam akibat suatu dosa yang
pernah aku lakukan”.
Wuhaib bin
Al-Ward ditanya: kapankah seseorang kehilangan kelezatan beribadah?. Apabila
dia terjemabab dalam kemaksiatan atau setelah dia selesai menjalankannya?. Dia
menjawab: Seseorang akan kehilangan lezatnya beribadah pada saat dia ingin
melakukan maksiat.
3.
Meninggalkan makanan, minuman dan pembicaran serta pandangan yang berlebihan,
maka cukup bagi seorang muslim untuk memakan makanan dan meminum minuman yang
bisa membantunya menunaikan ibadah dan amalnya, maka janganlah dia makan dan
minum secara berlebihan. Allah swt berfirman:
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ
تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“…makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. QS. Al-A’raf: 31
Dari Miqdad
bin Ma’di Kari bra bahwa Nabi saw bersabda: Tidaklah seorang anak Adam mengisi
sebuah bejana yang lebih buruk dari perutnya, maka cukup bagi anak Adam
beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, namun jika hal itu mesti
dilakukan maka hendaklah dia mengisi sepertiga untuk makanannya, sepertiga
untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya”.
Seorang
ulama salaf berkata: Ketenangan hati pada sedikitnya dosa dan ketenangan perut
pada sedikitnya makanan dan ketenangan lisa pada sedikitnya berbicara. Dan aku
mengakhiri dengan perakataan Ibnul Qoyyim rahimhullah di mana berkata:
Janganlah engkau menyangka bahwa firman Allah yang mengatakan:
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي
نَعِيمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
Sesungguhnya
orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh
kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam
neraka. QS. Al-Infithar: 13-14)) khusus terjadi pada hari kebangkitan semata,
namun mereka mendapat kenikmatan pada tidak fase kehidupan dan mereka yang lain
mendapat siksa neraka jahim pada tiga fase kehidupan, kelezatan dan kenikmatan
apakah di dunia ini selain baiknya hati dan kelapangan dada, ma’rifat kepada
Allah serta mencintaiNya dan beramal sesuai dengan apa yang dikehendakiNya, dan
bukankah kehidupan yang sebenarnya itu kecuali kehidupan hati yang sehat? Allah
swt telah memuji Nabi Ibrahim alaihis salam karena hatinya yang selamat. Allah
swt berfirman:
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ
لَإِبْرَاهِيمَ إِذْ جَاء رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan
sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika
ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. QS. Al-Shoffat: 83-84
Allah
menceritakan tentang hati di dalam firmanNya:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ
وَلَا بَنُونَإِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di
hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih, QS. Al-Syu’ara’: 88-89
Dan hati
yang selamat adalah hati yang selamat dari kesyirikan, rasa dengki, hasad, iri,
pelit, sombong dan ambisi terhadap dunia dan jabatan. Dia selamat dari segala
bencana yang menjauhkannya dari Allah, dan selamat dari segala syubhat yang
bertenentangan dengan apa diberitakan olehNya, dan selamat dari syahwat yang
melawan perintahNya, selamat dari segala keinginan yang menyaingi kehendakNya,
selamat dari segala sesuatu yang memutusakannya dari Allah, hati yang selamat
ini berada dalam surga yang disegerakan di dunia ini, mendapat kenikmatan di
dalam alam Barzakh dan kenikmatan pada hari pembalasan”.
4.
Hendaklah seorang hamba merasakan bahwa ibadah yang dilakukannya ini, baik
shalat, puasa, haji dan shadaqah adalah sebagai waujud ketaatan dirinya kepada
Allah dan guna mengharap keredahaan Allah, dan ibadah ini sebagai perbuatan
yang disenangi oleh Allah dan diridahiNya dan ibadah inilah yang akan
mendekatkan dirinya kepada Allah swt.
Diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi saw
bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi hambaKu maka
aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba
bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang
telah aku wajibkan baginya, dan hambaku senantisa beribadah kepadaku dengan
ibadah-ibadah yang sunnah sehingga aku mencintainya, maka jika aku mencintainya
maka aku menjadi pendengaran yang dipergunakannya untuk mendengar, menjadi
pandangannya yang dipergunakannya untuk melihat, menjadi tangannya yang
dipergunakan untuk memegang, dan menjadi kaki yang dipergunakan untuk
melangkah, jika dia meminta kepadaku niscaya aku mengasihinya dan jika meminta
ampun kepadaKu niscaya Aku akan mengampuninya dan jika dia berlindung denganKu
niscaya Aku pasti melindunginya, dan tidaklah aku pernah ragu melakukan sesuatu
seperti keraguan diriku mengambil nyawa seorang yang beriman, dia membenci
kematian dan Aku tidak suka berbuat buruk kepadanya”.
5.
Hendaklah seorang hamba menyadari bahwa semua ibadah yang dilakukannya ini
tidak sia-sia dan tidak akan menghilang, sebagaimana punahnya harta duniawi,
baik harta dan jabatan serta kelezatannya, bahkan seorang hamba akan merasakan
kelezatannya bahkan itulah yang paling dibutuhkannya, bahkan juga dia akan
mendapatkan buahnya di dunia selain dari apa yang akan disimpankannya baginya
oleh Allah di akherat dan itu adalah balasan yang paling mulia dan besar. Maka
barangsiapa yang menyadarinya niscya dia tidak akan menghiraukan jika gagal
meraih dunia dan merasa senang dengan ibadah yang telah dirasakan manisnya ini.
Allah swt berfirman:
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ
الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
Dan barang
siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia
tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula)
akan pengurangan haknya. QS. Thaha: 112
Diriwayatkan
oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Abbas bin Abdul Muththalib ra
bahwa Nabi saw bersabda: Orang yang akan merasakan ledzatnya keimanan adalah
orang yang rela Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad
sebagai Rasul utusan Allah”.
Di dalam
Ashahihaini dari hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:
Barangsiapa yang berinfaq dengan dua pasang di jalan Allah maka dia akan diseur
dari pintu surga: Wahai hamba Allah ini adalah lebih baik, maka barangsiapa
yang termsuk orang yang ahli shalat maka dia akan dipanggil dari pintu shalat,
dan barangsiapa yang termasuk ahli jihad maka dia akan dipanggil dari
pintu-pintu jihad, serta barangsiapa yang termasuk ahli puasa maka dia akan
diseur dari pintu Al-Rayyan, dan barangsiapa yang termasuk ahli shadaqah maka
dia akan dipanggil dari pintu shadaqah”.
Segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
Wallahua'lam..
0 komentar:
Posting Komentar