Ini 5 Ciri Orang yang Mendapatkan Hidayah
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seorang Muslim yang menegakkan
shalat lima waktu, sesungguhnya ia meminta hidayah 17 kali dalam sehari.
“Setiap kali membaca Surat Al-Fatihah, pada ayat keenam ia membaca “Ihdinash shirathal
mustaqim”, yang artinya “tunjukilah (berilah hidayah) kepada kami jalan yang
lurus,” kata Habib Abdurrahman Al-Habsy saat mengisi pengajian guru dan
karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina
Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (22/9).
Abdurrahman menambahkan, ada dua bentuk hidayah. Pertama,
hidayah bayan wal irsyad (penjelasan dan petunjuk). “Hidayah ini cenderung
dimiliki oleh para nabi dan rasul. Hidayah turun kepada mereka dan mereka punya
kewajiban menyampaikan dan menjelaskan hal tersebut kepada umat yang ada
bersama mereka pada saat itu,” ujarnya.
Kedua, hidayah taufiq. Ini adalah hidayah yang Allah
turunkan kepada hamba-hamba Allah, siapa saja, dengan syarat punya kemauan dan
kesungguhan untuk mendapatkan hidayah Allah. “Hidayah ini akan sampai kepada
seseorang manakala dia mau menjemputnya. Hanya hamba-hamba Allah yang punya
persiapan yang baik, punya keinginan yang baik dalam hidupnya, dan mau
berikhtiar sungguh-sungguh untuk menjemputnya, yang akan mendapatkan hidayah
taufiq,” tuturnya.
Lalu, apa kendaraan untuk menjemput hidayah taufiq
tersebut? Menurut Abdurrahman, ada dua kendaraannya, yakni Alquran dan Sunnah
Rasulullah SAW. “Hendaklah kita selalu mengakrabi Alquran, baik dengan cara
membacanya, memahaminya, mendalaminya dan mengamalkannya. Selain itu, pelajari
Sunnah Rasulullah SAW dengan sebaik mungkin, baik perkataan, perbuatan maupun
penetapan beliau,” paparnya.
Abdurrahman lalu mengungkapkan lima cirri orang yang
mendapat hidayah Allah. Pertama, ia merasakan mudah atau tidak berat
melaksanakan kewajiban (ketaatan) kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya.
“Termasuk di dalamnya tidak berat melaksanakan Tahajud, shalat fardhu berjamaah
dan ketaatan lainnya kepada Allah,” ujarnya.
Kedua, kalau mendengar nama Allah disebut cintanya kepada
Allah bertambah, hatinya bergetar.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah bergetar hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatnya
kepada mereka, bertambah (kuat) imannya, dan hanya kepada Tuhan mereka
bertawakal.” (QS Al-Anfal: 2)
Ketiga, senantiasa istiqamah/ konsisten. Artinya
berpegang teguh pada nilai-nilai keimanan yang dimiliki. “Barangsiapa yang
berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.” (QS Ali 'Imran: 101)
Keempat, rajin dan sungguh-sungguhn menghadiri
majelis-majelis ilmu, guna menambah perbendaharaan keilmuan dan keimanan kepada
Allah dan Rasul-Nya. “Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (iImu) beberapa
derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
Kelima, hidupnya bermahkotakan rasa malu. Baik malu
kepada Allah maupun makhluk Allah.
Abdurrahman mengatakan, banyak sekali hadits Rasulullah yang
menegaskan pentingnya sifat malu (haya’).
Salah satu di antaranya, “Malu itu sebagian dari iman.” Hadits lainnya,
“Jika kamu tidak punya rasa malu, silakan lakukan sesuka hatimu.” “Malu dan
iman itu ibarat saudara kembar. Orang yang beriman pasti punya rasa malu.”
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu, kecuali kebaikan.”
0 komentar:
Posting Komentar