Kamis, 15 Februari 2018

700 Kali Lipat Balasan, Orientasikan Sedekah sebagai Ibadah

700 Kali Lipat Balasan, Orientasikan Sedekah sebagai Ibadah

Bersedekah dan berinfak merupakan salah satu perintah di dalam Islam. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan sesuatu, bukan berarti tanpa alasan. Banyak hikmah dan fadilah yang didapat dengan mengerjakannya. Termasuk di dalam bersedekah dan berinfak.

Diriwayatkan dalam penggalan hadis dari Imam Muslim mengatakan,”maa naqasad sadaqatan min maal”. Artinya, sedekah itu tidak mengurangi harta. Dari sana, Ahmad Mudzoffar Jufri berusaha meluruskan pemahaman dan konsepsi masyarakat yang beroreintesi pada materialistis.

“Dimana jika seseorang mengambil atau mengurangi hartanya untuk apapun termasuk bersedekah itu akan berkurang,” tutur Mudzoffar.

Sedekah Tidak Mengurangi Harta?

Menurutnya, dalam kaidah amal dan Islam khususunya berdasarkan yang terdapat di Al-Qur’an secara eksplisit pemikiran itu dibantah. Bagaimana harta itu tidak berkurang? Hal ini terjawab di Al-Qur’an, tepatnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 261.

Artinya, “Bahwa perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah SWT. Itu seperti satu biji yang tumbuh diperumpamakan tumbuh menjadi tujuh tangkai, dan di setiap tangkainya tumbuh 100 biji”.

Jika dihitung, lanjutnya, setiap melakukan kebaikan berarti kelak dilipatgandakan sebanyak 700 kali balasan. “Bahkan Allah menambahkannya lagi sesuai dengan janjinya, yang berbunyi ‘Allahu yudo’ifu liman yasya’. Artinya, Allah melipat-gandakankannya kepada yang Dia kehendaki,” ujar pria yang menamatkan S2-nya  di Imam Muhammad ibn Saud Islamic University, Madinah ini.

Selain itu, di lain ayat bersedekah juga disebutkan dengan istilah “al-Iqrab” yang berarti “memberikan pinjaman. Sedangkan bila diartikan ayatnya berbunyi, “Orang yang berinfak dan bersedah itu adalah orang yang memberikan pinjaman kepada Allah”.

Lalu diperjelas lagi, di dalam Surat Al-Baqoroh 245,” Barangsiapa yang memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan untuknya liputannya yang sangat banyak.”

“Dari sini kita ambil kesimpulan bahwa dari sini sedekah itu bukan berarti mengurangi zakat itu, akan tetapi justru menyuburkannya. Menyuburkannya dengan melipatgandakannya,” jelas Mudzoffar.

Belum lagi jika kita melihat dari beberapa riwayat hadis-hadis Rasulullah SAW. Salah satunya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, berbunyi artinya, “Tidak ada satu haripun, kecuali ada dua malaikat yang turun dan diutus oleh Allah SWT itu khusus hanya untuk berdoa. Salah seorang dari malaikat itu berdoa: ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak siapapun dia, hari ini pengganti”.

Adapun bagi manusia yang enggan bersedekah dan berinfaq dijelaskan masih di dalam hadis yang samaa, malaikat yang lainnya juga mendoakan bagi mereka. “Sementara yang lainnya berkebaikannya, ‘Ya Allah berikanlah kepada orang yang menahan diri dan tidak mau berinfak, adalah kekurangan , kepunahan dan kehilangan’.”

“Ini semuanya, adalah nilai-nilai dan makna-makna yang harus diyakini oleh orang Islam, dengan beramal dan bersedekah itu sangat luar biasa. Jadi di samping pahala, ada banyak fadilah-fadilah sekali yang didapatkan dengan bersedekah,” tambah Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma) Ma’had Ukhuwah Islamiyah, Surabaya ini.

Namun, dia menjelaskan, bagi orang yang bersedekah dan berinfak dengan harta tidak juga nantinya dibalas dengan harta pula. Meski, ada ungkapan umum yang mengatakan, ““Al-Jaza’ min jinsi-l-amal”. Artinya: bahwa balasan itu juga dari jenis amalnya. Akan tetapi, itu tidak mutlak .

Sedekah Transaksional

Fenomena yang saat ini terjadi banyak orang beramal saat ini dengan berorientasi transaksional. Maksudnya di sini, terkdang ada orang yang mendikte Allah. “Sehingga ketika orang bersedekah telur akan mendapatkan ayam, orang yang bersedekah ayam kan mendapatkan kambing, dan seterusnya,” paparnya

Padahal seharusnya, sambungnya, untuk mendapatkan  balasan yang dijanjikan Allah dari bersedekah dan berinfak, ada beberapa poin yang harus diperhatikan. Di antaranya, dengan diniati untuk ibadah.

“Yang saya ceritakan diatas itu, tidak ada suasana ibadah sama sekali. Pokoknya dia berpikiran kalau bersedekah sebesar ini, akan mendapatkan segini. Ini yang perlu diperhatikan. Meskipun di sana dia menggantungkan suatu harapan dan raja’, itu tidak masalah. Tapi di saat yang sama, serahkanlah kepada Allah,”jelas pria yang juga menjabat sebagai Dewan Pembinaan Yayasan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya.

Kita tidak  tahu apa yang direncanakan Allah. Mungkin yang kita inginkan saat ini, sebenarnya bukanlah yang kita butuhkan. Oleh karena itu, Allah mengetahui apa yang terbaik bagi setiap hamba-hamba-Nya. Sesuai dengan yang difirmankan Allah di penggalan ayat Al-Baqarah: 216, yang artinya “Sesungguhnya Allah yang lebih tahu, sementara kalian tidak tahu”.

“Jadi, kita di sini berharap, husnul dzon dan kita tawakal. Tawakal itu di sini kita menyerahkan keputusan pemberian Allah, kita yakin saja itu pasti berlipat, entah bentuknya apa dan dari mana datangnya. Jangan membatasi rahmat Allah, padahal  mungkin Allah tidak selalu membalas dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, dan mengganti dengan lainnya yang lebih baik,” ungkap Mudzoffar.

Selain itu, tetap diperlukan usaha dan ikhtiar yang menjadi jalan dan cara mendapatkan rezeki dan  balasan dan rezeki dari Allah. Tidak benar, jika kita meninggalkan keduanya.

Lebih lanjut lagi, Mudzoffar tidak memungkiri seorang bisa menjadi kaya dengan sedekah. Hal ini terbukti dari ulama-ulama terdahulu yang mana dia sering bersedekah, namun justru membuat harta kekayaannya bertambah.Hanya saja, dia menyebutkan ada tiga hal yang perlu dilakukan:

Seseorang harus meyakini dengan kebenaran ayat-ayat yang menjelaskan sedekah dan infak itu sebagai bentuk keimanan. “Artinya, Allah menjajikan seperti itu dan Rasulullah juga menjajanjikan seperti itu. Dan di sini untuk mendapatkan seperti yang dijanjikan, terelbih dahulu perlu diimani dan dipercaya, tanpa ada keraguan sedikit pun, “ ucapnya

Dipahami

Dia harus memahami cara bersedakah dan berinfak yang benar. Seperti halnya, sholat dan perlu memahami sholat yang dimaksudkan. Begitu pula dengan ibadah sedekah, perlu sesuai dengan kaidah yang diajarkan di dalam Al-Quran dan hadis.

Dipraktekan dengan benar

Sesorang melaksnakan itu tidak hanya transaksional, tetapi sebagai ibadah. “Sesuai dengan rambu-rambu dan yang kedua perlu ada keyakinan, pikiran positif (khusnuzzon), dan harapan (raja’) . Tapi di saat  yang sama, harus dibarengi dengan tawakal dan pasrahkan itu kepada Allah yang lebih tahu mana yang terbaik,” terang Mudzoffar.
Terlepas dari itu, Mudzoffar menambahkan masih ada hal lagi yang tidak kalah pentingnya, yakni mentalitas syukur dan sabar. Kedua hal ini berkaitan satu sama lain. Tidak mungkin orang itu syukur jika dia tidak sabar, sebaliknya orang yang sabar tidak mungkin tidak syukur. Dari sinilah, Allah akan memberikan balasan sebagaimana yang telah Dia janjikan. (faz)



0 komentar:

Posting Komentar