700 Kali Lipat Balasan, Orientasikan Sedekah sebagai
Ibadah
Bersedekah dan berinfak merupakan salah satu perintah di
dalam Islam. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan sesuatu, bukan
berarti tanpa alasan. Banyak hikmah dan fadilah yang didapat dengan
mengerjakannya. Termasuk di dalam bersedekah dan berinfak.
Diriwayatkan dalam penggalan hadis dari Imam Muslim
mengatakan,”maa naqasad sadaqatan min maal”. Artinya, sedekah itu tidak
mengurangi harta. Dari sana, Ahmad Mudzoffar Jufri berusaha meluruskan
pemahaman dan konsepsi masyarakat yang beroreintesi pada materialistis.
“Dimana jika seseorang mengambil atau mengurangi hartanya
untuk apapun termasuk bersedekah itu akan berkurang,” tutur Mudzoffar.
Sedekah Tidak Mengurangi Harta?
Menurutnya, dalam kaidah amal dan Islam khususunya
berdasarkan yang terdapat di Al-Qur’an secara eksplisit pemikiran itu dibantah.
Bagaimana harta itu tidak berkurang? Hal ini terjawab di Al-Qur’an, tepatnya
dalam Surat Al-Baqarah ayat 261.
Artinya, “Bahwa perumpamaan orang-orang yang menginfakkan
harta mereka di jalan Allah SWT. Itu seperti satu biji yang tumbuh
diperumpamakan tumbuh menjadi tujuh tangkai, dan di setiap tangkainya tumbuh
100 biji”.
Jika dihitung, lanjutnya, setiap melakukan kebaikan
berarti kelak dilipatgandakan sebanyak 700 kali balasan. “Bahkan Allah
menambahkannya lagi sesuai dengan janjinya, yang berbunyi ‘Allahu yudo’ifu
liman yasya’. Artinya, Allah melipat-gandakankannya kepada yang Dia kehendaki,”
ujar pria yang menamatkan S2-nya di Imam
Muhammad ibn Saud Islamic University, Madinah ini.
Selain itu, di lain ayat bersedekah juga disebutkan
dengan istilah “al-Iqrab” yang berarti “memberikan pinjaman. Sedangkan bila
diartikan ayatnya berbunyi, “Orang yang berinfak dan bersedah itu adalah orang
yang memberikan pinjaman kepada Allah”.
Lalu diperjelas lagi, di dalam Surat Al-Baqoroh 245,”
Barangsiapa yang memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan untuknya liputannya yang sangat banyak.”
“Dari sini kita ambil kesimpulan bahwa dari sini sedekah
itu bukan berarti mengurangi zakat itu, akan tetapi justru menyuburkannya.
Menyuburkannya dengan melipatgandakannya,” jelas Mudzoffar.
Belum lagi jika kita melihat dari beberapa riwayat
hadis-hadis Rasulullah SAW. Salah satunya seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, berbunyi artinya, “Tidak ada satu haripun, kecuali ada dua malaikat
yang turun dan diutus oleh Allah SWT itu khusus hanya untuk berdoa. Salah
seorang dari malaikat itu berdoa: ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak
siapapun dia, hari ini pengganti”.
Adapun bagi manusia yang enggan bersedekah dan berinfaq
dijelaskan masih di dalam hadis yang samaa, malaikat yang lainnya juga
mendoakan bagi mereka. “Sementara yang lainnya berkebaikannya, ‘Ya Allah
berikanlah kepada orang yang menahan diri dan tidak mau berinfak, adalah
kekurangan , kepunahan dan kehilangan’.”
“Ini semuanya, adalah nilai-nilai dan makna-makna yang
harus diyakini oleh orang Islam, dengan beramal dan bersedekah itu sangat luar
biasa. Jadi di samping pahala, ada banyak fadilah-fadilah sekali yang
didapatkan dengan bersedekah,” tambah Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma)
Ma’had Ukhuwah Islamiyah, Surabaya ini.
Namun, dia menjelaskan, bagi orang yang bersedekah dan
berinfak dengan harta tidak juga nantinya dibalas dengan harta pula. Meski, ada
ungkapan umum yang mengatakan, ““Al-Jaza’ min jinsi-l-amal”. Artinya: bahwa
balasan itu juga dari jenis amalnya. Akan tetapi, itu tidak mutlak .
Sedekah Transaksional
Fenomena yang saat ini terjadi banyak orang beramal saat
ini dengan berorientasi transaksional. Maksudnya di sini, terkdang ada orang
yang mendikte Allah. “Sehingga ketika orang bersedekah telur akan mendapatkan
ayam, orang yang bersedekah ayam kan mendapatkan kambing, dan seterusnya,”
paparnya
Padahal seharusnya, sambungnya, untuk mendapatkan balasan yang dijanjikan Allah dari bersedekah
dan berinfak, ada beberapa poin yang harus diperhatikan. Di antaranya, dengan
diniati untuk ibadah.
“Yang saya ceritakan diatas itu, tidak ada suasana ibadah
sama sekali. Pokoknya dia berpikiran kalau bersedekah sebesar ini, akan
mendapatkan segini. Ini yang perlu diperhatikan. Meskipun di sana dia
menggantungkan suatu harapan dan raja’, itu tidak masalah. Tapi di saat yang
sama, serahkanlah kepada Allah,”jelas pria yang juga menjabat sebagai Dewan
Pembinaan Yayasan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya.
Kita tidak tahu
apa yang direncanakan Allah. Mungkin yang kita inginkan saat ini, sebenarnya
bukanlah yang kita butuhkan. Oleh karena itu, Allah mengetahui apa yang terbaik
bagi setiap hamba-hamba-Nya. Sesuai dengan yang difirmankan Allah di penggalan
ayat Al-Baqarah: 216, yang artinya “Sesungguhnya Allah yang lebih tahu,
sementara kalian tidak tahu”.
“Jadi, kita di sini berharap, husnul dzon dan kita
tawakal. Tawakal itu di sini kita menyerahkan keputusan pemberian Allah, kita
yakin saja itu pasti berlipat, entah bentuknya apa dan dari mana datangnya.
Jangan membatasi rahmat Allah, padahal
mungkin Allah tidak selalu membalas dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan
yang kita harapkan, dan mengganti dengan lainnya yang lebih baik,” ungkap
Mudzoffar.
Selain itu, tetap diperlukan usaha dan ikhtiar yang
menjadi jalan dan cara mendapatkan rezeki dan
balasan dan rezeki dari Allah. Tidak benar, jika kita meninggalkan keduanya.
Lebih lanjut lagi, Mudzoffar tidak memungkiri seorang
bisa menjadi kaya dengan sedekah. Hal ini terbukti dari ulama-ulama terdahulu
yang mana dia sering bersedekah, namun justru membuat harta kekayaannya
bertambah.Hanya saja, dia menyebutkan ada tiga hal yang perlu dilakukan:
Seseorang harus meyakini dengan kebenaran ayat-ayat yang
menjelaskan sedekah dan infak itu sebagai bentuk keimanan. “Artinya, Allah
menjajikan seperti itu dan Rasulullah juga menjajanjikan seperti itu. Dan di
sini untuk mendapatkan seperti yang dijanjikan, terelbih dahulu perlu diimani
dan dipercaya, tanpa ada keraguan sedikit pun, “ ucapnya
Dipahami
Dia harus memahami cara bersedakah dan berinfak yang
benar. Seperti halnya, sholat dan perlu memahami sholat yang dimaksudkan. Begitu
pula dengan ibadah sedekah, perlu sesuai dengan kaidah yang diajarkan di dalam
Al-Quran dan hadis.
Dipraktekan dengan benar
Sesorang melaksnakan itu tidak hanya transaksional,
tetapi sebagai ibadah. “Sesuai dengan rambu-rambu dan yang kedua perlu ada
keyakinan, pikiran positif (khusnuzzon), dan harapan (raja’) . Tapi di
saat yang sama, harus dibarengi dengan
tawakal dan pasrahkan itu kepada Allah yang lebih tahu mana yang terbaik,”
terang Mudzoffar.
Terlepas dari itu, Mudzoffar menambahkan masih ada hal
lagi yang tidak kalah pentingnya, yakni mentalitas syukur dan sabar. Kedua hal
ini berkaitan satu sama lain. Tidak mungkin orang itu syukur jika dia tidak
sabar, sebaliknya orang yang sabar tidak mungkin tidak syukur. Dari sinilah,
Allah akan memberikan balasan sebagaimana yang telah Dia janjikan. (faz)
0 komentar:
Posting Komentar