Inilah Keajaiban Sedekah Membuat Rezeki Penuh Barokah
Sedekah bikin rezeki barokah, Keajaiban Sedekah“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di
waktu sempit.” (QS. Ali Imran 133-134)
Sahabat, sungguh aneh jika kita menelisik berbagai ayat
atau hadits mengenai sedekah. Tak ada ayat dan hadits yang menyatakan untuk
bersedekah di kala rezeki lapang saja. Justru kita dianjurkan menginfakkan
sedekah baik di kala mudah maupun susah. Bukankah hal ini terdengar aneh?
Bagaimana kita bisa bersedekah jika kebutuhan diri
sendiri saja tidak cukup? Apa maksudnya kita diminta bersedekah padahal kondisi
sendiri masih susah? Nah, ternyata di sinilah letak keajaiban sedekah.
Sahabat, sesungguhnya sedekah bisa membuat rezeki yang
sedikit sekalipun menjadi barokah, dalam artian membuat yang sedikit menjadi
cukup, yang sempit menjadi lapang.
“Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At Thalak: 7)
Dari ayat di atas jelas bahwa sekalipun dalam kondisi
sulit, kita diminta untuk menginfakkan harta. Salah satu contoh Sahabat
Rasulullah yang biasa bersedekah sekalipun dalam kondisi sempit dan bisa kita
jadikan pelajaran adalah kisah keluarga Ali bin Abi Thalib radiyallaahu ‘anhu,
yang ikhlas berbagi bahkan dalam kondisi mereka yang amat miris sekalipun.
Dikisahkan bahwa saat itu Hasan dan Husein, putra dari
Ali dan Fathimah, sedang jatuh sakit. Oleh karena itu, Ali, Fathimah, bahkan
juga kedua putranya bernazar untuk melakukan puasa karena Allah selama 3 hari
bila diberi kesembuhan atas penyakit yang diderita.
Allah pun mengabulkan nazar mereka. Hasan dan Husein
sembuh. Maka mereka sekeluarga pun berpuasa selama 3 hari untuk memenuhi nazar.
Pada hari pertama saat hendak berbuka, tak ada makanan untuk berbuka selain
sepotong roti. Namun saat mereka baru saja hendak melahapnya, tiba-tiba saja
terdengar suara orang yang mengucapkan salam dari balik pintu. Ali menjawab
salam kemudian bangkit untuk menemui orang tersebut.
Rupanya, ada seorang miskin yang menyatakan bahwa dirinya
sedang kelaparan karena sudah beberapa hari tidak makan apapun. Ia datang
memohon kemurahan hati Ali untuk memberinya sesuatu yang bisa mengisi perutnya.
Sungguh kondisi ini membuat Ali bimbang. Ia tahu bahwa keluarganya juga lapar
karena telah berpuasa seharian, akan tetapi orang yang berdiri di hadapannya
kini tentu jauh lebih kelaparan daripada keluarganya.
Ali pun masuk ke dalam. Ia sampaikan kondisi dan
penderitaan orang miskin tadi kepada Fathimah dan kedua putranya. Dengan hati
lapang, mereka semua sepakat rela memberikan sepotong roti yang hendak mereka
makan kepada orang miskin itu. Tinggallah mereka semua, hanya berbuka dengan
beberapa teguk air putih saja, dan pada malam harinya tertidur dengan kondisi
menahan lapar.
Pada hari kedua, juga pada saat berbuka, sekali lagi
hanya ada sepotong roti yang tersedia bagi keluarga Ali bin Abi Thalib. Roti
itu baru saja hendak masuk ke mulut mereka sebagai hidangan berbuka. Namun
terdengarlah ucapan salam dari mulut seorang bocah di balik pintu rumah. Ali
pun bangkit lalu pergi ke sumber suara. Di sana ia menjumpai seorang bocah yang
mengaku yatim dan berkata bahwa dirinya lapar karena ia tidak memiliki orang tua
yang memberinya makan.
Hati Ali terenyuh mendengarnya, namun ia sadar bahwa
keluarganya pun sedang dalam lapar. Akan tetapi begitu luar biasa keluarga Ali
bin Abi Thalib, bahkan roti yang hampir dilahap tadi, akhirnya diberikan kepada
bocah yatim yang malang itu. Malam kedua, mereka pun merasakan rasa lapar yang
bertambah berat.
Hari terakhir berpuasa untuk memenuhi nazar pun mereka
jalankan. Kondisi tubuh sudah semakin lemah. Perut melilit dan terasa perih.
Namun sedikit pun mereka tiada mengeluh, bahkan mereka berharap ganjaran pahala
berlebih dari Allah yang tiada pernah terpejam. Saat berbuka sudah menjelang,
sekali lagi hanya sepotong roti yang hendak mereka santap berlima. Kali itu,
pintu pun diketuk dan ucapan salam terdengar.
Hati mereka was-was karena sudah begitu lapar. Namun
sekali lagi Ali bangkit dan pergi ke luar. Di sana ia temui ada seorang tawanan
yang baru saja dilepaskan. Seperti tawanan lainnya, ia selalu disiksa dan tidak
diberi makan. Ia datang dengan perawakan kurus kering, wajah lusuh dan hampir
ambruk karena tidak bertenaga. Ali pun merasakan penderitaannya. Sejurus ia
pergi ke dalam, ia sampaikan kondisi manusia malang itu. Dengan sukarela mereka
sekeluarga mengikhlaskan roti yang hendak mereka santap. Malam itu pun mereka
lalui dengan rasa lapar yang makin menjadi.
Sungguh mengagumkan apa yang dilakukan oleh keluarga Ali
bin Abi Thalib dan Fathimah Az Zahra ini, mereka mampu mengekang keinginan
untuk menyantap hidangan yang disukainya dan justru mengalah dengan lebih
memilih bersedekah meski dalam keadaan susah.
Allah memuji keluarga Ali dan Fathimah dan mengisahkannya
dalam Al Qur’an surah Al-Insan ayat 7-11:
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang
azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami
tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari
itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka
dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati.”
Sahabat, mungkin kondisi kita tak seburuk apa yang
dialami oleh Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang menahan lapar tiga hari
berturut-turut hanya dengan beberapa teguk air saja. Maukah kita berbagi meski
dalam kondisi yang tak ideal? Jika kita tetap dapat bersedekah di kala susah, rezeki
yang ada akan menjadi berkah. Bisa jadi dengan jalan Allah limpahkan kesehatan,
ketenangan jiwa, kebahagiaan, maupun bentuk kemudahan hidup lainnya. In syaa
Allah. (SH)
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Mainkan dan menangkan hadiah nya bersama kami di ARENADOMINO beragam permainan POKER menanti anda semua fair play silahkan di add WA +855 96 4967353
Posting Komentar