Selasa, 30 Januari 2018

MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH MENUJU KEBAHAGIAN BERSAMA KELUARGA

MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH MENUJU KEBAHAGIAN BERSAMA KELUARGA

Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
Setiap manusia selalu menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah, untuk itu apa saja sih yang harus dilakukan untuk mencapai keluarga yang di impikan. ikuti yuk tips dari keluargasakina ini :

1. Jangan Melihat ke Belakang

Setiap orang pasti memiliki masa lalu baik yang bagus maupun yang kelam. Termasuk pasangan. Di masa lalu pun mungkin ada sepenggal kisah tak mengenakkan yang pernah mewarnai rumah tangga.

Jika tak ingin terseret dalam arus negatif, lupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi. Sambutlah masa depan dengan senyuman. Setiap orang pernah melakukan kesalahan dan berhak untuk menjadi lebih baik.

Termasuk, jangan mengingat-ingat lagi mantan orang yang dicintai saat belum menikah dulu. Tidak ada gunanya dan hanya menghalangi kebahagiaan untuk hadir dalam kehidupan Bunda dan Sista.

2. Selalu Berpikir Objektif

Saat kalut menghadapi suatu hal, kadang kala pikiran jadi ruwet dan segalanya tampak suram. Ini terjadi jika Bunda dan Sista ikut terpancing secara emosional. Padahal, masalah apapun itu, termasuk konflik dengan suami maupun anak-anak, membutuhkan pikiran yang jernih untuk menyelesaikannya.

Apalagi jika muncul pihak ketiga yang berusaha memprovokasi. Beri jeda waktu agar pikiran menjadi dingin dan lepas dari segala beban emosional. Setelah merasa tenang, barulah mencari solusi diawali dengan saling mendengarkan antara kedua pihak.

3. Fokus Pada Kelebihan Pasangan

Bunda dan Sista pasti pernah merasa tidak percaya diri dengan diri sendiri. Atau pernah juga dikritik oleh orang lain. Artinya, kita masih memiliki banyak kekurangan. Begitu pula dengan pasangan kita. Saat masih gadis mungkin kita selalu berangan-angan tentang pendamping hidup yang tampan, baik hati, terhormat dan berkecukupan.

Namun setelah menjalani rumah tangga beberapa tahun, kita mulai tahu sifat aslinya, kebiasaan buruknya yang mungkin membuat penilaian kita menjadi berubah. Ternyata dia posesif, ternyata dia pelupa etc. Tapiii.. pasti deh, Bunda n Sista juga nemu banyak banget kelebihan suami yang dulu ga diketahui. Ternyata dia penyayang n perhatian, tiap liat makanan kesukaan kita sepulang kantor pasti dibeliin. Ternyata dia jago masak nasi goreng dll. Nah, fokuslah pada hal-hal baik ini. Kalaupun tidak bisa menyingkirkan keburukannya dari depan mata, temukanlah alasan bahwa itu dibalik itu ada hikmahnya. Owh, dia posesif karna amat mencintai kita, begitu..

4. Saling Percaya

Kunci dari sebuah hubungan adalah rasa percaya. Tanpa rasa saling percaya , kehidupan rumah tangga tentu tak akan berjalan mulus. Rasa aman, nyaman, tenteram yang menjadi salah satu tujuan pernikahan tidak akan muncul. Bagaimana bisa tenang kalau Bunda dan Sista selalu gelisah, curiga dan khawatir memikirkan sedang apa si dia di luar sana? Jangan-jangan dia ketemu sama klien yang cantik bukan main, jangan-jangan dia melihat seseorang yang lebih solehah dan memnadingkannya dengan kita. Begitu pula jika suami berlaku demikian. Kuncinya, selalu khusnudzan dan jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami.

5. Kebutuhan Seks

Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya.

Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Bunda/Sista dan suami.

6. Hindari Pihak Ketiga

Setelah ijab qabul terucap dan sah menjadi pasangan suami-istri, dalam tatanan masyarakat Bunda/Sista telah diperhitungkan sebagai seorang ratu rumah tangga dari keluarga yang dipimpin oleh suami. Saat ada urusan bermasyarakat, tak lagi dianggap sebagai bagian dari keluarga lama tapi telah menjadi kelompok tersendiri. Maka ketika timbul permasalahan, selesaikanlah berdua saja. Tentunya suami-istri lebih banyak mengetahui keadaan dan arah rumah tangga ke depan. Tak perlulah melibatkan orang lain.
Banyak cerita tentang membesarnya konflik justru setelah pihak ketiga terlibat maupun sengaja dilibatkan, entah itu mertua, saudara ipar, tetangga, dan sebagainya.

Kalau pun ingin mendapat nasehat atau memiliki sudut pandang yang berbeda, maka mintalah pada seseorang yang sudah teruji pengalaman hidupnya, yang telah diketahui baik akhlaknya dan yang kemungkinan tidak akan melibatkan emosi pribadi dalam memberikan nasehat.

7. Menjaga Romantisme

Terkadang, pasangan  yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda. Tentu, ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin erat dan saling membutuhkan.

Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami lho, dan sebaliknya. Memberikan pujian ringan seperti “Masakan Mama hari ini luar biasa, lho!” atau “Wah, Papa tambah keren pakai dasi itu.” Ucapan-ucapan sepele seperti itu akan memberikan dorongan/semangat yang luar biasa. Pasangan Anda pun akan merasa dihargai.

8. Selalu Utamakan Komunikasi

Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Komunikasi yang dimaksud disini bukan hanya ngobrol-ngobrol saja. Komunikasi beda lho sama gantian bicara. Coba ingat-ingat deh Bunda/Sista, saat pernah mengalami masalah rumah tangga, yang dilakukan bersama suami saat itu komunikasi atau gantian bicara?

Komunikasi ini dimaksudkan untuk saling mengerti. So, lepaskan hal-hal berbau prasangka dan emosi. Menjaga komunikasi bisa diawali dengan kebiasaan ngobrol dan duduk bersama. Sampaikan apa yang Bunda/Sista merasa perlu diketahui suami atau anak. Buat iklim rumah tangga menjadi terbuka sehingga tidak ada anggota keluarga yang merasa tidak didengarkan.

9. Jaga Spiritualitas Rumah Tangga

Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.

Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Sertakan rasa baik sangka kepada Allah SWT. Tataplah hikmah d balik setiap masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.



0 komentar:

Posting Komentar