KEUTAMAAN AL QURAN
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumulah..
Al-Qur'an diturunkan oleh ALLAH Subhanahu Wata'ala
melalui Wahyu yang diterima oleh Rasululllahh Saww dalam bahasa Arab yang
mengandung minimal 3 fungsi:
Bukti kebenaran Risalah (Kerasulan) Nabi Muhammad Saww.
atas apa yang disampaikan oleh Muhammad Saww dari ALLAH, yang dengan Al-Qur'an
ini Nabi dapat mengalahkan musuh-musuhnya yaitu para kaum yang mengingkari
kerasulannya dan berniat memadamkan api Islam dengan kekerasan senjata atau
fitnah. Hal ini ditegaskan bahwa al-Qur'an adalah MUKJIZAT Nabi yang paling
besar.
Al-Qur'an adalah al-Hudaa (Pedoman Hidup) bagi manusia
yang menjamin tentang keselamatan manusia dunia akhirat, lahir bathin, materil
spiritual. => Lebih-lebih apabila
dipahami 55 nama-nama al-Qur'an yang sekaligus menjelaskan fungsinya, sebagai
penjelasan dari inti al-Hudaa (Petunjuk al-Qu'an)
Al-Qur'an sebagai wasilah (perantara) ibadah ritual yang
mendekatkan dan menghubungkan antara seseorang hamba dengan Khaliqnya. Dengan
membaca al-Qur'an, kita dapat "berdialog" dengan Allah SWT. secara
langsung tanpa perantara, dan dengan bahasa Tuhan sendiri.
Firman Allah SWT dalam surah al-Qashash [28]:85;
إِنَّ
الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُل رَّبِّي
أَعْلَمُ مَن جَاء بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
"
Sesungguhnya Allah yang telah mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al
Qur'an, pasti akan mengembalikan kamu ke kota Mekkah. Katakanlah: "Tuhanku
lebih mengetahui siapa yang datang membawa pedoman hidup dan siapa yang datang
membawa kesesatan yang nyata".
Dengan tiga
fungsi ini setiap muslim fardhu 'ain mempelajari al-Qur'an baik pada aspek
qira'ah, tahsin al-khaith / tulsan, tarjamah, tafsir, dan tahfidz atau hafalan
al-Qur'an.Perintah itu dipahami berdasarkan istidlal (penetapan dalil)
al-Qur'an surah al-Qashash [28]:85 diatas.
Keutamaan
Al-Qur'an yang terbesar bahwa ia merupakan Qalam Allah SWT.
Al-Qur'an
adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur'an memberikan petunjuk
manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena
itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur'an dan
mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik orang diantara
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR.
Bukhori).
Rasulullah
SAW selalu membaca Al-Qur'an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari
sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas'ud. Beliau berlinang air matanya bila
membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah
hadist dari Ibnu Mas'ud:
"Suatu
ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas'ud untuk membacakan Al-Qur'an. Ibnu
Mas'ud berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu,
padahal Al-Qur'an diturunkan kepadamu?". Dijawab nabi SAW: "Saya
ingin mendengar dari orang lain". Ibnu Mas'ud berkata, "Maka saya
bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat "Fa kaifa idzaa ji'na min
kulli ummatin bisyahidin waji'na bika 'ala ha'ula'i syahiida"
(Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami
jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda,
"Cukuplah sampai di sini". Saya menoleh melihat nabi SAW sedang
bercucuran air mata." {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat
Rasulullah SAW juga selalu membaca Al-Qur'an.
Ketika
mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya
berulang-ulang hingga berlinang air mata.
Abu Bakar
RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis
beliau.
Suatu
ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca
salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali
dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis.
Itulah
sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur'an. Kita sebagai
ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca
Al-Qur'an.
Banyak
keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya disebabkan
mereka banyak membaca dan merenungkan isi kandungan Al-Qur'an. Bahkan diantara
sahabat Rasulullah SAW ada yang menyaksikan dan merasakannya secara langsung.
Diantara
keutamaan membaca Al-Qur'an, yaitu:
1. Akan
mendapat RAHMAT dan KASIH SAYANG dari Allah SWT
Rasulullah
SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia".
Sahabat
bertanya, "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?".
Beliau
menjawab, "Ahli Al-Qur'an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus."
(HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam
hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Dikatakan
kepada orang yang berteman dengan Al-Qur'an, "Bacalah dan bacalah sekali
lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena
manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. " (HR Tirmidzi)
2.
Al-Qur'an akan menjadi PENOLONG di hari kiamat
Rasulullah
SAW bersabda,"Sesungguhnya Al-Qur'an bertemu pembacanya pada hari kiamat
saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang pucat.
Dia
(Al-Qur'a) bertanya, "apakah engkau mengenalku? Dia menjawab, "aku
tidak mengenalmu!".
Al-Qur'an
berkata, "Aku adalah temanmu, Al-Qur'an, yang membuatmu kehausan pada
siang hari yang panas dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya
pedagang itu mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku
adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak milik
orang itu Al-Qur'an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian dengan tangan
kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang berwibawa, sedangkan
Al-Qur'an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat disangga oleh dunia.
Kedua
pakaian ini bertanya, "Karena apa kami engkau kenakan?". Ada yang
menjawab: "Karena peranan Al-Qur'an. Kemudian dikatakan kepada orang
itu,"Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan syurga dan biliknya, maka
dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik baca dengan cepat, maupun
dengan tartil." (HR Ahmad).
Dari Abu
Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda,
"Bacalah
Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang
yang mempelajari dan mentaatinya." (HR Muslim).
Dari An
Nawas bin Sam'an, Rasulullah SAW bersabda,
"Pada
hari kiamat akan didatangkan Al-Qur'an dan orang-orang yang mempraktekan di
dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yg akan membela dan
mempertahankan orang-orang yang mentaatinya." (HR. Muslim
)
3. Setiap
huruf akan mendapat 10 ~ 700 PAHALA
Dari Ibnu
Mas'ud ra, Rasulullah bersabda,
"
Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat
hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata
Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim
satu huruf." (HR Tirmidzi)
4. Akan
mendapat doa dari para malaikat
Dari Aisyah
ra, Raslullah SAW bersabda,
"Orang
yang mahir dalam membaca Al-Qur'an akan berkumpul para malaikat yang
mulia-mulia lagi taat.
Sedang
siapa orang yang megap-megap (terbata-bata) dan berat jika membaca Al-Qur'an,
mendapat pahala 2 kali lipat." (HR Bukhori, Muslim)
5. Akan
MENDAPAT KETENANGAN..
Dari Al
Barra bin Azib RA, " Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh
dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang
itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari
ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada nabi
SAW, maka bersabda nabi SAW, "Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun
untuk bacaan Al-Qur'an itu." (HR Bukhori dan Muslim).
Wallahu'alam
KEUTAMAAN
KALAM ALLAH:
Firman
Allah SWT:(QS Al-Baqarah [2]:2)
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ
فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
dzaalika
alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina
"Kitab
[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa [12],
[11]. Tuhan
menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai
isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12]. Takwa
yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan
dengan takut saja.
Ayat di
atas menerangkan bahwa Alquran ini tidak ada keraguan padanya karena ia adalah
benar-benar wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw Nabi yang
terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.
Hal ini
tegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:
الم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا
رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
Alif lam
mim. Turunnya Alquran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan
semesta alam. (Q.S As Sajadah: 1 dan 2)
Yang
dimaksud "Al Kitab" di sini ialah Alquran . Disebut "Al
Kitab." sebagai isyarat bahwa Alquran harus ditulis, karena itu Nabi
Muhammad saw. memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Alquran.
Alquran ini
bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan
di akhirat nanti.
Orang-orang
yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab
Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah swt. dan menghentikan
larangan-larangan-Nya.
Di antara
tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat
berikut:
"Allah--tidak
ada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri
sendiri.(QS.3:2)
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ التَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ
nazzala
'alayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi wa-anzala
alttawraata waal-injiila
"Dia
menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, (QS Ali Imran
[3]:3)
Ayat yang
lalu telah menerangkan bahwa Dialah Allah yang hidup kekal, terus menerus
mengatur dan menjaga makhluk-Nya, Dialah Tuhan yang berhak disembah.
Ayat ini
menerangkan bahwa Tuhan yang berhak disembah itu benar-benar telah menurunkan
Alquran kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan Jibril, dan menegaskan
bahwa sebelum menurunkan Alquran,
Allah SWT
telah menurunkan pula kitab-kitab kepada para Nabi yang terdahulu, yang diutus
sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw, misalnya kitab Taurat diturunkan kepada
Nabi Musa as., kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. dsb.
AL-QUR'AN
mengakui kebenaran isi kitab-kitab yang telah lalu sebagaimana kitab-kitab yang
telah lalu itu membenarkan isi Alquran sesuai dengan yang diisyaratkan
kitab-kitab itu.
Penegasan
dan pengakuan ini hanyalah secara garis besarnya saja, tidak secara terperinci,
yaitu Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat dahulu, dan Allah
SWT telah menurunkan wahyu kepada mereka, seperti Taurat, Injil dan sebagainya.
Mengenai
isi dari kitab-kitab itu tidak dijelaskan Alquran.
Beriman
kepada penegasan dan pengakuan ayat itu termasuk iman kepada Allah SWT.
Sebagaimana
halnya dengan Alquran yang mengakui bahwa telah diutus para nabi dan rasul
kepada umat-umat yang terdahulu dan telah diturunkan kepada mereka kitab-kitab,
maka kitab-kitab yang dahulupun mengisyaratkan dan mengakui bahwa pada akhir
zaman nanti Allah SWT akan mengutus seorang Nabi terakhir, Nabi penutup dan
kepada Nabi itu akan diturunkan Allah pula sebuah kitab; yang berisi
pokok-pokok dari risalah yang di bawa Nabi-nabi yang terdahulu.
Kitab
Taurat adalah Kitab suci Agama Yahudi, agama yang dianut oleh orang-orang yang
mengakui sebagai pengikut Nabi Musa as.
Orang
Nasrani menjadikan Taurat salah satu bahagian dari isi Al-Kitab yang diberi
judul: "Wasiat / Perjanjian Lama".
Kitab
Taurat adalah Kitab suci Agama Yahudi, agama yang dianut orang Yahudi maupun
yang disebut oleh orang Nasrani "Wasiat Lama", maka ada suatu pikiran
dan perasaan yang timbul, yaitu bahwa Kitab Taurat atau Wasiat Lama yang ada
sekarang tidak semata-mata berisi wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa
as, sebagai mana yang ditegaskan oleh ayat ini, tetapi telah ada campur tangan
manusia di dalamnya. Hal ini diakui kebenarannya oleh Perjanjian Lama.
Di dalam
Wasiat / Perjanjian Lama di terangkan bahwa Kitab Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa as, telah pernah hilang, kemudian diketemukan oleh Imam Hilkija
sewaktu orang membongkar timbunan uang di rumah Tuhan.
Kitab itu
dibawa dan dibacakan oleh Sufyan di hadapan raja Yahudi. Maka rajapun marah dan
dikoyak-koyak-nyalah Kitab itu karena isi Al-Kitab itu bertentangan dengan
keinginan beliau.Dalam pada itu tidak didapat keterangan tentang asal usul
Wasiat Lama yang ada sekarang.
Kitab Injil
adalah kitab suci agama Nasrani. Di dalam "Al Kitab", Injil termasuk
bahagian yang diberi judul "Perjanjian Baru".
Sebagaimana
Taurat, maka di dalam lnjilpun banyak didapati yang bukan wahyu dari Tuhan,
seperti sabda atau ucapan pengikut-pengikut setia Nabi Isa as, yang hidup
setelah beliau meninggal dunia.
Dalam pada
itu bahasa Injil yang terkenal pada saat ini bukanlah bahasa yang dipahami oleh
Nabi Isa as.
Menurut
ayat ini dan ayat-ayat Alquran yang lain seluruh isi Taurat dan Injil adalah
wahyu dari Allah SWT, yang disampaikan kepada Nabi Musa as dan Nabi Isa as yang
berisi pokok-pokok risalah yang dibawanya, tidak ada sedikitpun terdapat di
dalamnya yang berupa perkataan karangan manusia dan sebagainya.
Mengenai
Taurat yang ada sekarang BUKANlah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as,
demikian
pula Injil BUKANlah Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as karena di dalam
kedua kitab-kitab itu terdapat karangan-karangan pengikut kedua Nabi itu yang
datang kemudian.
Fakta ini
ditegaskan ALLAH SWT dalam firman-Nya
يحرفون الكلم عن مواضعه ونسوا
حظا مما ذكروا به ولا تزال تطلع على خائنة منهم إلا قليلا منهم
Artinya:
".....Mereka
(orang-orang Yahudi dan Nasrani) SUKA MERUBAH perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya semula, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu, (Muhammad) akan selalu melihat
kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak
berkhianat)........". (Q.S Al Maidah [5]:13)
Lihat juga
(Q.S An Nisa' [4]: 46)
مِّنَ الَّذِينَ هَادُواْ
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا
وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيّاً بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْناً فِي
الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانظُرْنَا
لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِن لَّعَنَهُمُ اللّهُ بِكُفْرِهِمْ
فَلاَ يُؤْمِنُونَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya:
"Yaitu
orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya^302. Mereka
berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya^303.
Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya
tidak mendengar apa-apa^304. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina"^305,
dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan :
"Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami",
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk
mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat
tipis.
[302]:Maksudnya
: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi; [303]:Maksudnya
mereka mengatakan : "Kami mendengar", sedang hati mereka mengatakan :
"Kami tidak mau menuruti".[304]:Maksudnya mereka mengatakan :
"Dengarlah", tetapi hati mereka mengatakan : "Mudah-mudahan kamu
tidak dapat mendengarkan (tuli)".; [305]:"Raa 'ina" berarti:
sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di kala para sahabat menghadapkan kata
ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam
seakan-akan menyebut "Raa'ina" padahal yang mereka katakan ialah
'Ru'uunah" yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada
Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar
perkataan "Raa'ina' dengan "Unzhurna" yang juga sama artinya
dengan "Raa'ina'.]
AL-QUR'AN
adalah PENERANGAN bagi seluruh umat manusia seluruhnya.. (UNIVERSAL)
هَـذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ
وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ
haadzaa
bayaanun lilnnaasi wahudan wamaw'izhatun lilmuttaqiina
[3:138] (Al
Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
[yaa
ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula waulii
al-amri minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli
in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu
ta'wiilaan]
[4:59] Hai
orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Pada ayat
ini Allah memerintahkan supaya kaum muslimin taat dan patuh kepada Nya, kepada
rasul Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka untuk dapat
terciptanya kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum muslimin:
a]. Taat
dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Alquran,
melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Nya, sekalipun dirasa berat,
tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. karena apa yang
diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang di larang Nya
mengandung mudarat.
b].
Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah
SWT untuk dilaksanakan oleh segenap hamba Nya. Beliau ditugaskan untuk
menjelaskan kepada manusia isi Alquran.
Allah SWT
berfirman:
وأنزلناإليك الذكر لتبين
للناس ما أنزل إليهم
Artinya: ,
"Dan
Kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu MENERANGKAN kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka"
(Q.S. An Nahl: 44)
c]. Patuh
kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil `amri yaitu orang-orang
yang memegang kekuasaan di antara mereka. Orang-orang yang memegang kekuasaan
itu meliputi: pemerintah, penguasa, alim ulama dan pemimpin-pemimpin. Apabila
mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum muslimin berkewajiban
melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan
isi Kitab Alquran. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib
melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang
itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah
SWT.
Nabi
Muhammad saw bersabda:
لا طاعة لمخلوق في معصية الله
Artinya:
"Tidak
(dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada
Khalik (Allah SWT)"
d. Kalau
ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat atasnya, maka
wajib dikembalikan kepada Quran dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya
haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan
persesuaiannya di dalam Alquran dan Sunah Rasulullah saw. Tentunya yang dapat
melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu
pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Alquran dan Sunah Rasul.
Demikianlah
hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan
hari akhirat.
Wassalam,
0 komentar:
Posting Komentar