Antara Al Quran Dan
Smartphone (2)
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala
Rasulillah, amma ba’du, Pada artikel yang sebelumnya, Anda diajak untuk
menyelami fenomena penggunaan smartphone yang dewasa ini sangat merebak di
Nusantara. Negeri yang penduduknya mayoritas muslimin ini sudah seharusnya
menyikapi segala macam bentuk perkembangan teknologi dengan dasar Islam,
satu-satunya agama yang benar. Sehingga ketika sebuah produk teknologi baru
berpeluang untuk digunakan dalam perkara keburukan dan kemaksiatan ataupun
kesia-siaan yang melalaikan, maka seorang muslim bisa menahan dirinya agar
tidak terjerumus ke dalamnya, bahkan lebih dari itu, ia bisa memperingatkan
saudaranya, agar berhati-hati darinya.
Termasuk dalam hal ini adalah seorang muslim tertuntut
untuk bijak dalam menggunakan smartphone, jangan sampai melalaikannya dari
membaca dan mempelajari kalamullah serta mengamalkannya.
Nah, di antara cara agar terlepas dari bahaya itu adalah
menghayati keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang banyak dan agung. Marilah kita
simak penjelasannya.
Inilah Al-Qur`an, Wahai Pecinta Kalamullah
Silahkan Anda bandingkan keutamaan-keutamaan Al-Qur`an
berikut ini dengan keuntungan-keuntungan yang ditawarkan smartphone Anda ketika
Anda menggunakannya. Maka akan Anda dapatkan perbedaan yang sangat jauh
diantara keduanya. Sehingga, pantaskah perhatian kita terhadap smartphone lebih
besar daripada perhatian kita terhadap Al-Qur`anul Karim?
Berikut penjelasan keutamaan-keutamaan Al-Qur`anul Karim
1. Al-Qur`anul Karim adalah paling utama!
Allah Ta’ala berfirman :
نَزَلَ
بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
(193) “Ia
(Al-Qur’an) dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”,
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ
مِنَ الْمُنْذِرِينَ
(194) “Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang memberi peringatan”,
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
(195)
Dengan bahasa Arab yang jelas” (Asy-Syu’araa`: 195).
Syaikh
As-Sa’di rahimahullah menafsirkan beberapa ayat Al-Qur`an di atas: “Bahasa Arab
itu adalah bahasa yang paling utama, beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam) diutus dengan bahasa bangsa yang dihadapinya (ketika itu), beliau
langsung mendakwahi mereka dengan bahasa yang jelas dan terang tersebut.
Perhatikanlah
bagaimana berkumpulnya keutamaan-keutamaan yang agung di dalam Kitab yang mulia
ini karena sesungguhnya Al-Qur`an adalah Kitabullah yang paling utama, dibawa
turun oleh malaikat yang paling utama,
diturunkan kepada makhluk yang paling utama, masuk ke dalam bagian tubuh yang paling utama, yaitu hatinya, disampaikan
kepada umat yang paling utama, yang dilahirkan untuk manusia, dengan bahasa
yang paling utama, paling fasih lagi paling kaya, yaitu bahasa Arab yang jelas”
(Tafsir Syaikh As-Sa’di, hal. 699). Dengan demikian Al-Qur`anul Karim adalah
paling utama, yang wajib kita dahulukan dari ucapan seluruh makhluk.
2. Ancaman
bagi orang yang tidak mentadaburi Al-Qur`an, akan dikunci hatinya
Firman
Allah Ta’ala :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
”Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an bahkan hati mereka terkunci?”
(Muhammad:24).
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala berfirman memerintahkan (hamba-Nya) untuk
mentadaburi dan memahami Al-Qur`an dan melarang berpaling darinya dengan
berfirman, {أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها},
yaitu bahkan hati mereka terkunci, maka hati tersebut tertutup, tidak ada satu
makna Al-Qur`an pun yang masuk ke dalam hatinya” (Tafsir Ibnu Katsir
rahimahullah, jilid. 4 hal. 459).
Syaikh
Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “bahwa Allah Ta’ala mencela
orang-orang yang tidak mentadaburi Al-Qur`an,dan mengisyaratkan bahwa hal itu
termasuk bentuk dari penguncian hati mereka serta tidak bisa sampainya kebaikan
kepada hati mereka” (Ushulun fit Tafsir, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin,
hal. 23).
3.
Al-Qur`anul Karim lebih baik dari seluruh perhiasan dunia
Firman
Allah Ta’ala :
الرَّحْمَٰنُ
(1) (Tuhan)
Yang Maha Pemurah,
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
(2) Yang
telah mengajarkan Al-Qur`an.
Syaikh
As-Sa’di rahimahullah berkata, “Surat yang mulia dan agung ini dibuka dengan
penyebutan nama Allah “Ar-Rahman” yang menunjukkan kepada luasnya rahmat-Nya
keumuman cakupan ihsan-Nya, dan banyaknya kebaikan-Nya, serta luasnya
karunia-Nya. Kemudian Allah menyebutkan sesuatu yang menunjukkan rahmat-Nya dan
pengaruhnya yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya berupa kenikmatan diniyyah
(agama) maupun dunyawiyyah [dan kenikmatan akhirat, lalu setiap kali
menyebutkan suatu jenis dan macam dari nikmat-Nya, Allah ingatkan manusia dan
jin untuk bersyukur kepada-Nya, sembari berfirman {فَبِأَيِّ
آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ }(maka nikmat Tuhan kalian yang manakah
yang kalian berdua dustakan?)
“Selanjutnya
Allah menyebutkan bahwa Dia {عَلَّمَ الْقُرْآنَ},
yaitu mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya lafadz-lafadz Al-Qur`an dan
makna-maknanya serta memudahkan bagi hamba-hamba-Nya. Ini adalah anugerah dan
rahmat terbesar yang Allah rahmati hamba-hamba-Nya dengannya, yang mana Dia
turunkan kepada mereka Al-Qur`an dalam bahasa Arab dengan lafadz terindah dan
makna terjelas, mengandung setiap kebaikan dan melarang dari setiap keburukan”
(Tafsir Syaikh As-Sa’di, hal.985).
Perhatikanlah!
Dalam Surat ini, ketika Allah menyebutkan berbagai macam kenikmatan, baik
kenikmatan agama, dunia maupun akhirat, Allah dahulukan penyebutan kenikmatan
agama berupa pengajaran Al-Qur`an, hal ini sangat layak sekali karena memang
pengajaran Al-Qur`an adalah sebuah kenikmatan yang terbesar melebihi seluruh
kenikmatan-kenikmatan duniawi.
Lebih tegas
lagi ,Allah berfirman tentang kedudukan nikmat yang diperoleh oleh seorang
hamba berupa faham Al-Qur`an dan mampu mengamalkannya,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah:
“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan” (Yunus: 58).
Syaikh
As-Sa’di rahimahullah berkata, “Oleh karena itu Allah Ta’ala memerintahkan
untuk bergembira dengan kenikmatan itu (Al-Qur`an). Dia berfirman {{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ yang dimaksud (dengan
karunia Allah disini) adalah Al-Qur`an yang ia merupakan kenikmatan dan
anugerah terbesar serta karunia yang Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya.
Sedangkan rahmat-Nya adalah agama Islam,
iman, beribadah kepada Allah, mencintai, dan mengenal-Nya.
{فَبِذَلِكَ
فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} (Karunia Allah dan rahmat-Nya itu
adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan) maksudnya (apa yang mereka
kumpulkan) berupa perhiasan dunia dan kelezatannya. Maka kenikmatan agama Islam
yang berhubungan erat dengan kebahagiaan dunia akhirat tidaklah bisa ditandingi
dengan kenikmatan dunia dan seluruh isinya yang sebentar lagi akan sirna dan
hilang” (Tafsir Syaikh As-Sa’di,hal. 411).
Ibnu Katsir
rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya tentang kisah Umar radhiallahu ‘anhu :
“Ketika datang harta pajak bumi yang ditarik dari orang kafir (kharaj) dari
daerah Irak di hadapan Umar radhiallahu ‘anhu, keluarlah Umar bersama dengan
budak yang dimerdekakan, pengiring beliau. Mulailah umar menghitung unta
pembawa pajak tersebut, ternyata didapatkan jumlahnya kali ini lebih banyak,
kemudian Umar mengucapkan, “Alhamdulillah Ta’ala”. Pengiringnya pun menimpali:
“Ini -demi Allah- adalah termasuk karunia Allah dan rahmat-Nya”, lalu Umar pun
berkata, ”Engkau keliru, bukan ini hakekitnya karunia Allah dan rahmat-Nya
(yang terbesar), adapun (karunia Allah dan rahmat-Nya yang terbesar) adalah
yang disebutkan oleh Allah Ta’ala {قل بفضل الله
وبرحمته} sampai akhir Ayat. Sedangkan (harta pajak) ini adalah termasuk
perbendaharaan dunia yang mereka kumpulkan (seperti yang disebutkan dalam
Ayat)” (Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, jilid.3 hal.82).
Dari
penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa sesorang yang membaca Al-Qur`an,
memahami dan mengamalkan kandungannya serta mendakwahkannya hakikatnya lebih
baik dari dunia dan isinya. Maka barangsiapa yang mengutamakan dunia, dan hanya
memberikan perhatian yang sedikit terhadap Al-Qur`an maka sesunnguhnya telah
menyelisihi tuntutan Ayat di atas dan merugi dengan kerugian yang besar.
4. Orang
yang mempelajari Al-Qur`an dan mengamalkannya, dijamin keluar dari kegelapan
kepada cahaya
Allah
Ta’ala berfirman tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“(Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (Ibrahim:1).
Syaikh
Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa
Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada Rasul-Nya,Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk menyampaikan manfa’at kepada
makhluk,mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan,kekufuran,akhlak yang
buruk dan berbagai macam kemaksiatan kepada cahaya ilmu,iman dan akhlak yang
baik.
Firman
Allah :{
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ } ,yang artinya: “dengan izin Tuhan
mereka”,maksudnya: tidaklah mereka mendapatkan tujuan yang dicintai oleh
Allah,melainkan dengan kehendak dan pertolongan dari Allah,maka di sini
terdapat dorongan bagi hamba untuk memohon pertolongan kepada Tuhan mereka.
Kemudian Allah menjelaskan tentang cahaya yang ditunjukkan kepada mereka dalam
Al-Qur`an, dengan berfirman {إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ}, yang artinya “(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji”, maksudnya yang mengantarkan kepada-Nya dan kepada tempat
yang dimuliakan-Nya yang mencakup atas ilmu yang benar dan pengamalannya. Dalam
penyebutan {العزيز الحميد} setelah penyebutan
jalan yang mengantarkan kepada-Nya, terdapat isyarat kepada orang yang
menitinya, bahwa ia adalah orang yang mulia dengan pengaruh kemuliaan Allah,
lagi kuat walaupun tidak ada penolong kecuali Allah. Dan terpuji dalam
urusan-urusannya lagi memperoleh akibat yang baik” (Tafsir As-Sa’di, hal. 478).
Dari penjelasan
di atas, sangatlah jelas bahwa barangsiapa yang ingin keluar dari dosa-dosa,
ingin keluar dari kekurangan dan kelemahannya, maka perbanyaklah mempelajari
Al-Qur`an dan mengamalkannya, bukannya justru menyedikitkan hal itu, sembari
sibuk dengan urusan-urusan dunia dan memperbanyaknya sehingga sampai
mengutamakannya melebihi Al-Qur`an. Dari sini nampak sekali kerugian yang
sangat besar ada di hadapan orang yang terlena dengan layar sentuhnya sementara
jarang menyentuh mushafnya (mushaf Al-Qur`an).
Walaupun di
dalam praktiknya, semua bentuk pelaksanaan ajaran agama Islam disesuaikan
dengan kemampuan, bertakwalah semaksimal kemampuan kalian! Allah Maha
Mengetahui siapa diantara kita yang telah bersunguh-sunguh bertakwa kepada
Allah Ta’ala!
Demikianlah,
sebagian saja dari keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang bisa kami sampaikan,
semoga nasehat ini bermanfa’at besar bagi Penulis pribadi dan keluarga, serta
bagi Anda semua. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk Ahli Al-Qur`an,
Amiin.
—
Penulis:
Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel
Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar