Dasar dasar Kedokteran di Dalam Al-Qur’an
Alhamdulillahi washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah.
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah menunjukkan bagi
manusia jalan keselamatan serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan
hikmah-Nya, Allah Ta’ala menurunkan petunjuk yang membimbing manusia dalam
segala aspek kehidupannya. Begitu sempurnanya agama Islam ini sehingga bukan
hanya ibadah ritual saja yang diatur. Namun, interaksi antarmakhluk, bahkan
kehidupan individual makhluk pun dibimbing sedemikian rupa untuk kemaslahatan
manusia.
Salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia ialah
aspek kesehatan. Gangguan kesehatan amat menurunkan kualitas hidup manusia.
Untuk itulah dibutuhkan panduan menjaga kesehatan bagi populasi manusia.
Al-Quranul Karim sebagai kitab suci panduan hidup
muslimin telah memuat panduan umum menjaga kesehatan. Seorang ulama pakar
tafsir, yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mencantumkan bab “Petunjuk
Al-Qur’an tentang dasar-dasar kedokteran” dalam kitab Qawaidul Hisan.
Beliau menjelaskan, “Menjaga kesehatan dilakukan dengan
tiga langkah: melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan, menghindari
aktivitas yang membahayakan kesehatan, dan menyingkirkan berbagai unsur yang
dapat membahayakan kesehatan tubuh.” [1]
Kemudian beliau menjelaskan beberapa dalil di dalam
Al-Quran yang menunjukkan bimbingan dalam tiga langkah yang telah tercantum di
atas.
Melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan.
Allah Ta’ala berfirman, “Makanlah dan minumlah oleh
kalian, namun janganlah berlebih-lebihan,” (QS. Al-A’raf ayat 31). As-Sa’di
menjelaskan bahwa Allah Ta’ala memberikan perintah bagi manusia untuk makan dan
minum, dimana tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpanya. Perintah yang
umum ini menjelaskan bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman -yang sesuai untuk
manusia- bermanfaat dalam segala waktu dan keadaan. [1]
Jika kita perluas pembahasan ini, kita dapat mengambil
pelajaran bahwa salah satu cara penting menjaga kesehatan ialah melakukan
berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain makan dan minum,
aktivitas penting lainnya misalnya olahraga dan istirahat sesuai kebutuhan.
Yang menarik, di akhir bab ini As-Sa’di menjelaskan,
“Demikianlah, segala amal yang Allah sebutkan di kitab-Nya, seperti jihad,
shalat, puasa, haji, dan seluruh amalan termasuk berbuat baik kepada makhluk,
meskipun tujuan terbesarnya ialah mencari ridha Allah Ta’ala mendekatkan diri
kepada-Nya, mencari balasan-Nya, serta berbuat baik kepada hamba-Nya,
sesungguhnya amal-amal tersebut dapat menyehatkan dan melatih tubuh, begitu
pula melatih dan menenangkan jiwa, menyenangkan hati. Di dalam amal tersebut
juga terdapat rahasia yang istimewa, yaitu menjaga dan meningkatkan kesehatan,
serta menghilangkan sumber penyakit dari tubuh.” [1]
Menghindari aktivitas yang membahayakan kesehatan.
Allah Ta’ala memperbolehkan orang yang sakit untuk
bertayamum jika air wudhu membahayakan kesehatan. Allah Ta’ala juga melarang
untuk “mencampakkan tangan kita ke dalam kebinasaan”. Termasuk di larangan ini
ialah menggunakan segala zat yang membahayakan tubuh baik dari jenis makanan
maupun obat-obatan tertentu. Di ayat ke 31 Surat Al-A’raf di atas terdapat
larangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Bentuk berlebih-lebihan bisa
dalam hal jumlahnya, dalam memilih makan-minum, waktu makan-minum, dan ini
merupakan bentuk menghindari hal-hal yang membahayakan diri. [1]
Contoh penerapan lain dari pelajaran ini di antaranya
menghindari rokok, minuman keras, serta narkoba, menghindari aktivitas yang
berisiko tinggi seperti kebut-kebutan di jalan umum, perilaku seks bebas, dan
lain-lain.
Menyingkirkan berbagai unsur yang dapat membahayakan
kesehatan tubuh.
Contoh ajaran yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah
pemberian izin khusus bagi orang yang berihram untuk mencukur rambut karena ada
gangguan (kutu) di kepalanya. Padahal, hukum asalnya orang yang sedang berihram
dilarang mencukur rambut.
Inilah contoh menjaga kesehatan dengan menghilangkan
sumber penyakit. Penerapan lain dari pelajaran ini ialah dengan cara menjaga kebersihan,
mengatur sanitasi dan pengelolaan sampah, menghindari asap rokok dan polusi
berlebihan, pemberantasan hewan yang menyebarkan penyakit, dan lain sebagainya.
Pada bagian penutup dari kaidah ke-40 di kitab Qawaidul
Hisan, penulis kitab ini menjelaskan, “Secara umum seluruh syariat bermuara
kepada maslahat bagi hati, ruh, akhlak, badan, harta, dunia, dan akhirat.
Wallahu a’lam.” [1]
Menggali Lebih Jauh
Al-Quran berisi petunjuk menjaga kesehatan yang bersifat
global. Adapun berbagai cara detil untuk menjaga kesehatan dan mencegah
penyakit tidak dijelaskan panjang lebar di dalam Al-Qur’an. Tentu hal ini dapat
kita pahami dan justru menunjukkan kebijaksanaan dari Allah Ta’ala.
Masih di kitab Qawaidul Hisan, pada kaidah ke-23
dijelaskan bahwa petunjuk Al-Qur’an terdiri dari 2 macam :
Pertama, memberi petunjuk kepada perintah, larangan, atau
berita yang telah dikenal dalam syariat maupun ‘urf.
Kedua, memberi petunjuk untuk mengungkap segala hal yang
bermanfaat dari prinsip yang telah dijelaskan; kemudian para hamba berpikir
mengembangkan prinsip tersebut untuk mengambil manfaat yang banyak darinya. [1]
Yang sedang kita bahas merupakan bentuk bimbingan
Al-Qur’an jenis kedua.
Dengan demikian -dalam konteks kesehatan- yang perlu kita
lakukan adalah mengembangkan ilmu kesehatan seluas-luasnya dalam rangka
mengambil manfaat duniawi maupun ukhrawi.
Bagaimana Mengembangkan Ilmu Kesehatan
Di dalam Islam, kita senantiasa dibimbing untuk melandasi
berbagai perbuatan dengan ilmu. Selain itu, kita dibimbing pula untuk menyerahkan
berbagai urusan kepada ahlinya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidaklah kami mengutus
rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan para laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’ ayat 7).
Pada asalnya, arti lafadz orang-orang yang berilmu di
ayat ini adalah ahli kitab umat terdahulu. Akan tetapi, lafadz tersebut bisa
berarti umum. Ibnu ‘Athiyah berkata, “Ahli ilmu bermakna umum bagi setiap orang
yang ahli di suatu bidang ilmu.” Maka yang dimaksud orang yang berilmu adalah
para ahli di setiap bidang ilmu. [2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika
amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi,” Ada seorang sahabat
bertanya, “Bagaimana maksud amanat disia-siakan?” Nabi menjawab, “Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari
no. 6015).
Maka tugas kita ialah menyerahkan berbagai urusan kita
baik dalam permasalahan dunia, terlebih permasalahan akhirat, kepada para ahli
di bidangnya. Dengan demikian, kita menyelamatkan diri dari berbagai kesalahan
dan kesalahpahaman.
Dari bahasan ini dapat kita simpulkan bahwa Al-Qur’an
berisi petunjuk bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di dunia
dan di akhirat. Di antara petunjuk Al-Qur’an untuk maslahat manusia adalah
petunjuk seputar dasar-dasar ilmu kesehatan. Petunjuk tersebut perlu
dikembangkan seluas-luasnya oleh para ahli untuk mendapatkan berbagai maslahat
bagi kehidupan manusia. Inilah “tugas” para dokter, ilmuwan, serta peneliti di
bidang kesehatan. Adapun masyarakat yang memang tidak mempelajari ilmu
kesehatan secara khusus maka tugasnya ialah bertanya dan mencari informasi
tentang kesehatan kepada para dokter dan ahli kesehatan yang memang meluangkan
waktu dan perhatiannya untuk mempelajari ilmu kesehatan. Wallahu a’lam.
Penulis :
dr. Afif Azharul Firdaus
Referensi
:
[1]
Al-Qawaidul Hisan fi Tafsiril Qur’an li Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di, diunduh di quranway.net
[2]
fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=38050
disitasi pada 11 November 2017.
0 komentar:
Posting Komentar