Empat Karakter
Manusia dalam Alquran
Allah telah menggambarkan proses penciptaan manusia
secara rinci dalam QS Al-Mukminun ayat 12-14, yang dijelaskan pula dalam ilmu
sains.
Dalam sains, manusia adalah makhluk yang tubuhnya terdiri
dari sel—yakni bagian terkecil dari makhluk hidup. Jaringan sekumpulan sel-sel
yang serupa bentuk, besar dan pekerjaannya yang terikat menjadi satu disebut
organ.
Tubuh manusia pun terdiri dari sistem, yakni sistem otot
(muskularis), sistem syaraf (neruosa), sistem kelenjar (endokrin), sistem
pencernaan (digestivus), sistem metabolisme, sistem cairan tubuh dan darah,
sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), sistem pernafasan
(respiratorius), sistem perkemihan (urinarius), sistem reproduksi, sistem kulit
(integument) dan sistem pengindraan.
Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk
melakukan fungsi tertentu. Misalnya, sel darah merah berjumlah 25 triliun
mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan. Terdapat 50 triliun sel yang
lain dan jumlah sel dalam tubuh diperkirakan 75 triliun. Umur kehidupan sel
berbeda-beda misalnya leukosit granular yang dapat hidup selama manusia hidup.
Sedangkan eritrosit hanya mampu hidup sampai 14 hari.
Disamping kedahsyatan penciptaan manusia dan struktur
yang ada dalam tubuhnya, manusia juga “dianugerahi” beberapa karakter buruk
yang jika tidak diobati, maka akan merugikan manusia itu sendiri.
Beberapa karakter buruk manusia yang disebut dalam
Alquran adalah: Pertama, mengeluh dan kikir. "Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-Ma’arij: 19).
Disadari maupun tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat ia
tertimpa masalah atau dalam kesempitan.
Sedangkan kikir yang dalam bahasa Arab disebut bakhil,
secara detail Allah uraikan dalam QS. Al-Israa’: 100. “... Dan adalah manusia
itu sangat kikir.”
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW menganjurkan agar kita
selalu berdoa, “Allahumma inni a’udzubika minal bukhli (Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari sifat kikir).”
Kedua, lemah.
Dalam Alquran, Allah mendeskripsikan dua kelemahan manusia, yaitu lemah secara
fisik dan lemah (dalam melawan) hawa nafsu buruk. “Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah...” (QS. Ar-Rum: 54).
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisaa’: 28). Menurut Syekh Nawawi
Al-Bantany, tafsir “lemah” dalam Surah An-Nisaa’ itu adalah lemah dalam melawan
hawa nafsu.
Ketiga, zalim
dan bodoh. “... sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS.
Al-Ahzab: 72). Kezaliman dan kebodohan manusia dalam ayat di atas disebabkan
karena rusak dan kotornya bumi, karena pertumpahan darah dan ulah manusia itu
sendiri yang tidak merawat bumi dan seisinya sesuai dengan ketentuan Allah.
Keempat, tidak
adil. Berlaku adil adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kaum Madyan yang tidak berlaku adil, akhirnya
diazab oleh Allah, seperti dalam firman-Nya, “Dan Syu'aib berkata, ‘Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan
manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka
bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Hud: 85).
Betapa pun sulitnya menghindari tabiat yang sudah Allah
lekatkan dalam diri manusia, dengan bertobat dan terus berdoa kepada-Nya,
niscaya Allah meminimalkan karakter buruk tersebut dari dalam diri kita. Serta
memenuhi hati kita dengan cahaya iman dan hidayah untuk semangat dalam
beribadah. Amin.
Red: Chairul
Akhmad
Oleh: Ina Salma
Febriani
0 komentar:
Posting Komentar