Lima Cara Sederhana Menghadapi Cobaan Hidup. Oleh: Aa Gym
1. Siap menerima
suatu cobaan
Kita terkadang lupa bahwa pangkal dari masalah kita bukan
masalah itu sendiri, tetapi bagaimana menyikapi/menerima suatu cobaan. Seperti
menghadapi suatu ujian. Apabila kita mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya,
maka umumnya kita akan mendapatkan hasil yang baik pula. Tetapi kita juga harus
ingat bahwa tidak semua yang kita inginkan akan terwujud. Oleh karena itu, kita
harus siap pula dengan kegagalan dan jangan hanya siap dengan kesuksesan.
Semakin siap kita untuk menghadapi suatu kegagalan, semakin ringan masalah
tersebut akan dirasakan oleh kita. Mulailah dengan niat yang baik, ikhtiar
semampu kita, tapi jangan terkunci oleh keinginan dan nafsu kita, serahkan
semuanya kepada Allah SWT.
2. Kalau
sudah terjadi, kuncinya adalah ridho/diterima
Seringkali saat mengalami suatu masalah/musibah, kita
cenderung berpikir “seandainya saya pergi lebih cepat”, “seandainya kita
belajar lebih giat”, dsb. Hal itu menandakan bahwa kita adalah orang yang tidak
bisa menerima kenyataan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak tenang dalam
menghadapi berbagai cobaan serta masalah hidup. Apabila kita mencoba berpikir
lebih dalam, banyak orang menderita bukan karena kenyataan yang terjadi tetapi
karena tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Oleh karena itu, apabila kita
sudah siap untuk menerima berbagai cobaan dari awal dan bukan di akhir,
InsyaAllah kita akan menjadi lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi
berbagai ujian dalam hidu kita.
3. Jangan
mempersulit diri, “mudahkan urusanmu”
Apabila kita pikirkan baik-baik. Setiap kita mendapatkan
masalah, pada umumnya kita menderita karena pikiran kita sendiri. Banyak orang
menderita karena memikirkan yang belum ada dan bukan mensyukuri yang sudah ada.
Orang tersebut bukan kurang rizki tetapi kurang iman. Kita jangan takut tidak
akan mempunyai rizki yang cukup, tapi takut tidak bisa mensyukuri nikmat yang
sudah kita miliki! Kita harus ingat
bahwa kita dihormati orang lain bukan
karena kita mulia, tapi karena Allah SWT menutupi dosa, aib, dan kesalahan
kita!
Aa gym pun mengatakan terdapat beberapa babak dalam
hidupnya: babak ngetop, babak belur, hingga babak baru. Beliau juga berkata
bahwa pujian jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan dicaci maki. Karena
pujian mendekatkan kita ke kemunafikan.
Namun, dari hal tersebut beliau menyadari bahwa memang terkadang inilah
ujian yang diberikan oleh Allah SWT terhadap hambaNya untuk menaikkan
derajatnya. Jangan membebani diri kita dengan berbagai masalah yang sudah ada.
4. Evaluasi
diri (bertaubat)
“Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan
apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi.”
QS An-Nisa ayat 79
Terkadang kita lalai dalam mengevaluasi diri kita setelah
tertimpa masalah/musibah. Kita cenderung mengedepankan emosi serta mencari-cari
kesalahan orang lain. Kita harus ingat bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah
luput dari dosa. Cara untuk menghilangkan/megurangi dosa tersebut tentu dengan
bertaubat.
Dalam menghadapi berbagai masalah pun kita harus ingat
bahwa tidak ada satupun masalah yang tidak ada solusinya. Tidak ada guru yang
memberikan soal tanpa ada kunci jawaban. Tidak ada seseorang membuat lubang
kunci tanpa pasangan kuncinya. Salah satu jalan utama untuk mendapatkan jawaban
dari masalah kita adalah dengan bertaubat! Pada intinya adalah kita harus
instropeksi terhadap kesalahan diri kita sendiri dan jangan melihat/mencari
kesalahan orang lain. Seperti kisah Nabi Adam a.s. yang memakan buah terlarang
dan akhirnya dikirim ke dunia sebagai hukuman. Beliau menjadi mulia karena
bertaubat dan bukan karena menyalahkan iblis yang telah membujuknya. Begitu
juga dengan Nabi Yunus a.s. yang dimakan oleh ikan paus karena sempat lalai
terhadap umatnya. Beliau pun selamat karena bertaubat.
5. Cukuplah
Allah SWT sebagai penolong kita (hanya bersandar kepada Allah SWT)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai
subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya,
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang
menghembus pada buhul-buhul,
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”
QS Al Falaq 1-5
Seringkali sebagai manusia, kita bersandar kepada
jabatan, kekayaan, suami, istri, orangtua, saudara/kerabat dengan jabatan
tinggi, dsb. Namun satu hal yang tidak kita sadari adalah kita sering
bergantung kepada sesuatu yang tidak kekal. Kaya bisa menjadi miskin, kerabat
bisa meninggal atau hubungan bisa menjadi renggang dan jabatan seseorang bisa
hilang sewaktu-waktu. Begitu semua hal tersebut diambil/hilang kita akan
kehilangan tempat bergantung. Namun apabila kita bersandar kepada Allah SWT yang
kekal, kita tidak akan kehilangan
apa-apa karena kita bersandar kepada yang kekal dan pemilik alam semesta. Hal
ini pun tercermin dari cara Nabi Muhammad SAW mengajarkan agama islam.
Rasulullah menyebarkan agama islam dengan mengajarkan ilmu tauhid terlebih
dahulu, yaitu ilmu mengenal Allah SWT. Baru setelah itu Rasulullah mengajarkan
mengenai solat dan ibadah-ibadah lainnya. Dari hal ini kita bisa melihat bahwa
yang terpenting adalah mengenal Allah SWT terlebih dahulu.
Akhirul kata, derajat seseorang ditentukan pula oleh
masalah yang dialaminya. Semakin tinggi derajat/mulia seseorang semakin berat
pula masalah yang akan dihadapinya. Yang menentukan apakah kita akan menjadi
lebih mulia atau tidak adalah bagaimana kita menyikapi dan mengevaluasi diri sesudahnya.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada hamba-hambaNya
dalam menghadapi&menyikapi berbagai masalah yang kita hadapi, Amin YRA…
Wassalamualaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar