5 Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua
Orang Tua.
1. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang
paling utama.
Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu
Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku
bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yang
paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal
waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah”
[Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]
Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan
amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti
kepada kedua orang tua).
2. Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang
tua.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin
Amr dikatakan.
“Artinya : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu
‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung
kepada kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2),
Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]
3. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat
menghilangkan kesulitan yang sedang dialami
Yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut.
Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.
“Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh
pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba
sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada
yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka
memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar
Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya
Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia
sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala
kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk
mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku
dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu
sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi
keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek
menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan
memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada
kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika
orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya
minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini
adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang
menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449
No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah
Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]
Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua
orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada
Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan
hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena
perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.
Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita
telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan ‘Si Anak’ yang ‘bergadang’
untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika
mengurusnya sewaktu kecil.
‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan
tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang
tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun
anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus
didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada
kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada
orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan
oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Ceraikan istrimu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No.
5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”]
Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yang disampaikan
sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan
daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga
apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat
membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat
seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’
menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan
perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar
Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan
kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]
Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan
dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga
ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati.
Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran
kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu
menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari.
Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara
bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau
yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan
memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.
4. Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan
rizki dan dipanjangkan umur.
Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh Bukhari dan
Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits
Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi.
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua
sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering
ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan
tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya.
Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal
dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk
bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya
insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan
oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur
seseorang.[1] walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang
masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits
ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.
5. Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu
akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari
hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan
dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga).
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas,
terbitan Darul Qolam – Jakarta.]
_________
Oleh
:Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Foote
Note.
[1] Riyadlush
Shalihin, hadits No. 319
Sumber :
almanhaj.or.id
0 komentar:
Posting Komentar