Menghidupkan
Majelis Ilmu
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Mujaadilah (58) Ayat 11).
Asbabun-Nuzul ayat 11 Al-Qur’an Surah (58) Al-Mujadalah,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia
mengatakan bahwa pada suatu hari yaitu hari Jum’at, Rasulullah Saw berada di
Shuffah mengadakan majelis. Beberapa sahabat yang berjuang dalam perang Badar
terlambat datang, diantaranya adalah Tsabit bin Qais, sehingga mereka berdiri
diluar ruangan. Mereka mengucapkan salam lalu Nabi saw dan orang-orang yang
terlebih dahulu datang menjawabnya.
Para pejuang Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat
yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang memperdulikannya. Melihat
keadaan tersebut, Rasulullah saw kemudian meminta kepada orang-orang di
sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang berdiri tetapi rasa
keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik dengan maksud
mencela Nabi, mengatakan “Demi Tuhan, Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih
dahulu datang dengan maksud agar bisa duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri
untuk diberikan kepada orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.
Salah satu keutamaan yang disampaikan dalam ayat ini adalah bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman & orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan.
Keutamaan Bermajelis
Imam Darimi meriwayatkan bahwa Al Hasan berkata:
“Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang dua orang Bani
Isra`il, salah satunya adalah seorang ulama yang mengerjakan shalat wajib,
kemudian ia duduk di majelis untuk mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Kemudian yang satunya lagi adalah seorang yang berpuasa di siang hari dan
menghidupkan malam dengan ibadah. Diantara keduanya, manakah yang lebih
utama?’, maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Keutamaan dan kelebihan ulama yang mengerjakan shalat
wajib kemudian duduk di majelis untuk mengajarkan kebaikan kepada orang lain,
dibandingkan dengan seorang yang ahli ibadah yang berpuasa di siang hari dan
menghidupkan malam dengan ibadah, seperti keutamaan dan kelebihanku
dibandingkan dengan seorang yang paling rendah diantara kalian’ “.
Dari hadits ini telah tersirat bahwa duduk di majelis
(berjamaah) untuk belajar dan mengajarkan (ilmu) kebaikan kepada orang lain
(memberi manfaat bagi orang lain) memiliki keutamaan yang besar.
Jika orang baik adalah orang yang senantiasa berbuat baik
dalam hidupnya, maka orang yang lebih baik adalah orang yang dalam hidupnya
selalu menyalurkan kebaikan dan dengan ilmunya menyeru manusia untuk selalu
berbuat baik. Majelis Ilmu adalah wadah untuk menjalin silaturahim dengan
orang-orang baik, dan wadah untuk menjadikan kita orang yang lebih baik.
Ilmu menurut Imam Az-Zuhri & Imam Syafi’i
Imam Az-Zuhri menyampaikan “Perbanyaklah melakukan
sesuatu yang tidak akan disentuh api neraka.” Lalu ada yang bertanya, “Apakah
itu?” Beliau menjawab, “Perbuatan baik.” Perbuatan baik yang dilakukan dengan
niat hanya karena Allah adalah ibadah. Dan dalam hal ibadah, Imam Az-Zuhri
mengatakan, “Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu diibadahi dengan sesuatu
yang lebih afdhal dibanding dengan ilmu.”.
Beliau mengatakan, “Para ulama sebelum kita berkata, ‘Berpegang
teguh dengan sunah adalah keselamatan, sedang ilmu dicabut dengan begitu
cepatnya. Dengan kemuliaan ilmu tegaklah agama dan dunia, dan dengan hilangnya
ilmu hilang pula agama dan dunia.”.
Imam Syafi’i menyampaikan “Ilmu adalah buruan dan tulisan
adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Merupakan kelalaian
bila engkau telah berburu kijang. Lalu kau biarkan ia terlepas di hadapan
manusia.”.
Sebaik-baik ilmu adalah ilmu Islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadits. Menghidupkan ilmu-ilmu Islam memerlukan wadah, dan
Majelis Ilmu adalah wadah yang dimaksud itu.
Menghidupkan Dzikrullah dan Kitabullah
Rasûlullâh saw bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul
di satu rumah Allâh, mereka membacakan kitabullâh dan mempelajarinya, kecuali
turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat
mengelilingi mereka dan Allâh memuji mereka di hadapan makhluk yang ada
didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak
mengangkatnya.”. (HR. Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah).
Majelis ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
para ulama Rabbani. Bahkan mengadakan majelis ilmu merupakan perkara penting
yang harus dilakukan oleh seorang ‘alim.
Dalam Al-Qur’an surah Ali – Imran (3) Ayat 79, Allah swt
berfirman: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia
berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
Bagitu besar keutamaan menghidupkan ilmu dalam kehidupan
setiap umat, sampai Rasulullah saw pun bersabda: “Jika kalian melewati taman
syurga maka berhentilah. Mereka bertanya, ”Apakah taman syurga itu?” Beliau
menjawab, ”Halaqoh dzikir (majelis Ilmu).” (Riwayat At Tirmidzi. Dishahihkan
Syeikh Salim bin Ied Al Hilali dalam Shahih Kitabul Adzkar).
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, diceritakan oleh Abu
Sa’id Al Khudri bahwa pada suatu hari Mu’awiyah melewati sebuah halaqah
(majilis) di Masjid. Kemudian ia bertanya; ‘Majelis apakah ini?’ Mereka
menjawab; ‘Kami duduk di sini untuk berzikir kepada Allah Azza wa Jalla.’
Mu’awiyah bertanya lagi; ‘Demi Allah, benarkah kalian duduk-duduk di sini hanya
untuk itu? ‘ Mereka menjawab; ‘Demi Allah, kami duduk hanya untuk itu.’.
Kata Mu’awiyah selanjutnya; ‘Sungguh saya tidak menyuruh
kalian bersumpah karena mencurigai kalian. Karena tidak ada orang yang menerima
hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lebih sedikit daripada
saya.’.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melewati halaqah para sahabatnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya: ‘Majelis apa ini?’. Mereka menjawab; ‘Kami duduk untuk
berzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas hidayah-Nya berupa Islam dan
anugerah-Nya kepada kami.’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi:
‘Demi Allah, apakah kalian duduk di sini hanya untuk ini?’ Mereka menjawab; ‘Demi
Allah, kami duduk-duduk di sini hanya untuk ini.’.
Kata Rasulullah selanjutnya: ‘Sungguh aku menyuruh kalian
bersumpah bukan karena mencurigai kalian. Tetapi karena aku pernah didatangi
Jibril alaihis-salam. Kemudian ia memberitahukan kepadaku bahwasanya Allah Azza
wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.’.
Majelis Ilmu dalam riwayat Imam Bukhari
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid
bersama para sahabat datanglah tiga orang.
Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dimana satu diantaranya nampak berbahagia
bermajelis bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang yang kedua duduk di
belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai
bermajelis, Beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang
tadi?” Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah,
maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu
kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling
darinya”.
Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai
para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, dan mencari-cari majelis
dzikir, jika mereka mendapati suatu kaum yang berdzikir kepada Allah mereka
memanggil teman-temannya seraya berkata; ‘Kemarilah terhadap apa yang kalian
cari.’ Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayapnya
sehingga memenuhi langit bumi.
Maka Rabb mereka bertanya padahal Dia lebih tahu dari
mereka; ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab; ‘Mereka
mensucikan Engkau, memuji Engkau, mengagungkan Engkau.’. Allah berfirman:
‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Para malaikat menjawab; ‘Tidak, demi Allah mereka
tidak melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?’.
Para malaikat menjawab; ‘Sekiranya mereka dapat melihat-Mu pasti mereka akan
lebih giat lagi dalam beribadah, lebih dalam mengagungkan dan memuji Engkau,
dan lebih banyak lagi mensucikan Engkau’.
Allah berfirman: ‘Lalu apa yang mereka minta?.’ Para
malaikat menjawab; ‘Mereka meminta surga.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka
telah melihatnya?’ Para malaikat menjawab; ‘Belum, demi Allah mereka belum
pernah melihatnya.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka telah
melihatnya?’ Para malaikat menjawab; ‘Jika mereka melihatnya tentu mereka akan
lebih berkeinginan lagi dan antusias serta sangat mengharap.’.
Allah berfirman: ‘Lalu dari apakah mereka meminta
berlindung?’. Para malaikat menjawab; ‘Dari api neraka.’ Allah berfirman:
‘Apakah mereka telah melihatnya? ‘ Para malaikat menjawab; ‘Belum, demi Allah
wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya sama sekali.’ Allah berfirman:
‘Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?’ Para malaikat menjawab; ‘Tentu mereka
akan lari dan lebih takut lagi.'”.
Beliau (Rasulullah saw) melanjutkan: ‘Allah berfirman:
‘Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni
mereka.’ Beliau melanjutkan; ‘Salah satu dari malaikat berkata; ‘Sesungguhnya
diantara mereka ada si fulan yang datang untuk suatu keperluan? ‘ Allah
berfirman: ‘Mereka adalah suatu kaum yang majelis mereka tidak ada
kesengsaraannya bagi temannya.’.
https://nauvallibrary.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar