Keutamaan Belajar Islam
Berikut adalah keutamaan belajar Islam atau mempelajari
ilmu diin. Perkataan-perkataan di bawah ini adalah perkataan para ulama di masa
silam yang kami nukil dari Mughnil Muhtaj, kitab fiqih Syafi’iyah buah karya
Muhammad bin Al Khotib Asy Syarbini rahimahullah. Semoga semakin membuat kita
semangat mempelajari berbagai ilmu dalam agama ini.
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata,
تَعَلَّمْ
الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لَكَ حَسَنَةٌ ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ ،
وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ ، وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ ، وَتَعْلِيمَهُ مَنْ لَا
يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَبَذْلَهُ لِأَهْلِهِ قُرْبَةٌ .
“Tuntutlah
ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu.
Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih.
Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak
mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya
adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).”
‘Ali
radhiyallahu ‘anhu berkata,
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنْ
الْمَالِ ، الْعِلْمُ يَحْرُسُك وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ ، وَالْمَالُ
تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ ، وَالْعِلْمُ يَزْكُو بِالْإِنْفَاقِ
“Ilmu
(agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti
engkau menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah
ketika diinfakkan.”
Dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ
عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً
“Majelis
ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya.”
Imam Asy
Syafi’i rahimahullah berkata,
مَنْ لَا يُحِبُّ الْعِلْمَ
لَا خَيْرَ فِيهِ
“Siapa yang
tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.”
Imam Asy
Syafi’i rahimahullah juga mengatakan,
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
“Menuntut
ilmu itu lebih utama dari shalat sunnah.”
Dalam perkataan
lainnya, Imam Asy Syafi’i berkata,
لَيْسَ بَعْدَ الْفَرَائِضِ
أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ
“Tidak ada
setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu.”
Yang
menunjukan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
« إِذَا مَرَرْتُمْ
بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا ». قَالَ وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ «
حِلَقُ الذِّكْرِ »
“Jika
kalian melewati taman kebun, maka makan atau minumlah.” “Apa yang dimaksud
riyadhul jannah (taman kebun) tersebut?”, ada yang bertanya. Beliau bersabda,
“Yaitu halaqoh dzikir”. (HR. Tirmidzi no. 3510. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits tersebut hasan). ‘Atho’ berkata,
مَجَالِسُ الذِّكْرِ هِيَ
مَجَالِسُ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ كَيْفَ تَشْتَرِي وَتَبِيعُ وَتُصَلِّي
وَتَصُومُ وَتَنْكِحُ وَتُطَلِّقُ وَتَحُجُّ وَأَشْبَاهُ ذَلِكَ
“Majelis
(halaqoh) dzikir adalah majelis yang didalamnya membicarakan ilmu halal dan
haram yaitu bagaiman engkau berjual beli, bagaimana engkau menunaikan shalat,
puasa, menikah, mentalak, haji dan semacam itu.”
Imam Asy
Syafi’i berkata pula,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Siapa yang
ingin dunia, wajib baginya memiliki ilmu. Siapa yang ingin akherat, wajib
baginya pula memiliki ilmu.” Maksudnya adalah ilmu sangat dibutuhkan untuk
memperoleh dunia dan akherat.
Asy
Syarbini –penulis Mughnil Muhtaj- berkata, “Ketahuilah bahwa keutamaan
mempelajari ilmu Islam yang kami sebutkan berlaku bagi orang yang ikhlas
mengharapkan wajah Allah Ta’ala dalam mencarinya. Jadi ilmu tadi dicari bukan
untuk mendapatkan tujuan dunia seperti harta, kekuasaan, kedudukan,
keistimewaan, kesohoran atau semacam itu. Tujuan dunia semacam ini sungguh
tercela.”
Allah
Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا
نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syura: 20)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا
مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ
لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
yang mempelajari ilmu yang seharusnya ia niatkan untuk mengharap wajah Allah
‘azza wa jalla, namun ia malah niatkan untuk menggapai dunia, maka di hari
kiamat ia tidak akan mencium bau surga” (HR. Abu Daud no. 3664 dan Ibnu Majah
no. 252, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
Wallahu
waliyyut taufiq.
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Referensi:
Mughnil
Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfaazhil Minhaaj, Syamsuddin Muhammad bin Al
Khotib Asy Syarbini, 1/31, terbitan Darul Ma’rifah, cetakan pertama, 1418 H.
0 komentar:
Posting Komentar