Perbanyak Dzikir, Media Ingat Kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat
103, artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.”
Dalam kita mendirikan shalat, kalau kita mengucapkan
salam (taslim) berarti shalat yang kita kerjakan secara formal telah selesai.
Pekerjaan yang mulia yang harus kita lakukan sesudah mendirikan shalat fardhu
adalah menghiasi shalat tersebut dengan amalan-amalan yang baik seperti dzikir
dan bermunajat kepada Allah SWT agar dalam kehidupan kita sehari-hari
senantiasa diberikan nikmat kesempatan, kesehatan dan selalu dalam
perlindungan-Nya.
Di zaman modern seperti sekarang ini ada kecenderungan
dan kebanyakan orang apabila mereka beribadah hanya mengambil yang
pokok-pokoknya saja. Seperti dalam shalat apabila sudah bersalam-salaman mereka
seakan-akan tergesah dan terburu-buru pergi meninggalkan tempat shalat tanpa
duduk kembali untuk berdzikir dan berdo’a. Hal tersebut memang tidak ada
larangan dalam syari’at Islam, sebab secara syar’i shalatnya sudah selesai.
Namun apabila hal tersebut kita diamkan dan kita biarkan, maka akan berdampak
negatif dalam hal kemakmuran masjid atau tempat ibadah pada umumnya. Karena
itulah Allah SWT memerintahkan kepada kita, setelah menyelesaikan shalat
hendaknya kita menyambung dengan berdzikir dan berdo’a kepada Allah.
Dzikir adalah ingat, atau suatu usaha untuk mengingat dan
mendekatkan diri kepada Allah, baik melalui ucapan lisan, bertasbih, bertahmid,
bertahlil dan bertakbir, maupun melalui jalan menghayati dan merenungkan
lafadz-lafadz tersebut di dalam hati kita, tanpa mengucapkan dengan tujuan
untuk mendatangkan ta’at serta takut kepada Allah. Kedua cara tersebut
sama-sama dibenarkan dalam agama Islam sepanjang tidak dilakukan dengan
melampaui batas.
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya: “Berdo’alah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (melampaui batas tentang yang
diminta dan cara meminta).” (QS. Al-A’raf: 55). Dari ayat tersebut dapat kita
fahami bahwa lafadz tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan bacaan lainnya hanyalah
alat, sarana atau mediator untuk mengantarkan kita agar senantiasa ingat kepada
Allah ‘Azza Wajalla karena bagi mereka yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan
pahala.
Sementara itu Rasulullah Muhammd SAW bersabda, artinya:
“Ucapan yang amat disenangi disisi Allah SWT itu ada empat, yaitu: Subhanallah
(Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji bagi Allah), La ilaha illallah
(Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah) dan Allahu Akbar (Allah
Maha besar). Tidak ada halangan engkau memulai dari yang manapun diantara
keempat kalimat tersebut.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain disebutkan, artinya: “Ada dua
kalimat yang ringan untuk diucapkan di lidah, tetapi berat sekali dalam
timbangan (besar pahala), juga amat dicintai oleh Tuhan yang Maha Pengasih,
yaitu kalimat: Subahanallah Wabihamdihi dan Subhanallahil Adzhim.” (HR.
Bukhari-Muslim).
Sebenarnya masih banyak lagi kalimat-kalimat terpuji dan
mulia yang diajarkan Rasulullah SAW sehingga berdampak baik apabila bagi
kehidupan kita sehari-hari. Apalagi kalimat-kalimat tersebut kita ucapkan
sesudah mendirikan shalat fardhu. Begitu banyak Allah menyuruh kita agar kita
selalu ingat kepada-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).
Adapun bagi mereka yang senantiasa melakukan dzikir dan
selalu ingat kepada Allah, baik sesudah shalat maupun di dalam majelis-majelis,
maka mereka selalu dikerumuni para malaikat dan diliputi kerahmatan Allah.
Namun fenomena yang kita lihat di zaman now semakin jarang kita temukan,
lebih-lebih di kalangan anak muda yang banyak menghabiskan waktunya di mall,
tempat-tempat hiburan dan tempat shooping. Terkadang bukan hanya anak-anak
muda, orang dewasa pun sibuk dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga
tidak sempat lagi untuk berdzikir, berdo’a atau bermunajat kepada Allah SWT
padahal jatah umur mereka semakin berkurang.
Karena kita lupa akan sang pencipta itulah, maka rahmat
Allah akan hilang di tengah-tengah masyarakat kita sehingga yang ada kemunkaran
dan kemaksiatan. Hendaknya kita bangkit dan sadar terhadap kemunkaran yang kita
lakukan selama ini dan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Suatu musibah
Allah tangguhkan karena masih ada orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya,
masih ada bayi-bayi dan hewan-hewan yang bersujud kepada-Nya.
Kita tak luput dari permintaan atau pun permohonan,
dengan sesama manusia saja kita selalu memohon dan meminta apalagi dengan sang
pencipta yang Maha Kaya Raya dan Maha Kuasa. Do’a adalah suatu permohonan atau
suatu permintaan yang ditujukan kepada Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam
firman-Nya: ”Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.
Al-Mu’min: 60).
Do’a juga merupakan suatu permohonan dari hamba kepada
Tuhannya yang berisi puji-pujian dan harapan yang dilakukan dengan khusu’,
tawadhu’ dan penuh rasa harap, agar Tuhannya berkenan mengabulkan permohonan
atau keinginannya. Permohonan (do’a) biasanya dilakukan sesudah mereka
berdzikir memuji Allah, sehingga timbul kesan do’a yang dipanjatkan sebagai
penutup dari pada dzikir. Seharusnya tidak selalu demikian, sebab apabila
dikesankan seperti itu rasanya kurang tepat. Dan do’a itu bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja kita berada Allah akan mendengar dan mengabulkan do’a kita.
Kita berdo’a kepada sang pencipta lantaran jiwa kita
terpanggil untuk memohon perlindungan, ketika kita mendapat kesulitan yang
rasanya tidak bisa kita untuk mengatasinya, manusia hanyalah makhluk yang lemah
dan Allah sang pencipta akan memberikan yang terbaik apabila kita berdo’a dan
bermunajat kepada-Nya. Do’a itu merupakan perintah Allah yang ditujukan kepada
manusia itu sendiri, sehingga kita merasa terpanggil untuk memohon kepada-Nya.
Yang terpenting dalam kita berdo’a adalah tumbuh suatu
pengakuan bahwa kita sangat bergantung kepada Allah dan membutuhkan
pertolongan-Nya, serta hilangnya rasa keangkuhan dan kesombongan serta timbul
sikap rendah diri dan penuh harap. Mari kita jadikan dzikir dan berdo’a selalu
menghiasi bibir kita dan mengisi waktu-waktu kita ditengah kesibukan duniawi,
siapa mengingat Allah diwaktu gembira Allah akan mengingat kita dikala susah
dan gunda.
Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah sambil
berbaring, maka Dia akan menyambutnya dengan duduk, barang siapa yang
menghampiri-Nya dengan berdiri serta mendatangi Allah sambil berjalan, maka Dia
akan menjemputnya dengan berlari. Rasanya tidak sebanding dari nikmat yang
Allah berikan kepada kita dengan amal yang kita lakukan. Karena itu sebagai
insan yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, sewajarnyalah kita bersyukur dan
berterima kepada Tuhan yang Maha Bijaksana. Hendaknya kita selalu ingat kepada
Allah, niscaya Allah ingat kepada kita. Jangan kita kufur terhadap nikmat yang
diberikan Allah kepada kita semua.
Oleh: Hasbi
Mustofa, S.Ag., M.Si. (Penyuluh Agama Islam Kota Lubuklinggau)
Editor: Amrullah,
S.Ag., M.M
0 komentar:
Posting Komentar