Jumat, 15 Juli 2022

Perbanyak Dzikir, Media Ingat Kepada Allah SWT

 Perbanyak Dzikir, Media Ingat Kepada Allah SWT

 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 103, artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Dalam kita mendirikan shalat, kalau kita mengucapkan salam (taslim) berarti shalat yang kita kerjakan secara formal telah selesai. Pekerjaan yang mulia yang harus kita lakukan sesudah mendirikan shalat fardhu adalah menghiasi shalat tersebut dengan amalan-amalan yang baik seperti dzikir dan bermunajat kepada Allah SWT agar dalam kehidupan kita sehari-hari senantiasa diberikan nikmat kesempatan, kesehatan dan selalu dalam perlindungan-Nya.

Di zaman modern seperti sekarang ini ada kecenderungan dan kebanyakan orang apabila mereka beribadah hanya mengambil yang pokok-pokoknya saja. Seperti dalam shalat apabila sudah bersalam-salaman mereka seakan-akan tergesah dan terburu-buru pergi meninggalkan tempat shalat tanpa duduk kembali untuk berdzikir dan berdo’a. Hal tersebut memang tidak ada larangan dalam syari’at Islam, sebab secara syar’i shalatnya sudah selesai. Namun apabila hal tersebut kita diamkan dan kita biarkan, maka akan berdampak negatif dalam hal kemakmuran masjid atau tempat ibadah pada umumnya. Karena itulah Allah SWT memerintahkan kepada kita, setelah menyelesaikan shalat hendaknya kita menyambung dengan berdzikir dan berdo’a kepada Allah.

Dzikir adalah ingat, atau suatu usaha untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah, baik melalui ucapan lisan, bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir, maupun melalui jalan menghayati dan merenungkan lafadz-lafadz tersebut di dalam hati kita, tanpa mengucapkan dengan tujuan untuk mendatangkan ta’at serta takut kepada Allah. Kedua cara tersebut sama-sama dibenarkan dalam agama Islam sepanjang tidak dilakukan dengan melampaui batas.

Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya: “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta).” (QS. Al-A’raf: 55). Dari ayat tersebut dapat kita fahami bahwa lafadz tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan bacaan lainnya hanyalah alat, sarana atau mediator untuk mengantarkan kita agar senantiasa ingat kepada Allah ‘Azza Wajalla karena bagi mereka yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan pahala.

Sementara itu Rasulullah Muhammd SAW bersabda, artinya: “Ucapan yang amat disenangi disisi Allah SWT itu ada empat, yaitu: Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji bagi Allah), La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah) dan Allahu Akbar (Allah Maha besar). Tidak ada halangan engkau memulai dari yang manapun diantara keempat kalimat tersebut.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat yang lain disebutkan, artinya: “Ada dua kalimat yang ringan untuk diucapkan di lidah, tetapi berat sekali dalam timbangan (besar pahala), juga amat dicintai oleh Tuhan yang Maha Pengasih, yaitu kalimat: Subahanallah Wabihamdihi dan Subhanallahil Adzhim.” (HR. Bukhari-Muslim).

Sebenarnya masih banyak lagi kalimat-kalimat terpuji dan mulia yang diajarkan Rasulullah SAW sehingga berdampak baik apabila bagi kehidupan kita sehari-hari. Apalagi kalimat-kalimat tersebut kita ucapkan sesudah mendirikan shalat fardhu. Begitu banyak Allah menyuruh kita agar kita selalu ingat kepada-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS.  Al-Ahzab: 41).

Adapun bagi mereka yang senantiasa melakukan dzikir dan selalu ingat kepada Allah, baik sesudah shalat maupun di dalam majelis-majelis, maka mereka selalu dikerumuni para malaikat dan diliputi kerahmatan Allah. Namun fenomena yang kita lihat di zaman now semakin jarang kita temukan, lebih-lebih di kalangan anak muda yang banyak menghabiskan waktunya di mall, tempat-tempat hiburan dan tempat shooping. Terkadang bukan hanya anak-anak muda, orang dewasa pun sibuk dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak sempat lagi untuk berdzikir, berdo’a atau bermunajat kepada Allah SWT padahal jatah umur mereka semakin berkurang.

Karena kita lupa akan sang pencipta itulah, maka rahmat Allah akan hilang di tengah-tengah masyarakat kita sehingga yang ada kemunkaran dan kemaksiatan. Hendaknya kita bangkit dan sadar terhadap kemunkaran yang kita lakukan selama ini dan kembali mendekatkan diri kepada Allah. Suatu musibah Allah tangguhkan karena masih ada orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya, masih ada bayi-bayi dan hewan-hewan yang bersujud kepada-Nya.

Kita tak luput dari permintaan atau pun permohonan, dengan sesama manusia saja kita selalu memohon dan meminta apalagi dengan sang pencipta yang Maha Kaya Raya dan Maha Kuasa. Do’a adalah suatu permohonan atau suatu permintaan yang ditujukan kepada Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: ”Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60).

Do’a juga merupakan suatu permohonan dari hamba kepada Tuhannya yang berisi puji-pujian dan harapan yang dilakukan dengan khusu’, tawadhu’ dan penuh rasa harap, agar Tuhannya berkenan mengabulkan permohonan atau keinginannya. Permohonan (do’a) biasanya dilakukan sesudah mereka berdzikir memuji Allah, sehingga timbul kesan do’a yang dipanjatkan sebagai penutup dari pada dzikir. Seharusnya tidak selalu demikian, sebab apabila dikesankan seperti itu rasanya kurang tepat. Dan do’a itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja kita berada Allah akan mendengar dan mengabulkan do’a kita.

Kita berdo’a kepada sang pencipta lantaran jiwa kita terpanggil untuk memohon perlindungan, ketika kita mendapat kesulitan yang rasanya tidak bisa kita untuk mengatasinya, manusia hanyalah makhluk yang lemah dan Allah sang pencipta akan memberikan yang terbaik apabila kita berdo’a dan bermunajat kepada-Nya. Do’a itu merupakan perintah Allah yang ditujukan kepada manusia itu sendiri, sehingga kita merasa terpanggil untuk memohon kepada-Nya.

Yang terpenting dalam kita berdo’a adalah tumbuh suatu pengakuan bahwa kita sangat bergantung kepada Allah dan membutuhkan pertolongan-Nya, serta hilangnya rasa keangkuhan dan kesombongan serta timbul sikap rendah diri dan penuh harap. Mari kita jadikan dzikir dan berdo’a selalu menghiasi bibir kita dan mengisi waktu-waktu kita ditengah kesibukan duniawi, siapa mengingat Allah diwaktu gembira Allah akan mengingat kita dikala susah dan gunda.

Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah sambil berbaring, maka Dia akan menyambutnya dengan duduk, barang siapa yang menghampiri-Nya dengan berdiri serta mendatangi Allah sambil berjalan, maka Dia akan menjemputnya dengan berlari. Rasanya tidak sebanding dari nikmat yang Allah berikan kepada kita dengan amal yang kita lakukan. Karena itu sebagai insan yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, sewajarnyalah kita bersyukur dan berterima kepada Tuhan yang Maha Bijaksana. Hendaknya kita selalu ingat kepada Allah, niscaya Allah ingat kepada kita. Jangan kita kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada kita semua.

 

Oleh: Hasbi Mustofa, S.Ag., M.Si. (Penyuluh Agama Islam Kota Lubuklinggau)

Editor: Amrullah, S.Ag., M.M

https://sumsel.kemenag.go.id

 

0 komentar:

Posting Komentar