Iman Tanda Allah
Cinta
Sebagian kita menyangka bahwa harta adalah segalanya.
Dengan harta pun semuanya makin mudah. Bersyukur memang jika kita berharta,
apalagi jika kita dapat menyalurkan harta tersebut pada jalan kebaikan. Namun
bagaimana jika kita luput dari dunia. Harta kita barangkali amblas, hilang,
dirampas. Sebenarnya, itu pun patut kita syukuri jika Allah masih memberi kita
iman.
Ingatlah keimanan itu begitu berharga karena iman hanya
spesial untuk orang beriman. Iman hanya diberikan kepada hamba yang Allah
pilih. Iman hanya terkhusus bagi siapa yang Allah cinta. Bedanya dengan harta,
orang kafir pun bisa mendapatkan bagiannya.
Lihat saja jajaran orang kaya di dunia, mulai dari Biil Gates dan Roman
Abramovich. Orang beriman dan orang yang sangat kufur sekali pun sama-sama
diberi harta. Sedangkan bagaimana dengan iman? Iman hanya ada pada sisi orang
beriman. Maka inilah yang patut kita sykuri. Meskipun dunia tidak kita dapat,
kita harus tetap bersyukur masih ada sedikit harta yang Allah beri. Meskipun
harta kita terbatas, masih ada iman yang begitu berharga yang masih kita
rasakan nikmatnya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
إِنَّ
اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي
الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ
“Sesungguhnya
Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman
hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta.”[1]
Syukurilah
yang sedikit karena masih ada iman, nikmat tiada tara yang Allah beri. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ
الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang
siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri
sesuatu yang banyak.”[2]
Iman begitu
berharga. Jika para raja tahu nikmatnya iman di dada, pasti mereka akan
mencabutnya. Para salaf mengatakan,
لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ
وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ
“Seandainya
para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini,
tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”[3]
Teruslah
bersyukur, maka akan diberi tambahan nikmat. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS.
Ibrahim: 7)
Sebenarnya
kita sudah mendapatkan dunia seisinya saat kita diberi rasa aman, diberi
kesehatan badan dan diberi nikmat makan oleh Allah. Dengan nikmat-nikmat yang
terus kita dapat setiap harinya, maka meskipun kurang harta, masih tetap kita
harus bersyukur karena dunia seisinya sebenarnya telah kita raih. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ
آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا
حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan,
dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia
seluruhnya.”[4]
Jadilah
orang yang qonaah, selalu merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri. Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ
وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh
sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan
Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.”[5]
Iman dan
takwa itu begitu berharga. Oleh karenanya, selalu mintalah pada Allah iman dan
takwa. Meski hidup pas-pasan, jangan sampai iman ini digadaikan hanya karena
sesuap nasi atau indomie. Mohonlah pada Allah, jangan sampai iman ini hilang di
saat malaikat maut mencabut nyawa kita.
Iman dan takwa itulah tanda Allah cinta. Sedangkan harta belum tentu
tanda Allah cinta pada hamba.
Ya Allah,
anugerahkanlah pada kami iman, takwa dan sifat qonaah. Aamiin Yaa Mujibas
Saailin.
Muhammad
Abduh Tuasikal, MSc
[1] Diriwayatkan oleh Al Maruzi dalam Zawaiduz Zuhd, Ibnu
Abi Syaibah 3/294, Al Bukhari dalam Adabul Mufrod 279, sanadnya shahih kata
Syaikh ‘Ali Al Halabi dalam tahqiq beliau terhadapa kitab Ad Daa’ wad Dawaa’
Ibnul Qayyim
[2] HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667
[3] Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96,
terbitan Dar Ibnul Jauziy.
[4] HR. Tirmidzi no. 2346. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan
[5] HR. Muslim no. 1054
0 komentar:
Posting Komentar