7 Wasiat Rasulullah
SAW
Puji syukur kehadirat Allah yang telah menurunkan
utusan-Nya Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk dan jalan paling
terang kepada umat manusia di bumi ini, yaitu agama Islam. Pada diri Nabi
Muhammad SAW dapat kita temukan suri tauladan terbaik bagi seluruh manusia.
Tutur katanya, perilakunya, kebijaksanaannya, semua tingkah lakunya di dunia
ini membawa kebaikan dan contoh yang baik bagi setiap manusia di bumi ini.
Berkat kesabaran dan kasih sayang beliaulah kita sampai saat ini dapat menjadi
seorang muslim seutuhnya yang bebas memeluk agama Islam secara merdeka.
Perjuangan beliau dalam menyebarkan ajaran Islam yang suci dan indah ini sudah
tidak dapat diragukan lagi. Caci maki, kekerasan fisik dan psikis sering dialami
beliau karena keikhlasan beliau dalam menyampaikan kebaikan.
Cinta beliau kepada Allah dan para umat Islam membuat
beliau lupa akan semua rasa perih dan sakit yang beliau terima dan
rasakan.Sebelum kepergiannya, beliau telah meninggalkan begitu banyak suri
tauladan yang baik yang dapat kita jadikan pedoman hidup agar dapat menjadi
seorang muslim yang kaffah dan seutuhnya. Salah satunya adalah ketujuh pesan
beliau kepada salah seorang sahabat, Abu Dzar Al-Ghifari.
Berikut Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
عَنْ
أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ
وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ
أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ،
وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ
أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ،
وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu
Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu
'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:
(1) supaya
aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau
memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan
tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,
(3) beliau
memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar
kepadaku,
(4) aku
dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),
(5) aku
diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
(6) beliau
berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada
Allah, dan
(7) beliau
melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.
Berikut
penjelasan Ketujuh wasiat tersebut:
1.
Mencintai orang miskin
Beliau
memerintahkan kita seluruh umat Islam agar senantiasa untuk mencintai orang
miskin. Orang-orang miskin yang beliau maksudkan adalah orang-orang yang
hidupnya tidak berkecukupan dan tidak mempunyai harta untuk mencukupi
kehidupannya, dan mereka tidak mau meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan
mereka.
Wasiat ini
berlaku umum untuk seluruh umat Islam. Yang dimaksud dengan mencintai adalah
lebih kepada sikap dan perlakuan kita terhadap orang-orang miskin. Kita
dituntut untuk berlaku tawadhu, duduk bersama mereka, menolong mereka, serta
turut bersabar bersama mereka. Menolong dan berbagi dengan mereka, adalah salah
satu bukti paling nyata dan kongkret dari rasa cinta kita terhadap orang
miskin. Berbagi dan menolong terhadap sesama tentu saja akan mendatangkan
Ridha-Nya dan kasih sayang-Nya, seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW
“Barangsiapa
menghilangkan kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan
kesulitan orang-orang yang dililit utang, Allah akan memudahkan atasnya di
dunia dan di akhirat.”
Ingin
ditolong Allah pada hari akhir nanti? Maka bergiatlah untuk menolong sesama,
terutama menolong orang-orang miskin, agar senantiasa mendapatkan pertolongan
dan kasih sayang-Nya. Sesama hidupnya, Rasulullah SAW pun selalu mencintai
orang-orang miskin dan dekat dengan mereka. Rasulullah pun selalu menghimbau
dan mengajak para sahabatnya agar selalu mencintai mereka yang mengalami
kekurangan dari segi ekonomi.
Dalam suatu
riwayat Ibnu ‘Umar disebutkan pada satu hari bahwa salah seorang dari kaum
Muhajirin yang miskin menceritakan kepada Rasulullah, betapa beruntungnya
mereka yang memiliki kekayaan harta, karena dapat beribadah dan beramal lebih
banyak melalui harta mereka. Mendengar hal itu, Rasulullah pun bersabda:
“Wahai
orang-orang yang miskin, aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian, bahwa
orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu masuk surga daripada orang mukmin
yang kaya, dengan tenggang waktu setengah hari, itu sama dengan lima ratus
tahun.
Bukankah
Allah berfirman: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu
tahun menurut perhitunganmu”.
Lalu,
bagaimana bisa seorang yang miskin akan lebih dahulu masuk surga? Padahal bisa
dibilang orang yang memiliki hartalah yang lebih banyak beramal dan bersedekah.
Rasulullah pun menjawab, orang-orang yang memiliki harta akan menyusul
orang-orang miskin untuk memasuki surga, karena mereka harus melalui proses
pertanggungjawaban dan perhitungan dari harta-harta yang mereka miliki dan
mereka pakai selama mereka hidup di dunia ini. Maka, sungguh begitu banyak
ladang amal yang telah Allah sediakan di muka bumi ini, salah satunya yaitu
mengasihi dan menyayangi orang-orang miskin.
2. Melihat
pada orang yang lebih rendah dalam hal materi dan penghidupan
Jauh dari
syukur, itulah sifat dasar dari manusia, oleh karena itu Rasulullah
memerintahkan umat Islam untuk melihat kepada orang yang lebih rendah dalam hal
materi dan penghidupan, agar kita senantiasa berterimakasih dan bersyukur atas
segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita. Sebagaimana sabda
Rasulullah:
“Lihatlah
kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat
Allah yang telah diberikan kepadamu” (HR. Bukhari)
Melalui
hadits ini Rasulullah mengingatkan kita agar tidak melihat kepada orang-orang
yang hidupnya berada di atas kita, orang-orang yang hidupnya bergelimang harta
dan memiliki kekayaan yang melimpah, karena demi Allah, keindahan dan
kenikmatan benar-benar menyilaukan dan memukau bagi siapa saja yang lupa untuk
berterima kasih dan beriman kepada Allah SWT.
Dengan
melihat kepada orang yang berada di bawah kita, kita akan merasa berterima
kasih dan menyadari begitu banyak nikmat yang telah diberikan-Nya sampai saat
ini. Nikmat dan karunia sekecil apapun, jika disyukuri maka akan terasa begitu
indah.
Namun,
dalam hal beribadah justru sebaliknya, kita dianjurkan untuk melihat kepada
mereka yang berada di atas kita, mereka yang ibadah dan akhlaknya lebih baik
dari kita. Mengapa demikian? Hal ini akan memotivasi kita dan membuat kita
senantiasa untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan meraih Ridha-Nya.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Dan untuk
yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Muthaffifin [83]:
26)
3.
Menyambung silaturahim
Silaturahim
adalah ibadah yang mulia dan memberikan banyak berkah bagi siapa pun yang
melakukannya. Silaturahim merupakan fitrah dan kebutuhan manusia, karena
seperti apa yang telah kita dapat dari pelajaran IPS semasa di sekolah, manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, dan senantiasa
berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama manusia. Maka, silaturahim
merupakan salah satu ibadah yang paling dianjurkan dan diwajibkan dalam Islam.
Seperti peringatan dan ancaman-Nya dalam firman
“Maka,
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad [47]: 22-23)
Maka, di
zaman modern yang semakin memudahkan kita untuk berkomunikasi, rasanya tidak
ada lagi alasan untuk tidak menyambung silaturahim kepada sesama saudara.
Karena, menyambung tali silaturahim memiliki banyak manfaat, rahmat dan
kebaikan dari Allah senantiasa tercurah kepada mereka yang senantiasa
menyambung tali silaturahim, silaturahim juga merupakan sebab pentingnya
seseorang masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Selain itu, silaturahim
juga merupakan tanda ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada
Tuhannya, Allah SWT.
4.
Memperbanyak ucapan “La Haula Walaa Quwwata Illa Billah”
La haula
walaa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan
Allah), sebuah kalimat yang mengingatkan kita bahwa sudah semestinya sebagai
hamba yang lemah kita senantiasa dan meyakini bahwa segala sesuatu yang kita
lakukan terjadi karena kehendak dan kuasa-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di
muka bumi ini, baik yang besar maupun kecil, semuanya terjadi karena
kehendak-Nya, maka tidaklah pantas kita sebagai manusia merasa sombong dan
takabur. Kalimat ini juga mengingatkan kita bahwa hanya Allah lah satu-satunya
tempat kembali dan meminta, tiada daya dan kekuatan yang dapat menandingi atau
menyamai kekuatan serta kehendak-Nya.
Ketika
seorang hamba mengucapkan kalimat La haula walaa quwwata illa billah dengan
sepenuh hati, berarti bahwa hamba tersebut telah mengakui ketidakberdayaan dan
kelemahannya di hadapan Allah SWT, tiada kesombongan sedikit pun terbesit bagi
mereka yang telah mengucapkan kalimat ini dengan sepenuh hati dan jiwa.
5. Berani
berkata benar meskipun pahit
Berkata
benar, terkadang memang terasa sulit, terlebih jika kebenaran tersebut adalah
kebenaran yang terasa pahit untuk diucapkan dan disampaikan. Berbagai alasan
pun melatarbelakangi hal ini, mulai dari rasa sungkan, atau rasa segan karena
yang sedang kita hadapi adalah orang yang memiliki derajat atau kedudukan lebih
tinggi. Hal ini, tentu saja bertentangan dengan apa yang Rasulullah sabdakan:
“Jihad yang
paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (benar) kepada penguasa yang
zhalim”.
Berbagai
cara dapat dilakukan untuk menyampaikan kebenaran kepada atasan, pemimpin atau
penguasa yang bathil. Cara yang dilakukan secara perlahan dan baik-baik tentu
akan lebih “ampuh” dibandingkan dengan cara kekerasan dan “kengototan” kita
dalam menyampaikan kebenaran. Penyampaian secara persuasif akan jauh lebih
efektif, karena Islam memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan
nasihat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa
yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan
terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau
penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si
penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah menjalankan
kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”.
6. Tidak
takut celaan ketika berdakwah di jalan Allah
Berbagai
cobaan dan siksaan yang menimpa Rasulullah ketika berdakwah tentu tidak
diragukan lagi kebenarannya. Cobaan dan siksaan yang begitu perih dan pedih
dialami oleh Rasulullah dan para sahabat-Nya dalam menyampaikan ajaran-ajaran
Islam, namun hal itu tidak sedikit pun membuat mereka gentar dan takut, karena
mereka percaya dengan janji Allah yang begitu manis dan indah.
Dakwah, sedari
dulu, memang bukan hal yang mudah dan pasti akan mengalami banyak hambatan dan
cobaan. Hambatan, rintangan, dan perlawanan tentu akan datang dari mereka yang
tidak menyukai melihat Islam berjaya. Hambatan dan rintangan yang berat ini
bukan tidak mungkin akan menyurutkan langkah kita dalam berdakwah, namun
Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk tetap bersikap berani dan pantang
menyerah dalam menyampaikan kebaikan (QS. Al-Ahzaab [33]: 39).
Allah
begitu mencintai siapa pun yang mengutarakan kebenaran dari ajaran-Nya, seperti
yang Allah sampaikan dalam surat Al-Maidah [5]: 54.
Jaminan
mendapatkan surga pun telah dijanjikan-Nya bagi siapa pun yang berdakwah di
jalan-Nya. Dakwah memanglah tidak mudah, maka dakwah harus dilakukan semata
untuk mendapatkan Ridha-Nya agar kita tidak dengan mudah berhenti dan keluar
dari barisan dakwah yang begitu mulia ini.
7. Tidak
meminta-minta
Meminta-minta
adalah perbuatan yang sama sekali tidak mencerminkan sikap dan jiwa dari
seorang muslim yang baik. Meminta-minta adalah haram hukumnya dalam Islam,
karena Islam mengajarkan setiap umatnya untuk senantiasa berusaha dan berjuang
untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hidup
memanglah tidak mudah dan membutuhkan perjuangan yang besar untuk dapat tetap
bertahan, oleh karena itu Islam mengharamkan hal ini dan mendidik setiap
umatnya agar dapat menjadi manusia yang tangguh dan tidak bermental
“peminta-minta”.
Meminta-minta
diperbolehkan jika untuk keperluan yang berkenaan dengan keperluan dan
kepentingan umum umat Islam, seperti untuk pembangunan sarana peribadatan,
pendidikan bantuan untuk fakir-miskin dan anak-anak yatim. Namun, semua hal
tersebut pun harus dilakukan sesuai dengan prosedural yang berlaku, tidak dapat
dilakukan secara sembarangan dan tanpa aturan.
Mental
seorang muslim adalah mental seorang muslim yang tangguh dan tidak mudah
menyerah serta rela berjuang keras untuk mendapatkan dan mencapai impiannya,
bukan dari meminta-minta dan sekedar berpangku tangan.
Demikian
lah ke tujuh wasiat Rasulullah yang disampaikan kepada Abu Dzar Al-Ghifari,
semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat.
Allahualam
bisshawab.
* Diadaptasi dari buku karya AA Gym diolah
0 komentar:
Posting Komentar