Tahajjud dan
Istighfar di Malam Hari
Di antara ibadah sunnah yang sangat ditekankan dalam
Islam adalah shalat Tahajjud. Demikian ditekankannya Tahajjud, sampai-sampai
secara khusus disebutkan dalam Al-Quran dan disebutkan pula keutamaan bagi
orang yang melakukannya.
Selain Tahajjud, istighfar pun sangat dianjurkan untuk
selalu dilakukan. Dalam ungkapannya berikut ini pengarang menekankan kedua hal
tersebut. Marilah kita simak dengan seksama apa yang dikatakan oleh pengarang
dan penjelasannya dari pensyarah.
Pengarang mengatakan:
Apabila engkau terbangun di malam hari, Tahajjud-lah
Dan istighfarlah untuk orang-orang mukmin dan merataplah
Maksudnya: apabila
engkau terbangun dari tidur di malam
hari, lakukanlah shalat sunnah meski hanya satu rakaat, sebagaimana yang
dikatakan Syaikh Asy-Syibramalisi. Dua rakaat di tengah malam merupakan harta
simpanan dari simpanan-simpanan kebaikan. Maka perbanyaklah simpanan-simpanan
kebaikan untuk hari kebutuhanmu, yaitu hari ketika tak ada kerabat yang dapat
memberikan manfaat bagimu dan tiada penolong yang dapat membantumu.
Nabi SAW bersabda kepada Abu Dzar RA, “Jika engkau hendak
bepergian, apakah engkau mempersiapkan perlengkapan untuk itu?”
Abu Dzar menjawab, “Ya.”
Nabi bersabda, “Lalu bagaimana dengan kepergian menempuh
hari Kiamat? Inginkah engkau aku beri tahukan, wahai Abu Dzar, sesuatu yang
dapat berguna bagimu di hari itu?”
Abi Dzar berkata, “Tentu, wahai Rasulullah.”
Nabi bersabda, “Berpuasalah di hari yang sangat panas
untuk hari kebangkitan, shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk
menghadapi kecemasan di dalam kubur, berhajilah dengan haji yang sempurna untuk
perkara-perkara berat (di akhirat), bersedekahlah dengan sedekah yang baik
kepada orang miskin atau dengan ucapan benar yang engkau ucapkan, atau dengan
meninggalkan ucapan yang buruk.”
Nabi SAW juga bersabda, “Lakukanlah oleh kalian shalat
malam, karena hal itu merupakan
kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, pendekatan diri kepada Allah Ta`ala,
pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit dari
tubuh.”
Beliau juga bersabda, “Dua rakaat di tengah malam yang
dilakukan oleh seorang anak Adam lebih
baik daripada dunia dan seisinya. Dan jika saja tidak memberatkan umatku,
niscaya aku mewajibkan dua rakaat shalat malam tersebut kepada mereka.”
Diriwayatkan bahwa Allah membanggakan orang-orang yang
melakukan shalat malam kepada para malaikat. Allah berfirman, “Lihatlah
hamba-hamba-Ku. Sungguh mereka telah melakukan shalat di kegelapan malam,
sehingga tidak ada yang melihat mereka selain Aku. Aku bersaksi kepada kalian
bahwasanya Aku mempersilakan mereka menempati negeri kemuliaan-Ku.”
Kemudian setelah shalat, mohon ampunlah untuk orang-orang
beriman, laki-laki dan perempuan. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa memohonkan
ampunan kepada Allah bagi orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, niscaya,
dari setiap orang beriman laki-laki dan perempuan, Allah menuliskan baginya
satu kebaikan.”
Nabi SAW juga bersabda, “Barang siapa memohon ampun
kepada Allah setiap hari sebanyak 70 kali, niscaya ia tidak ditulis tergolong
para pendusta. Dan barang siapa memohon ampun di setiap malam sebanyak 70 kali,
niscaya ia tidak ditulis tergolong orang-orang yang lalai.”
Beliau juga bersabda, “Barang siapa memohon ampunan untuk
orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan setiap hari
sebanyak 27 kali, niscaya ia termasuk orang-orang yang mustajab doanya dan
penghuni bumi diberikan rizqi sebab doa mereka.”
Di dalam hadits lain Nabi SAW bersabda, “Barang siapa
memohon ampunan kepada Allah setiap usai shalat sebanyak tiga kali, lalu ia
mengucapkan:
Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa huwal
hayyal-qayyuuma wa atubu ilayh
‘Aku memohon ampunan kepada Allah, yang tiada Tuhan
selain Dia, Dzat Yang Maha hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat
kepada-Nya’
niscaya akan diampuni dosanya, meskipun ia telah melarikan diri dari peperangan.”
Dan menangislah atas dosa-dosamu dan kekuranganmu dalam
ibadah, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ali An-Najjariy:
Sucikanlah hati
dari segala kotoran
Obatnya adalah tangisanmu di waktu-waktu sahur
Yakni, kosongkanlah hatimu dari masuknya ke dalam hati
perkara-perkara yang dapat mengotorinya, seperti dengki, sombong, bangga diri,
pebuatan menipu, riya’, cinta kepemimpinan dan pangkat, banyak bicara dan tawa
canda.
Obat penawar hati tersebut adalah menangis di akhir
malam, karena waktu tersebut adalah waktu kemuliaan dan saat turunnya
rahmat-rahmat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Jabir, Nabi SAW
bersabda, “Sesungguhnya di malam hari ada satu waktu yang tidaklah bertepatan
pada waktu itu seorang muslim memohon kebaikan kepada Allah Ta`ala, melainkan
Allah pasti akan memberikannya kepada hamba itu.”
Dan dalam riwayat lain, “Sesungguhnya di malam hari ada
satu waktu yang tidaklah bertepatan pada
waktu itu seorang muslim meminta kepada Allah kebaikan-kebaikan urusan dunia
dan akhirat melainkan Allah pasti memberikannya kepada hamba itu.”
Waktu tersebut ada di setiap malam, maka seyogianya bagi
manusia agar “mendesak” (memohon dengan amat sangat) dalam berdoa untuk dirinya
dan untuk orang lain, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang demikian
dalam berdoa.
Masih melanjutkan pembahasannya tentang Tahajjud, dalam
bahasan kali ini pengarang memaparkan perkara-perkara yang dapat membuat orang
menjadi mudah untuk melakukan Tahajjud dan perkara-perkara yang membuat orang
menjadi berat melakukannya. Marilah kita perhatikan penjelasan pengarang dan
keterangan lebih terperinci dari pensyarah tentang masalah ini.
Pengarang mengatakan:
Shalat Tahajjud
dapat tertinggal karena banyak perhatianmu
dan kesibukanmu dengan dunia, dalam keadaan lalai
Juga memperbincangkan dunia, kemudian senda gurau dan
bicara tak karuan
Begitu pun karena membuat lelah anggota tubuh dan banyak
makan
Dan yang membantu Tahajjud adalah memperbaharui wudhu
dan dzikirmu
sebelum matahari terbenam, membaca tasbih dengan
menghadap kiblat
Juga beribadah antara waktu isya dan maghrib
Dan tidak berbicara setelah itu, seraya mengabaikan
urusan dunia
Penjelasan
Pengarang
Maksud perkataan pengarang adalah demikian:
Penyebab-penyebab luputnya shalat Tahajjud ada empat perkara. Yakni,
pertama, keingingan duniawi disertai kelalaian terhadap akhirat. Kedua,
pembicaraan yang tidak ada gunanya, percakapan yang bathil, dan suara yang
campur aduk (hiruk pikuk dan semacamnya). Ketiga, melelahkan anggota tubuh
dengan berbagai pekerjaan di siang hari. Keempat, banyak makan.
Kemudian penyebab-penyebab yang memudahkan orang untuk
melakukan Tahajjud juga ada empat: Pertama, memperbaharui wudhu. Kedua,
berdzikir sebelum matahari terbenam, termasuk tasbih. Ketiga, beribadah di
antara waktu maghrib dan isya. Keempat, tidak berbicara di waktu tersebut.
Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya
mendirikan shalat malam itu sulit bagi manusia, kecuali bagi orang yang
mendapat taufik untuk mendirikannya dengan syarat-syaratnya yang memudahkan
baginya secara lahir dan bathin.
Adapun hal-hal yang memudahkan secara lahiriah ada empat
perkara: Pertama, tidak banyak makan, karena makan akan menyebabkan
banyak minum, sehingga akan banyak tidur. Kedua, tidak melelahkan
dirinya di siang hari dengan pekerjaan-pekerjaan yang dapat meletihkan
anggota-anggota tubuh dan urat-urat syaraf, karena itu pun dapat menyebabkan
tidur. Ketiga, tidak meninggalkan tidur qailulah (tidur sejenak sebelum
zhuhur), karena itu termasuk perbuatan sunnah yang dapat membantu bangun di
waktu malam. Keempat, tidak melakukan dosa-dosa, karena dapat mengeraskan
hati dan menjadi penghalang dirinya mendapatkan rahmat.
Adapun hal yang memudahkan secara bathin ada empat
perkara: Pertama, hati bebas dari rasa dengki kepada sesama muslim,
dari perbuatan-perbuatan bid‘ah, dan dari keinginan dunia yang melebihi kebutuhan.
Maka orang yang asyik menenggelamkan diri dalam keinginan memikirkan hal
duniawi tidak akan mudah melakukan shalat malam. Seandainya pun ia lakukan, ia
tidak memikirkan shalatnya itu, melainkan hanya memikirkan
keinginan-keinginan dunianya. Pikirannya hanya seputar kekhawatiran-kekhawatiran
tentang dunia.
Kedua, rasa takut yang kuat kepada Allah dan sedikit
angan-angan. Apabila ia memikirkan keadaan-keadaan akhirat dan lembah-lembah
neraka Jahanam, niscaya akan hilang keinginan tidurnya dan akan meningkat
kewaspadaannya.
Ketiga, mengetahui keutamaan shalat malam dengan mendengarkan
ayat-ayat, hadits-hadits, dan atsar-atsar (perkataan-perkataan sahabat) sehingga
mantap harapan dan kerinduannya untuk meraih ganjaran. Dengan demikian akan
menguat kerinduannya untuk mencari tambahan ganjaran dan akan menguat pula
keinginannya kepada derajat-derajat surga.
Keempat, cinta kepada Allah dan keyakinan yang kuat bahwa tidak
satu huruf pun yang ia ucapkan dalam shalat malamnya melainkan merupakan munajat
kepada Tuhannya, dan Dia memperhatikan kepadanya serta menyaksikan apa yang
tersirat di hatinya, dan bahwasanya siratan-siratan hatinya itu berasal dari
Allah Ta‘ala.
Apabila ia mencintai Allah Ta‘ala, ia akan suka menyepi
dengan-Nya tanpa ragu-ragu dan merasa lezat bermunajat kepada-Nya. Maka
kelezatan munajat kepada Sang Kekasih akan membuatnya berlama-lama melakukan
shalat malam.”
Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda,
”Barang siapa hendak tidur dan ingin terbangun di waktu tertentu, hendaknya ia
tidur dalam kondisi berwudhu, dan ketika hendak tidur membaca ayat yang
artinya, ”Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kalian, yang diwahyukan kepadaku… — hingga akhir surah.’.” (QS Al-Kahfi: 110).
Lalu mengusap dadanya dengan tangan kirinya dan mengucapkan Allahumma nabihni
fi waqti kadza atau fi sa`ati kadza (Ya Allah, bangunkan aku di waktu ini atau
jam sekian). Maka ia akan terbangun di waktu tersebut dengan pasti.”
Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan berkata, “Apabila
seseorang terbangun dari tidur di waktu malam disunnahkan membaca ayat-ayat
terakhir surah Ali `Imran, yang artinya, ’Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi… (hingga akhir surah tersebut)’, karena disebutkan dalam Shahih
Al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Rasulullah SAW selalu membaca ayat-ayat
terakhir surah Ali Imran apabila beliau terbangun dari tidur.”
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar