10 Amalan Sunah
dalam Puasa Ramadhan Beserta Dalilnya
tirto.id - Terdapat berbagai amalan sunah yang dapat
dikerjakan selama bulan Ramadan, mulai dari makan sahur, menyegerakan berbuka,
memperbanyak sedekah, hingga menahan diri dari perbuatan yang tidak selaras
dengan tujuan puasa.
Puasa pada bulan Ramadan adalah rukun Islam yang keempat.
Mengerjakan ibadah puasa hukumnya wajib bagi umat Islam yang mukallaf, yaitu
yang sudah dewasa, sehat, dan tidak ada halangan untuk menjalankan ibadah
tersebut.
Terkait kewajiban mengerjakan puasa, Allah berfirman
melalui surah Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi sebagai berikut.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya,
"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagimu ibadah puasa, sebagaimana
diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang
yang bertaqwa".
Fungsi
puasa bukan hanya sekadar upaya terlepas dari ketergantungan berlebihan pada
hal-hal duniawi. Puasa disebutkan mampu berfungsi sebagai jalan belajar
kesabaran, menghentikan kebiasaan yang tidak baik, dan menambah rasa
solidaritas kepada yang tidak mampu.
Puasa
sendiri tidak hanya menahan lapar, minum, dan dari hal-hal yang membatalkan
sejak terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam matahari (waktu magrib).
Dalam Ihya
Ulumuddin karya Al-Ghazali, puasa dapat dibedakan ke dalam tiga tingkat. Puasa
pertama, puasa umum, yaitu menahan perut dan kemaluan dari keinginan/syahwat.
Puasa kedua, puasa khusus, yaitu menahan telinga, mata, lidah, tangan, kaki,
juga seluruh anggota tubuh dari dosa. Puasa ketiga, puasa khususnya khusus
adalah menahan hati agar selalu fokus kepada Allah.
Dalam kitab
Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in oleh Syekh Nawawi al-Bantani, terdapat
beberapa amalan sunah selama Ramadan yang bila dikerjakan dapat menyempurnakan
ibadah puasa.
1. Makan
Sahur
Sahur
dilakukan pada malam/dini hari. Memang, sebaiknya seorang muslim mengakhirkan
sahur. Namun, ia juga layak memilih waktu yang tepat atau bukan waktu yang
diragukan sudah terbit fajar (wakt subuh) atau belum.
Nabi
Muhammad menganjurkan umat beliau untuk bersantap sahur. Rasulullah bersabda,
"Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan."
(H.R al-Bukhari).
2. Menyegerakan
Berbuka
Berkebalikan
dengan sahur yang dikerjakan pada akhir waktu, berbuka justru sebaiknya
disegerakan begitu tiba waktu magrib. Saat berbuka, Nabi Muhammad memakan
kurma. Jika tidak ada, maka air putih sudah cukup untuk melepaskan dahaga.
Rasulullah
bersabda, "Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma.
Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan," (HR Abu
Dawud).
3. Membaca
Doa Ketika Berbuka
Terdapat
ragam doa ketika menyantap makanan buka puasa yang sama-sama diriwayatkan dari
ucapan Rasulullah. Dalam Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, versi panjang doa
buka puasa yang dibaca setelah sedikit menyantap hidangan berbuka, adalah
sebagai berikut.
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك
آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ،
وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ
الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي
فَأَفْطَرْتُ
Allahumma
laka sumtu wabika aamantu wa bika wa'alaika tawakkaltu dzahabaz zhama’u
wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yaa waa si'al fadhli
ighfirlii alhamdulillahilladzi hadaanii fasumtu warozaqii faafthortu
Artinya,
"Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas
rezeki-Mu aku berbuka, hanya kepada-Mu aku bertawakal. Sungguh, rasa haus sudah
sirna, urat-urat sudah basah, dan balasan sudah tetap, insya Allah. Wahai Dzat
yang maha luas karunia-Nya, ampunilah aku. Segala puji hanya milik Allah Dzat
yang telah memberiku petunjuk, hingga aku kuat berpuasa. Lalu Dia memberiku
rezeki, hingga aku bisa berbuka."
4. Mandi
Besar
Mandi besar
dilakukan jika seseorang dalam keadaan junub, karena pada dasarnya tidak ada
larangan suami-istri menyalurkan hasrat pada malam hari bulan Ramadan. Jika
seseorang melakukan mandi wajib sebelum sahur, hal tersebut adalah langkah
hati-hati sehingga ia benar-benar dalam keadaan suci saat ibadah puasa.
Meskipun
demikian, terdapat kelonggaran jika semisal, pasangan suami-istri tersebut
khawatir akan air yang terlalu dingin yang dapat mengganggu kesehatan.
5. Menahan
Ucapan Sia-Sia
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, Nabi bersabda, "Puasa bukanlah hanya menahan makan dan
minum saja. Puasa adalah dengan menahan diri dari kata-kata laghwu dan rafats
...”. Laghwu adalah perkataan yang tidak berfaedah, sedangkan rafats adalah
perkataan jorok (cabul).
Pada
dasarnya, puasa adalah mengendalikan hawa nafsu. Memang ucapan laghwu dan
rafats tidak membatalkan puasa, tetapi merusak pahala puasa.
6. Menahan
Diri dari Perbuatan yang Tidak Selaras dengan Tujuan Puasa
Seringkali
dijumpai, setelah berpuasa sehari penuh, seseorang jadi berlebihan ketika
menyantap hidangan buka. Mudah pula ditemui, seseorang yang berpuasa tetapi
masih terlalu mencintai hal-hal duniawi.
Di dalam
Al-Qur'an banyak peringatan agar seseorang tetap mengendalikan diri, baik
ketika berpuasa atau tidak, baik ketika senang ataupun sudah. Firman Allah,
"Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan" (Surah Al A'raf:
31).
7.
Memperbanyak Sedekah
Diriwayatkan,
Nabi Muhammad bersabda, "Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada
seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang yang beruasa
itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut,"
(H.R. Ahmad).
Pentingnya
bersedekah pada saat Ramadan bukan hanya karena pahala yang disediakan Allah,
tetapi juga karena kita mencontoh perilaku Nabi Muhammad. Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, apalagi saat Ramadan,
ketika ditemui oleh Malaikat Jibril pada setiap malam untuk membaca dan
mempelajari al-Qur’an, "Ketika ditemui Jibril, Rasulullah lebih dermawan
daripada angin yang ditiupkan.”
8. Iktikaf
Iktikaf di
masjid biasanya dilakukan pada 10 malam terakhir bulan Ramadan sembari mengharap
keutamaan Lailatul Qadar. Namun, pada saat kondisi pandemi virus corona seperti
sekarang ini, iktikaf di masjid sebaiknya tidak dilakukan untuk kawasan zona
merah.
9. Khatam
Al-Quran
Mengkhatamkan
Al-Qur'an atau membaca Al-Qur'an hingga selesai dari juz pertama hingga juz 30,
dapat dilakukan misalnya, sekali selama satu bulan Ramadan. Lebih baik lagi
jika bisa berkali-kali.
10.
Istiqomah
Bulan
Ramadan ibarat bulan latihan bagi seorang muslim untuk 11 bulan berikutnya.
Setelah melakukan ibadah intensif selama 30 hari, diharapkan hal ini berlanjut
dalam bulan-bulan selanjutnya, tidak terhenti pada Ramadan saja. Dengan
demikian, setiap Ramadan baru, ada peningkatan seseorang untuk makin dekat
dengan Allah.
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus
1 komentar:
Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802
Posting Komentar