Pesan Berharga dari Shalat Gerhana (1)
Ada beberapa pesan berharga dari shalat gerhana. Ini tiga
di antaranya.
Pertama: Gerhana mengingatkan akan ayat tanda kuasa
Allah, bukan fenomena alam semesta
Oleh karenanya dalam khutbah shalat gerhana Nabi
disebutkan,
إن
الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله
”Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.”
(HR. Bukhari, no. 1044)
Kedua:
Karena itu ayat Allah, tujuannya adalah untuk menakut-nakuti
Bahkan hal
semacam ini dirasakan oleh orang di masa silam. Sampai ketika gerhana itu
terjadi ada yang punya keyakinan harus bunyikan kentongan atau ibu hamil harus
masuk dalam kolong tempat tidur. Walau sebenarnya yang dilakukan itu keliru.
Namun sudah menunjukkan bahwa mereka benar-benar takut. Beda dengan orang saat
ini yang menjadikannya sebagai euforia dan hiburan.
Padahal
dalam ayat disebutkan,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ
إِلا تَخْوِيفًا
“Dan Kami
tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” (QS. Al-Isra’: 59)
Dalam
hadits disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ
اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ
“Sesungguhnya
ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada
yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk
menakut-nakuti hamba-Nya dengan terjadi gerhana tersebut.” (HR. Muslim, no.
901)
Ketiga:
Amalan kebaikan mesti disegerakan
Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا
فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika
kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk
melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari, no. 1046)
Juga
diperintahkan untuk perbanyak do’a, bertakbir, dan memperbanyak sedekah,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ
فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Jika
melihat gerhana maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat
dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Dalam
riwayat lain dari Abu Musa disebutkan untuk memperbanyak istighfar pula,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا
مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
“Jika
kalian melihat gerhana itu terjadi, maka segeralah untuk berdzikir,
memperbanyak do’a dan beristighfar.” (HR. Bukhari, no. 1059; Muslim, no. 912)
Dan untuk
amalan lain kita diperintahkan bersegera. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ
فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى
كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ
مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah
melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam
yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore
hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di
pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari
keuntungan dunia.” (HR. Muslim, no. 118).
Bersambung
insya Allah.
—
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh
Tuasikal
0 komentar:
Posting Komentar