Keutamaan Sholat Gerhana, Mempertebal Iman dan Takut kepada Allah
JAKARTA, iNews.id - Keutamaan sholat gerhana bulan maupun
gerhana matahari yakni menghadirkan rasa takut kepada Allah dan mempertebal
iman atas peristiwa alam yang terjadi. Selain itu, mengingat tanda-tanda
kejadian hari kiamat dan takut dengan azab Allah atas dosa-dosa yang dilakukan.
Sholat gerhana bulan dan matahari dikerjakan dengan cara berjemaah, sebab
dahulu Rasulullah SAW mengerjakannya dengan berjamaah di masjid. Shalat gerhana
secara berjamaah dilandasi oleh hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.
Sholat gerhana dilakukan tanpa didahului dengan azan atau
iqamat. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafaz
"As-Shalatu Jamiah". Dalilnya adalah hadits berikut :
لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول
اللَّهِ نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ
جَامِعَةٌ
Ketika
matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil
shalat dengan lafaz : As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).
Juga
disunnahkan untuk mandi sunnah sebelum melakukan shalat gerhana, sebab shalat
ini disunnahkan untuk dikerjakan dengan berjamaah.
Menurut
pendapat As-Syafi'iyah, dalam shalat gerhana disyariatkan untuk disampaikan
khutbah di dalamnya. Khutbahnya seperti layaknya khutbah Idul Fithri dan Idul
Adha dan juga khutbah Jumat.
Dirjen
Bimas Islam Kementerian Agaman, Kamaruddin Amin menjelaskan, Nabi Muhammad SAW
mengajarkan tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun
gerhana bulan, antara lain menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya
gerhana matahari dan bulan.
"Peristiwa
tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena
takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan," katanya
dalam keterangan tertulisnya,
Selain itu,
kata dia, mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Shalat
Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam salat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh
Allah surga dan neraka, bahkan Nabi SAW ingin mengambil setangkai dahan dari
surga untuk diperlihatkan kepada mereka.
Nabi SAW
juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka.
Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, Nabi SAW
bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa
yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak
menangis." (H.R. Muttafaq alaih).
Dalam
hadits lain disebutkan tuntunan Islam saat terjadi gerhana bulan maupun
matahari:
حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيْد قَالَ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ قَالَ
حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلَاقَةِ قَالَ
سَمِعْتُ الْمُغِيْرَةُ بْنِ شُعْبَةِ يَقُوْلُ اِنْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يَوْمَ
مَاتَ اِبْرَاهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ اِنْكَسَفَتْ لِمَوْتِ اِبْرَاهِيْمُ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَأَيَتَانِ
مِنْ أَيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا
رَأَيْتُمُواهُمَا فَادْعُوا اللهِ وَصَلّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Telah
menceritakan kepada kami, Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami,
Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami, Ziyad bin ‘Ilaqah, dia berkata:
“Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, “Telah terjadi gerhana matahari
ketika wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia
tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang.
Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan
sholat hingga (matahari) kembali tampak.” (H.R. Al-Bukhari).
Sholat
gerhana bukan untuk bersujud kepada bulan ataupun matahari. Namun, Muslim
diperintahkan untuk bersujud kepada Allah SWT yang menciptakan bulan dan
matahari saat terjadinya peristiwa gerhana.
Dalilnya
adalah firman Allah SWT :
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ
وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ
الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan dari
sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta adanya matahari
dan bulan. Janganla kamu sujud kepada matahari atau bulan tetapi sujudlah
kepada Allah Yang Menciptakan keduanya. (QS. Fushshilat : 37)
Direktur
Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat menjelaskan, maksud dari perintah
Allah SWT untuk bersujud kepada Yang Menciptakan matahari dan bulan adalah
perintah untuk mengerjakan shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.
Selain itu
juga Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ
يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا
فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah SWT. Keduanya
tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila
kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai
fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Selain itu
juga ada hadits lainnya :
لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
Ketika
matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil
shalat dengan lafaz : As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).
"Shalat
gerhana disyariatkan kepada siapa saja, baik dalam keadaan muqim di negerinya
atau dalam keadaan safar, baik untuk laki-laki atau untuk perempuan. Atau
diperintahkan kepada orang-orang yang wajib melakukan shalat Jumat,"
katanya.
Editor : Kastolani Marzuki
0 komentar:
Posting Komentar