Rabu, 03 Februari 2021

Shalih Menurut Al Quran

Shalih Menurut Al Quran

  

beritalangitan.com – Sering kali kita mendengar kata shalih atau shalihin dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai kesempatan, kata tersebut, memang,  sering diungkapkan oleh orang tua kita, guru kita dan saudara-saudara kita sesama muslim. Mengapa demikian ? Karena kata tersebut, apabila dikaitkan dengan anak menjadi suatu do’a yang kelak diharapkan menjadi suatu kenyataan, khususnya bagi orang tua. Kata shalih atausholihun, memang  sering kita  dijumpai dalam ayat-ayat Qur’an maupun hadits Nabi saw yang artinya orang shalih, orang yang baik, orang yang tidak rusak atau orang yang patut dan cocok menurut ajaran Al-Qur’an. Dengan kata lain, orang shalih adalah orang yang prilaku dan akhlaknya sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dijelaskan dalam Al-Qur’an, orang shalih adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. (QS Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9).

Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 105, Allah swt memberikan pernyataan dengan tegas bahwa bumi dan seisinya hanya pantas diwariskan kepada orang-orang shalih. Sebab, merekalah yang dianggap mampu untuk menerima tugas dan amanat ini untuk mengelola dan merawatnya. Namun kenyataanya, sebagian besar penguasa bumi adalah orang-orang fasik yang suka membuat kerusakan, termasuk bumi Indonesia.

Hampir semua para orang tua  bercita-bercita ingin mempunyai anak shalih dan shalihah. Oleh sebab itu, setiap kali mereka memanjatkan do’a, baik di waktu pagi maupun petang dan dalam berbagai kesempatan selalu ingin dikaruniai anak shalih dan shalihah. Dan disamping itu, diantara para orang tua berupaya  mengirimkan dan menyekolahkan anak-anaknya ke berbagai Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah Islamiyah. Diharapkan setelah mereka mendapatkan bimbingan,  pendidikan dan pengajaran agama dari para guru, asatidzah dan para ulama selama berapa tahun anak-anak tersebut menjadi anak shalih.

Para orang tua menyadari bahwa untuk mendapatkan Anah Shaleh tidak cukup hanya dengan berdo’a semata. Akan tetapi, harus berusaha dan mengupayakan melalui dunia  pendidikan yang baik dan lingkungan yang baik pula. Dan perlu diketahui pula bahwa Lembaga Pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren dan Madrasah Islamiyah bukanlah pabrik yang memproduksi benda-benda mati yang siap dijadikan apa saja, sesuai dengan keinginan pemiliknya.   Oleh karena itu, para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak shalih harus senantiasa merawat dan memeliharanya hingga mereka dewasa. Diharapkan, kelak mereka akan menjadi  menjadi Anak Shalih dan Shalihah yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya serta bermanfaat, bagi nusa, bangsa dan Agama. Amin.

A. PENGERTIAN SHALIH

Secara etimologi, kata shalih berasal dari shaluha-yashluhu – shalahan yang artinya baik , tidak rusak dan patut. Sedangkan Shalih merupakan isim fa’il dari kata tersebut di atas yang berarti  orang yang baik, orang yang tidak rusak dan orang yang patut. Sedangkan Shalih menurut definisi Al-Qur’an adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. Defini ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9.

B. CIRI-CIRI ORANG SHALIH MENURUT AL-QUR’AN

Orang shalih memiliki ciri-ciri tertentu. Hal ini digambarkan Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 113-114  dengan firmanNya :

“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,  mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud shalat malam. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, dan bersebera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan;  mereka itulah termasuk orang yang shalih” (Ali Imran 113-114). Dalam surat Al-Angkabut ayat 9 Allah juga berfirman :

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang shalih”.  

1. Membaca Al-Qur’an  di Waktu Malam.

Banyak hadits Nabi saw yang membicarakan tentang keutamaan dan keistimewaan membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, banyak diantara umatnya yang membacanya. Membaca Al-Qur’an di waktu pagi dan sore bagi seorang muslim merupakan hal biasa. Akan tetapi, membaca Al-Qur’an di waktu pertengahan malam adalah sesuatu hal yang luar biasa. Mengapa demikian ? Karena  firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 113-114 mengelompokkan orang-orang yang membacanya di waktu pertengahan malam ke dalam golongan Orang-Orang Shalih.

Sebagaimana firmanNya :  wahum yatlu ayatillah aanallail. Menurut tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud dengan  ayat ini adalah mereka membaca ayat-ayat Al-Qur’an pada saat melaksanakan shalat malam (shalat tahujjud).

2. Mengerjakan Qiyamul Lail.

Ciri orang shalih yang kedua berdasarkan Al-Qur’an adalah mereka menegakkan shalat malam atau tahajjud. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi saw yang mengatakan :

“Hendaknya kamu sekalian melaksanakan qiyamul lail. Karena yang demikian itu telah menjadi kebiasan orang-orang shalih (Para Nabi dan Rasul)”. (HR Muslim)

3. Beriman dan Beramal Shaleh.

Ciri orang shalih,  selain membaca Al-Qur’an di pertengahan malam dan mengerjakan shalat tahajjut juga memiliki ciri yang lain yakni beriman kepadaAllah, hari akhir dan beramal shalih. Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 114 dan Al-Angkabut ayat 9.

4. Menganjurkan Berbuat Baik.

Orang shalih bukan saja mengerjakan perbuatan baik untuk dirinya. Akan tetapi, ia  juga harus menganjurkan orang lain berbuat kebaikan dan keshalehan sebagaimana ini juga didasarkan pada Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 114.

Untuk menjadi seorang pengajur dan penunjuk kebaikan, memang tidaklah mudah. Sebab, sebelum ia mengajurkan orang lain berbuat kebaikan, maka dirinya harus telah melakukan hal tersebut. Allah memberikan peringatan bagi  orang yang beariman, menyuruh orang lain berbuat kebaikan, namun dirinya tidak melakukannya. Al-Qur’an Surat Ash-Shaf ayat 2-3.

5. Mencegah Kemungkaran.

Disamping sebagai penganjur dan penunjuk jalan kebaikan, orang shalih  juga mempunyai tugas lain yakni mencegah dirinya dan orang lain untuk berbuat kemungkaran. Hal ini juga didasarkan pada Al-Qur’an Ali Imran ayat 114.

Mencegah orang lain berbuat mungkar biasanya lebih mudah dari pada mencegah dirinya dari pada padanya. Ibarat peribahasa mengatakan : “ kuman diseberang lautan tanpak. Tapi, gajah di pelupuk mata tak tampak”. Oleh sebab itu, orang shalih dituntut harus memiliki ilmu pengetahuan agama yang mendalam. Bagaimana mungkin, ia bisa memberi saran dan nasehat kepada orang lain kalau dirinya itu bodoh, alias tidak berpengetahuan.

Perlu diketahui bahwa mencegah kemungkaran merupakan kewajiban  setiap orang muslim. Hal ini dinyatakan dalam hadits Nabi saw yang mengatakan :

“Barang siapa melihat kemungkaran hendaknya merubah dengan tangannya (kekuasannya). Dan apabila tidak mampu dengan tangan, maka rubahlah dengan lidahnya. Dan apabila masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya Iman”.

6. Bersegera Dalam Berbuat Kebajikan.   

Bersegera dalam berbuat kebaikan dan kebajikan bukanlah suatu hal yang mudah. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja, saat kita mendengar suara adzan. Apakah kita langsung segera menyambut panggilan tersebut atau justru sebaliknya, bermalas-malas dan santai-santai saja ? orang yang langsung dengan segera menyambutnya bisa dikatagorikan orang shalih. Namun, orang yang malas dan santai, tidak segera menyambutnya, bisa dikatagorikan orang munafik. Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an Surat An-Nisa’  ayat 142.

Sementara itu, kata Al-Khair biasanya diartikan dengan kebaikan atau kebajikan.. Namun dalam hadits Nabi saw ‘Al-Khair’ diartikan “Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah’. Jadi, dengan kata lain ‘yusariuna fil khairaat’ mengandung arti bersegera mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, ciri orang shalih yang terakhir ini bisa dikatakan yang paling berat. Sebab, ia akan selalu bersegera dalam setiap melakukan amal kebajikan, tidak terbatas pada panggilan adzan saja.

C. TINGKATAN SHALIHIN.

Meskipun sifat-sifat orang shalih telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 114 dan Al-angkabut ayat 9.  Namun demikian, keshalihan seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda.  Perbedaan ini didasarkan pada tingkat jabatan, seperti Nabi dan Rasul yang memiliki sifat ma’shum, terjaga. Disamping sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw yang mengatakan : “Umat yang paling baik adalah umat hidup pada masaku, lalu setelah itu, lalu setelah itu” (Hadits). Sementara itu, para Nabi dan Rasul telah mendapat jaminan Allah dalam Al-Qur’an. ( baca At-Tahrim 10, An-An’am 85, As-Shafat 112, dan masih banyak lagi).

Diantara tingkatan-tingkatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Para Nabi dan Rasul.

2. Para Shahabat Nabi saw.

3. Para Tabiit dan Tabiit Tabiin.

4. Umat Nabi Muhammad akhir zaman.

D. KESIMPULAN

Berdasar tulisan makalah di atas, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa yang dimaksud dengan orang shalih menurut Al-Qur’an adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di pertengahan malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan. Defini ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Ali Imran 113-114 dan Al-Ankabut ayat 9.

2. Orang shalih adalah orang yang paling pantas menerima mandat untuk mengelola dan merawat bumi dan seisinya. Hal ini didasakan pada firman Allah yang mengatakan : ”Sesunggunya bumi ini diwariskan kepada hamba-hambaKu yang shalih”. (QS Al-Anbiya ayat 105).

3. Saat ini, bagi orang tua, untuk mendapatkan anak shalih tidaklah cukup hanya dengan berdo’a dan berpangku tangan. Akan tetapi, mereka harus mengupayakan melalui pendidikan yang baik dan lingkungan yang baik pula. Sebab, tanpa keduanya dirasakan sangat sulit untuk diwujudkan. Ibarat tanaman di sebuah taman, ia harus dipelihara dan dirawat dengan sungguh-sungguhnya sambil berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa.

4. Semoga tulisan ini bisa dijadikan barometer atau alat cermin bagi kita semua untuk mengukur tingkat keshalehan seseorang. Sehingga, dengan demikian, memacu setiap orang muslim untuk meningkatkan ketaatan dan amalan ibadah. Dan yang paling perlu diketahui bahwa keturunan, jabatan, gelar, dan pakaian tidak bisa dijadikan indikator keshalehan seseorang.

Wallahu‘alam bishshawab.

https://beritalangitan.com

Oleh : Al-Ustadz Muhammad Hisyam

 

1 komentar:

Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

Posting Komentar