Enam Hal agar
Kultur Ramadhan Terus Membekas
Kesuksesan Ramadhan kita lalu sangat tergantung dengan
kuantitas dan kualitas ibadah kita pada hari-hari setelah Ramadhan meninggalkan
kita
RAMADHAN telah berlalu meninggalkan kita, dan berganti
Syawal. Sebagai seorang muslim, kita patut merasa sedih dan berat hati berpisah
dengan bulan Ramadhan. Karena ia merupakan bulan keberkahan, rahmat dan
maghfirah.
Momen yang selalu dirindukan kehadirannya itu telah
pergi. Namun demikian, kita harus ikhlas merelakan kepergiaannya. Kita berharap
dan berdoa kepada Allah Swt agar amal ibadah kita padanya diterima, istiqamah
dalam ibadah dan amal shalih, dan dipertemukan kembali dengan Ramadhan yang
akan datang.
Pada bulan Ramadhan lalu, umat Islam berlomba-lomba melakukan
berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Berbagai kelebihan dan keutamaan
yang dimiliki oleh bulan Ramadhan telah memberikan motivasi dan semangat bagi
kita untuk meraihnya. Maka, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masjid
dan meunasah (mushalla) penuh dengan jamaah shalat lima waktu, tarawih dan
witir serta tadarus al-Quran. Begitu pula, umat Islam berlomba-lomba berbuat
kebaikan dengan berinfaq, bersedekah dan sebagainya.
Kini Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Lantas,
bagaimana status ibadah dan amal shalih kita pasca Ramadhan?
Apakah kita tetap istiqamah seperti yang kita lakukan
selama Ramadhan? Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap
perilaku kita sepeninggalnya? Dan bagaimana sepatutnya mengisi hari-hari pasca
Ramadhan? Beberapa pertanyaan ini patut mendapat perhatian setiap muslim, dalam
rangka muhasabah dan meningkatkan keimanan kita . Selain itu, agar semangat
Ramadhan terus hidup di jiwa kita dan membekas dalam perilaku kita sehari-hari.
Sejatinya pasca Ramadhan kita diharapkan tetap istiqamah
dan mampu serta terbiasa dengan melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal
shalih untuk hari-hari berikutnya selama sebelas bulan, baik berupa amalan
wajib maupun amalan sunnat. Karena pada bulan Ramadhan kita telah ditraining
secara fulltime 30 hari berturut-turut untuk melakukan berbagai aktivitas
ibadah dan amal shalih. Tujuannnya, untuk menjadi orang yang bertaqwa
sebagaimana Allah sebutkan dalam al-Quran (al-Baqarah: 183).
Bila Ramadhan yang telah berlalu ini dapat memberikan
bekas dan pengaruh kepada kita dalam kehidupan kita hari-hari dengan ditandai
semakin baik perilaku, amal shalih dan ibadah kita, maka berarti sukseslah kita
dalam training dan ujian untuk memperoleh gelar taqwa. Karena memang Ramadhan
disediakan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai sarana untuk menjadi insan yang
bertakwa. Namun sebaliknya, bila Ramadhan tidak membekas (berpengaruh) dalam
kehidupan kita, maka gagallah kita dalam training dan ujian tersebut.
Sungguh Ramadhan telah memberikan pembelajaran yang
banyak terhadap kepribadian seorang muslim dalam rangka melahirkan insan yang
bertakwa. Di antaranya yaitu:
Pertama, semangat beribadah dan beramal shalih
Ramadhan lalu mengajarkan kita untuk semangat beribadah
dan beramal shalih. Maka, pasca Ramadhan ini diharapkan kita mampu
mempertahankan ibadah dan amal shalih kita baik secara kualitas maupun
kuantistas. Ibadah dan amal shalih itu tidak hanya disyariatkan untuk bulan
Ramadhan saja, tapi sesungguhnya diperintahkan sepanjang masa selama kita hidup
di dunia yang fana ini.
Inilah tugas utama kita di dunia sebagai makhluk Allah
sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56).
Bahkan kita diperintahkan untuk berlomba berbuat kebaikan
setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman;
فَاسْتَبِقُواْ
الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan..” (QS: Al-Baqarah: 148)
Kedua,
menjaga diri dari maksiat
Ramadhan
lalu telah mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dan hawa nafsu
lewat ibadah puasa. Pada waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari
makan, minum, hubungan suami istri, berkata kotor, bertengkar, mencaci maki dan
sebagainya.
Jika
hal-hal yang mubah seperti makan, minum dan hubungan istri dilarang pada waktu
berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan. Maka, sudah sepatutnya
setelah Ramadhan kita mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu dan maksiat,
baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina,
menipu, menfitnah dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri,
merampok, mencopet, korupsi, memukul, membunuh dan sebagainya. Dengan demikian,
pasca Ramadhan perilaku kita menjadi lebih baik.
Ketiga,
suka membantu dan mencintai saudara seiman
Ramadhan
lalu mengajarkan kita untuk berempati dan peduli terhadap orang fakir dan
miskin lewat infak, shadaqah dan zakat.. Begitu pula untuk saling mencintai dan
mengasihi sesama muslim. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan membantu
saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita, baik saudara kita
seiman di tanah air maupun di Palestina, Suriah, rohingya dan lainnya.
Mengenai keutamaan
berinfak, Allah berfirman, “Dan apa saja yang kamu nafkahkan (dijalan Allah),
maka pahalanya itu untuk kalian sendiri…” (Al-Baqarah: 272). Rasulullah bersabda, “Setiap hari, dua malaikat turun
kepada seorang hamba. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah pengganti
kepada orang yang berinfak. Dan yang lain berdoa, “Ya Allah, hilangkan harta
orang yang menolak infak.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Mengenai
keutamaan menolong saudara seiman, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam
bersabda, “Allah menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR.
Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wassallam juga bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu
sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Keempat, selalu menjaga shalat berjama’ah
Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat
berjama’ah lewat shalat tarawih, witir dan qiyam lail di masjid maupun di
mushalla.
Pada saat shalat tarawih, masjid-masjid dan
mushalla-mushalla penuh dengan jama’ah selama bulan Ramadhan. Bahkan pada awal
Ramadhan jama’ah membludak. Walaupun pada akhir Ramadhan jama’ah semakin berkurang, namun tetap lebih ramai
dibandingkan dengan pada hari-hari selain Ramadhan. Maka, diharapkan pasca
Ramadhan kita terbiasa melakukan shalat berjama’ah di masjid atau mushalla.
Sejatinya semangat shalat berjama’ah ini bisa dipertahankan dan dilanjutkan
pada shalat lima waktu setelah Ramadhan.
Di antara keutamaan shalat jama’ah yaitu; orang yang
shalat berjamaah mendapatkan 27 kali lipat pahala dibandingkan shalat sendirian
(HR. Bukhari dan Muslim). Ssetiap langkah orang yang shalat berjama’ah dicatat
satu pahala sekaligus dihapus satu kesalahan (HR. Bukhari dan Muslim). Dan orang yang shalat berjama’ah akan tetap
di doakan oleh para malaikat setelah shalatnya sampai shalat berikutnya selama
ia masih ditempat shalatnya (HR.Bukhari dan Muslim).
Keempat, makmum yang berbarengan ucapan aminnya dengan
para malaikat, maka diampuni dosa-dosanya (HR. Bukhari).
Kelima, menjaga shalat sunnat
Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat
melakukan ibadah sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan Ramadhan dihitung
seperti pahala wajib dibulan selainnya (HR. Baihaqi).
Oleh karena itu, orang berlomba-lomba melakukan amalan
sunnat seperti shalat tarawih dan lainnya. Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan
kita untuk tetap istiqamah dalam menjaga shalat-shalat sunnat seperti rawatib,
dhuha, tahiyatul masjid, setelah wudhu’, tahajjuj, witir, shalat sunat fajar
(sebelum shubuh) dan sebagainya.
Adapun keutamaan shalat Rawatib yaitu dibangunkan rumah
di surga (HR. Muslim). Keutamaan shalat Dhuha yaitu pahalanya sama seperti
bersedekah (HR. Muslim). Mengenai keutamaan shalat sunat setelah wudhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal,
ceritakanlah kepadaku tentang amalan yang paling kamu harapkan akan mendapatkan
pahala, yang telah kamu kerjakan sejak masuk Islam, karena aku benar-benar
mendengar suara terompahmu di surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amalan yang paling
aku harapkan pahalanya kecuali setiap kali selesai berwudhu, baik di waktu
siang maupun malam, aku melakukan shalat sunnah semampuku.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Adapun keutamaan shalat sunnat fajar (sebelum shubuh)
adalah pahalanya lebih baik dari dunia dan isinya (HR. Muslim)
Keenam, suka membaca Al-Quran
Ramadhan telah menggalakkan kita untuk tadarus
(berinteraksi) dengan al-Quran, karena Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Tidak
mengherankan bila pada bulan Ramadhan, bacaan al-Quran menggema di mana-mana.
Umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus al-Quran dengan membaca,
memahami, mentadabburi, menghafal dan mmepelajarinyanya. Maka, sepeninggal
Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan membaca al-Quran dan berinteraksi
dengannya pada setiap saat.
Banyak sekali keutamaan orang yang membacanya,
diantaranya yaitu; Pertama: mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat
(HR. Muslim). Kedua, orang yang mempelajari Al-Qura’n dan mengajarkannya adalah
orang yang terbaik. (HR. Bukhari). Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an
dimasukkan ke dalam surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang
membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala. (HR.
Bukhari & Muslim). Keempat, orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan
mendapatkan sakinah, rahmat, doa malaikat dan pujian dari Allah. (HR. Muslim).
Kelima, mendapat pahala yang berlipat ganda yaitu setiap huruf yang dibaca
dihitung satu pahala dan satu pahala itu dilipat gandakankan menjadi sepuluh
ganda. (HR. At-Tirmizi), dan sebagainya.
Demikianlah hendaknya kita mengisi hari-hari pasca
Ramadhan selama sebelas bulan ke depan yaitu dengan istiqamah melakukan
berbagai ibadah dan amal shalih seperti pada bulan Ramadhan. Ibadah dan amal
shalih itu tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja, namun juga yang
terpenting adalah pada hari-hari setelah Ramadhan.
Kesuksesan Ramadhan kita lalu sangat tergantung dengan
kuantitas dan kualitas ibadah kita pada hari-hari setelah Ramadhan meninggalkan
kita.
Segala ibadah dan amal shalih yang dilakukan pada waktu
Ramadhan harus membekas pada diri kita dengan semakin baik perilaku, ibadah dan
amal shalih kita. Itulah tanda kesuksesan Ramadhan kita yaitu menjadi orang
yang bertakwa. Semoga ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadhan diterima
Allah Subhanahu Wata’ala. Dan semoga kita termasuk kita termasuk orang-orang
yang sukses dalam Ramadhan dan mendapat gelar taqwa. Amin ya rabbal ‘alamin..!!
Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda
Indonesia (MIUMI) provinsi Aceh & Dosen Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry
Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA
1 komentar:
Main dan Menangkan permainan bersama kami di ARENADOMINO 8 permainan poker online tanpa robot silahkan main dan buktikan sendiri jika kesulitan bisa
dibantu dalam pendaftaran silahkan langsung bergabung untuk info lebih jelas WA +855 96 4967353
Posting Komentar