Mentadabburi Ayat
Ayat Nya
Selain membaca al-Qur’an kita juga diperintahkan untuk
mentadabburi makna ayat-ayat al-Qur’an. Allah Ta’ala mengajak hamba-Nya untuk
merenungkan (tadabbur) ayat-ayat yang Dia turunkan dalam kitab-Nya dengan
beberapa cara dan metode.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “(al-Qur’an
adalah) sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, agar mereka
mentadabburi ayat-ayatnya…” (QS. Shad [38]: 29)
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Maka apakah
mereka tidak mentadabburi al-Qur’an ataukah pada hati mereka terdapat
gembok-gembok penghalangnya?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Kunci Tadabbur al-Qur’an
Bagaimana kita bisa mentadabburi al-Qur’an? DR. Khalid
ibn Abdil Karim al-Laahim dalam buku yang ditulisnya Mafaatih Tadabbur
Al-Qur’an memaparkan 10 kunci dalam mentadabburi al-Qur’an. Meski ini bukan
batasan tapi kesepuluh kunci inilah yang paling utama yang dapat mengeluarkan
seseorang dari berbagai problematika hidup dan yang dapat mengangkatnya ke
derajat tertinggi. Diantara 10 kunci dalam mentadabburi dan menghayati
al-Qur’an tersebut adalah;
1. Cinta Al-Qur’an
Sudah dimaklumi bahwa jika hati sudah cinta pada sesuatu,
maka dia akan tertambat, selalu ingin bertemu dan rindu padanya. Begitu juga
Al-Qur’an. Kalau seseorang sudah cinta padanya maka dia akan selalu merasa
senang membacanya dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memahami dan
menyelami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Maka lahirlah dari situ
penghayatan dan pentadabburan yang sangat dalam. Sebaliknya, kalau tidak ada
cinta ini, maka orang akan sangat sulit sekali menyelami makna-makna al-Qur’an.
Sudahkah kita mencintai al-Qur’an?
Cinta al-Qur’an mempunyai beberapa tanda, di antaranya :
Gembira bila bersua dengannya, duduk bersanding lama dengannya tanpa bosan,
selalu rindu padanya bila lama tak bertemu atau adanya kesibukan yang
menghalangi dia darinya, serta selalu berusaha menghilangkan apapun penghalang
antara dia dengannya, selalu minta petunjuknya, percaya dan puas dengan
pengarahannya dan selalu merujuk kepadanya bila mendapatkan permasalahan hidup
baik yang berat ataupun yang ringan, selalu mentaatinya di perintah dan
larangannya.
2. Meluruskan niat (tujuan) membaca Al-Qur’an
Ada lima tujuan yang agung ketika membaca al-Qur’an,
yaitu :
1. Mengharapkan pahala, maksudnya ketika membaca
al-Qur’an menghadirkan niat memperoleh pahala
2. Bermunajat dengan Penciptanya
3. Berobat
4. Mendapatkan ilmu
5. Bertujuan untuk mengamalkannya
Bilamana seorang muslim membaca Al-Qur’an dengan
menggabungkan lima tujuan agung ini di dalam hatinya, maka pahalanya akan lebih
besar dan manfaatnya akan lebih banyak.
3. Shalat malam bersama al-Qur’an
Maksudnya adalah kita membaca al-Qur’an dalam shalat
malam. Ini adalah termasuk kunci yang paling utama untuk bisa mentadabburi al-Qur’an
dengan baik. Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan pentingnya shalat
malam, di mana amalan ini bisa menjadikan bacaan al-Qur’an lebih bermakna.
Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
(yang artinya): “Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji”. (QS. Al-Isra : 79)
4. Membacanya di malam hari
Waktu malam, apalagi menjelang fajar adalah waktu yang
sangat baik untuk menghayati dan merenungi ayat-ayat al-Qur’an. Itu dikarenakan
waktu itu adalah waktu yang barakah, dimana Allah turun ke langit dunia dan
dibukanya pintu-pintu langit. Di samping waktu itu adalah waktu yang tenang dan
sunyi.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan”. (QS. Al-Muzzammil: 6).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata dalam hal membaca
al-Qur’an di malam hari ini ; “Itu lebih mudah untuk memahami al-Qur’an”
5. Berusaha mengkhatamkan al-Qur’an setiap pekan
Inilah yang diamalkan oleh kebanyakan Sahabat
radhiyallahu anhum dan para salafusshaleh, dimana mereka adalah orang-orang
yang paling menghayati dan mentadabburi serta mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an.
Jika tidak mampu, maka mengkhatamkannya setiap 10, 20
atau 30 hari.
6. Membacanya melalui hafalan
Orang yang hafal al-Qur’an, dia lebih mudah untuk
merenungi dan menghayati al-Qur’an, karena al-Qur’an telah mendarah daging di
dalam tubuhnya dan mudah untuk menghadirkannya kapan saja dan di mana saja.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang
sama sekali tidah hafal al-Qur’an.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada al-Qur’an walaupun sedikit,
dia itu seperti rumah yang telah usang” (HR. Tirmidzi : 2913, beliau berkata :
hadits hasan) .
7. Mengulang-ulang ayat yang dibaca
Tujuan diulang-ulangnya ayat adalah untuk memahami ayat
yang dibaca. Lebih sering diulang maka pemahaman dan penghayatan akan lebih
dalam. Para salafussalih kita dahulu selalu mengulang ayat-ayat yang mereka
baca, mengikuti suri teladan mereka, makhluk yang paling mereka cintai yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu menceritakan: Rasulullah
melaksanakan shalat malam hingga shubuh dengan mengulang-ulang satu ayat, yaitu
ayat 118 dalam surah al-Maidah (yang artinya):
“Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya adalah
hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Maidah :118).
8. Mengkaitkan Al-Qur’an dengan makna dan realita
kehidupan
Artinya adalah selalu mengaitkan apa yang kita baca dari
al-Qur’an dengan makna di kehidupan nyata kita sehari-hari. Apapun yang kita
temukan di kehidupan ini, kita selalu ingat al-Qur’an dan mengaitkan dengannya.
Dengan ini, al-Qur’an selalu ada di dalam jiwa kita, hidup dan mendarah-daging.
Misalnya ketika tertimpa musibah, maka ia akan langsung mengingat
firman Allah dalam surah Al-Baqarah, ayat 155-156. Begitupun terhadap
peristiwa-peristwa yang lain yang dihadapinya.
9. Membaca Al-Qur’an secara tartil
Membaca tartil artinya membaca dengan perlahan tidak
tergesa-gesa. Ini dilakukan ketika si pembaca bisa memahami dan menghayati apa
yang kita baca.
Allah Ta’ala telah memerintahkan kita semua untuk membaca
al-Qur’an dengan tartil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan
bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. al-Muzzammil :4).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini: “Maksudnya
adalah bacalah dengan pelan dan tidak tergesa-gesa, karena yang seperti itu
membantu sekali dalam memahami dan menghayati al-Qur’an“.
10. Mengeraskan bacaan Al-Qur’an
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan kita umatnya agar memperbagus lantunan al-Qur’an dan mengeraskan
bacaannya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Bukanlah termasuk dari golongan kami orang yang
tidak melantunkan al-Qur’an dengan mengeraskan bacaannya” (HR. Bukhari : 7089
dan yang lainnya).
Semoga kita semua bisa memahami, menghayati, mentadabburi
dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an. Dan semoga kita mendapatkan syafaat dari
al-Qur’an. Aamiin. Wallahu A’lam.[]
Irhamullah
Februari 15, 2018 277 Views
0 komentar:
Posting Komentar