Kisah Teladan Nabi
Muhammad Sang Motivator
kisah teladan nabi muhammad
Berkaca pada zaman dahulu dengan pijakan yang penuh
dengan kegelapan, seiring berputarnya rotasi kehidupan kini telah penuh dengan
terang benderang. Sebagai umat muslim, lantas kita harus memiliki motivator dan
panutan kelak menginspirasi rona kehidupan sehingga mewarnai jalan dakwah kita.
Panutan tersebut dapat kita ambil hikmahnya dari kisah teladan Nabi Muhammad.
Salah satu inspirator seluruh umat muslim ialah kisah
teladan Nabi Muhammad SAW sang motivator handal yang patut untuk dijadikan role
model. Terdapat banyak nilai kehidupan, kebaikan, dan kisah tauladan yang dapat
kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pribadi lebih
baik.
Allah SWT berfirman,
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.“
(QS Al
Ahzab : 21)
Nabi
Muhammad SAW telah diutus oleh Allah SWT sebagai seorang rasul dan pemimpin
bagi umat islam. Rasulullah memiliki segala keistimewaan dan berbagai rahmat
untuk menuntun umat menuju jalan lurus yang diberkahi oleh Allah SWT.
Kebaikannya
yang mengharukan diiringi dengan akhlak yang mulia, sehingga menjadi suri
tauladan bagi umat di dunia.
Mari
menelusuri 4 cerita atau kisah sang motivator handal, kisah suri teladan Nabi
Muhammad SAW berikut:
1. Kisah
Teladan Nabi Muhammad SAW tentang Pengemis Yahudi yang Masuk Islam
Kisah
Teladan Nabi
Pada suatu
hari terdapat seorang pengemis Yahudi buta yang selalu berteriak dan menghina
Nabi Muhammad SAW. Pengemis tersebut selalu ditemani oleh seseorang yang
senantiasa menyuapi dengan penuh lembut dan kasih sayang.
Suatu
waktu, seseorang tersebut tidak datang kembali untuk menyuapi dan tergantikan
oleh sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar As-Shidiq. Seketika sang pengemis hanya
ingin disuapi oleh seseorang sebelumnya dan rasa nyaman dan sayang mengisi
hatinya.
Kemudian
satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW itupun berkata,
“Memang,
benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa makanan dan memberimu suapan
atas makanan itu. Aku memang tidak bisa selemah lembut orang itu.”
“Ketahuilah
bahwa Aku adalah salah satu sahabat orang yang setiap hari menyuapimu tersebut.
Orang yang dulu biasa ke sini dan memberimu makan dan menyuapimu telah wafat.
Aku hanya ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku
tidak ingin melewatkan satu pun amalannya setelah kepergiannya.”
Lalu si
pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya kepada Abu Bakar
siapa orang yang selama ini memberinya
makan dan juga menyuapinya.
“Ketahuilah,
bahwa Ia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang
setiap hari kau hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini.
(Jawab Abu Bakar kepada pengemis buta itu).”
Awal Kisah
Pengemis Yahudi Memeluk Agama Islam
Seketika
pengemis Yahudi yang buta itu tertegun dan kaget terngiang, tak ada kata yang
keluar dari mulutnya namun tampak bibirnya bergetar. Air mata pengemis buta itu
perlahan membasahi pipinya yang mulai berkeriput tua.
Si pengemis
buta tersadar, betapa orang yang selama ini ia hinakan justru memperlakukannya
dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Lantas pengemis tersebut merasa
lebih hina dari apapun yang ada di dunia ini.
Ia seraya
berkata
“Selama ini
aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat Muhammad ada di sampingku
sedang menyuapi aku. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar
melembutkan makanan yang di masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia. (Kata
pengemis buta dalam isakannya).”
Lantas
seketika saat itu juga, Si Pengemis Yahudi buta segera bersaksi di hadapan Abu
Bakar Ash Shiddiq. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah
Muhammadar Rasulullah.’
Pengemis
buta memilih untuk memeluk Islam setelah sumpah serapahnya kepada Muhammad SAW
dibalas dengan kasih sayang oleh motivator handal tersebut. Selayaknya kita
harus selalu mendo’akan dan tetap berbuat baik kepada seseorang yang
menghina/menyakiti hati kita kelak kebaikan akan mengalir.
Allah SWT
berfirman,
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
“Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS.
Al-Baqarah: 195)
2. Kisah
Hamba Sahaya Seorang Nasrani yang Sangat Mencintai Rasulullah SAW
Kisah
seorang budak yang paling beruntung dan
menjadi warisan bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam . Setelah
menikah dengan Khodijah radhiallahu’anha, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
memerdekakannya.
Dialah yang
telah merawat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu kecil,
sehingga beliau menganggapnya seperti ibu sendiri. Dan bertambah pula keutamaan
Ummu Aiman dengan adanya Usamah bin Zaid, putra mereka yang menjadi kesayangan
Rasulullah SAW.
Sebelumnya
dalam perjalanan pulang dari mengunjungi saudara-saudara suaminya dari Bani
Najjar di Yatsrib (Madinah), ajal menjemput Aminah binti Wahab. Beliau
meninggalkan putranya yang telah yatim dan baru berumur empat tahun bersama
seorang hamba sahaya.
Hamba
sahaya tersebutlah yang merawat dan menemaninya dalam kesedihan ditinggal sang
ibunda. Ia juga menemani melintasi perjalanan menuju ke Mekah dalam terik
matahari serta panasnya batu dan pasir gurun.
Anak
tersebut ialah Muhammad bin Abdullah (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam)
dan budak itu adalah Ummu Aiman Al-Habasyiyyah radhiallahu’anha. Sebelum
memeluk Islam, seorang hamba sahaya Zaid dilahirkan sebagai seorang Nasrani.
Saat ia masih kecil, ia ikut bepergian dengan ibunya dalam suatu kafilah namun
segerombolan perampok menghadang mereka dan menculik Zaid. Ia kemudian dijual
dan jatuh ditangan Hakim dan ia menghadiahkan Zaid kepada Khadijah, isteri nabi
Muhammad SAW.
Setelah
menikah dengan Rasul, Khadijah menghadiahkan Zaid kepada beliau dan beberapa
orang dari salah satu rombongan haji melihat Zaid. Saat itu beliau berada di
Mekah, kemudian mereka memberitahukan hal tersebut kepada ayah Zaid.
Sang ayah
yang sudah mencari anaknya dan hampir putus asa kemudian pergi ke Mekah untuk
menjemput anaknya meskipun ia harus menebusnya.
Hambah
Sahaya Itu Sangat Mencintai Rasulullah SAW
Pada saat
tiba di Mekah, Rasul bertemu dengan ayah Zaid dan di mata sang ayah yang
terlihat berduka menyentuh hati Rasulullah. Kemudian ia memerdekakan Zaid tanpa
syarat apapun. Meskipun demikian, Zaid menolak untuk pergi. Seraya ia berkata
“Aku tidak
akan pergi, aku lebih mencintai engkau daripada ayah dan ibu kandungku sendiri.”
Ketulusan
hati Rasulullah dengan memerdekakan budak dan mempermudah urusan orang lain
patut untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada Hadits
Riwayat Muslim,
“Barangsiapa
yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak
kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu
kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat
kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang
kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di
akhirat. Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan
menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong
seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.”
3. Kisah
Ketegasan Nabi Muhammad SAW Kepada Seorang Penyair yang Mendapatkan Hidayah
Nabi
Muhammad SAW dapat berperilaku tegas dan tetap dengan kelembutan, sehingga
tidak menyakiti hati umatnya. Beliau tidak pernah berkata maupun berlaku kasar
kepada mereka yang menghinanya.
Adapun
terdapat suatu kisah teladan nabi yang menceritakan tentang bagaimana
Rasulullah memotong lidah seseorang sehingga menyadarkan hati seseorang
tersebut. Beliau memperlakukan umatnya dengan penuh kelembutan hati dan tulus
mewarnai kehidupan disekelilingnya.
Pada saat
Perang Hunain berkecamuk, Nabi Muhammad SAW mengangkat senjata melawan Suku
Hawazin dan Quraisy yang dipimpin oleh Alabak. Kemudian kedua pasukan tersebut
bertempur di medan Hunain, yang jaraknya sekitar tiga mil dari Mekah.
Nabi
Muhammad SAW dan pasukannya berhasil mengalahkan kaum Quraisy dan mendapatkan
banyak harta rampasan perang. Rasulullah sedang membagi-bagikan empat perlima
dari harta rampasan perang yang diperoleh kepada orang-orang ikut berperang seperti
biasa yang ia lakukan.
Rasulullah
SAW Bertindak Tegas Kepada Seorang Penyair
Kemudian
bagian seperlimanya untuk Rasulullah sendiri dan dibagikannya kepada anggota
keluarga yang beliau kehendaki. Dari salah seorang penerima yakni, Abbas
seorang penyair merasa tidak puas atas apa yang ia peroleh.
Kemudian ia
mengumpat Rasulullah SAW dengan cara membacakan syair yang tidak mengenakkan
hati. Rasulullah SAW pun mendengar syair tersebut kemudian tersenyum dan seraya
berkata
“Bawa orang
itu pergi dari sini dan potong saja lidahnya!”
Pada saat
itu Umar sedang marah melihat perbuatan Abbas yang hampir saja melaksanakan
perintah Rasulullah untuk memotong lidahnya. Seketika Ali tiba-tiba menyeret
Abbas dan membawanya ke lapangan dimana binatang ternak rampasan dikumpulkan.
“Ambillah
sebanyak yang kau mau”
“Apa?
(Tanya Abbas kepada Ali dengan rasa tak percaya).”
“Beginikah
cara Nabi memotong lidahku? Demi Allah, aku tidak akan mengambil sedikitpun
harta ini. (kata Abbas sambil menahan malu).”
Sejak saat
itu ia pun menyusun dan membacakan syair kecuali yang berisi pujian kepada
Rasulullah SAW. Hidayah menyelimuti hati Abbas menjadi umat yang berperilaku
terpuji dan bertutur kata dengan baik atas karena ketegasan Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT
berfirman,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ
تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ
Artinya:
“Muhammad
itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”
(Al-Fath :
29)
4. Kisah
Kepemimpinan Rasulullah, Mengayomi dan Penuh Empati
Suatu hari,
para sahabat mendengar seperti ada suara sendi-sendir bergesekan saat sedang
solat. Usai solat, sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW
“Ya
Rasulullah, apakah engkau sakit?
Rasulullah
menjawab, “tidak, saya tidak sakit.”
Sahabat
masih penasaran karena suaranya terdengar jelas. Mereka bertanya kembali, “sungguh
tadi ketika solat kami mendengar suara sendiri dan sendiri bergesekan. Ada apa
gerangan?”
Lalu,
Rasulullah menjawab, “sesungguhnya saya sedang menahan lapar,”
Ketika
bajunya disingkap, terdapat kerikil-kerikil yang diikat di perutnya Rasulullah
sebagai upaya menahan lapar. Bunyi gesekan berasal dari kerikil tersebut.
Lantas, para sahabat bertanya keheranan,
“kenapa
tidak bilang? Kami punya makanan. Anda bilang, kami kasih.”
Rasulullah
berujar bahwa beliau tidak ingin menjadi pemimpin yang membebani umatnya.
“Saya tahu
kalian pasti akan kasih. Jangankan makanan, harta dan nyawa kalian pasti kalian
kasih sebagai bukti cinta kalian. Tapi, bagaimana nanti waktu saya menghadap
Allah? Bagaimana saya menyembunyikan rasa malu saya ketika saya mejadi pemimpn
yang menjadi beban untuk orang-orang yang dipimpin? Jadi, biarlah rasa lapar
ini menjadi hadiah Allah buat saya. Semoga umat saya tidak kelaparan di dunia,
lebih-lebih tidak kelaparan di akhirat.”
Para
sahabat yang mendengar ujaran Nabi Muhammad SAW tertegun karena kepemimpinan
Rasulullah SAW mengutamakan kebahagiaan umatnya terlebih dahulu.
Allahumma
sholli ‘alaa sayyidina Muhammad wa alaa ‘alii Muhammad
5. Sifat
Nabi Muhammad SAW yang Senantiasa Memberi Meskipun Dalam Keadaan Sakit
Roda
berputar mengayuhkan kehidupan Rasulullah yang penuh dengan nilai kehidupan
suri tauladan. Pada saat kondisi kesehatan Rasulullah semakin memburuk karena
sakit yang beliau derita.
Beliau
bertanya pada Aisyah Ra tentang uang yang ia titipkan padanya sebelum ia
menderita sakit. Beliau lupa bahwa ia pernah menitipkan uang dan teringat saat
penyakit ada pada dirinya.
Kemudian
Nabi Muhammad bertanya dengan suara parau,
“Aisyah,
dimana uang yang pernah kutitipkan padamu sebelum sakit?”
Lalu
Rasulullah berkata kembali
“Tolong kau
bagikan uang itu di jalan Allah. Karena aku akan malu bertemu Allah SWT yang
dicintai, sedangkan dirumahnya masih ada timbunan dan simpanan uang.”
Nabi
Muhammad SAW selalu bersedekah dan memudahkan urusan umat disekitarnya, bahkan
ia selalu mengajak umatnya menuju jalan kebaikan.
Allah SWT
berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS.
Al-Baqarah 2:261)
Demikianlah
kisah teladan Nabi Muhammad SAW sang motivator handal yang patut untuk
dijadikan kunci kesuksesan dalam kehidupan kita. Rangkailah jemari kehidupan dengan
mengimplementasikan perilaku dan budi pekerti yang baik seperti Rasulullah
dalam berjuang di jalan Allah.
Resonansikanlah
untuk menggetarkan kebaikan dan manfaat kepada sesama seperti Beliau. Kobarkan
semangat untuk berdakwah menjadi penerus Nabi Muhammad SAW untuk mencapai
rahmat dan ridho Allah SWT.
By Ustadz H.
Ahmad Fauzi Qosim, S.S., M.A., M.M.
0 komentar:
Posting Komentar