Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Senin, 31 Oktober 2022

Meminta Beasiswa

Meminta Beasiswa

 

Pemerintah memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi agar dapat melanjutkan proses belajar mereka. Maka jika seorang pelajar berprestasi mengajukan beasiswa kepada pemerintah maka ini termasuk tasawwul yang diperbolehkan.

 

Dari Samurah bin Jundab t bahwa Rasulullah e bersabda:

 

إِنَّ الْمَسَائِلَ كُدُوحٌ يَكْدَحُ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ فَمَنْ شَاءَ كَدَحَ وَجْهَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَ إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ ذَا سُلْطَانٍ أَوْ شَيْئًا لَا يَجِدُ مِنْهُ بُدًّا

 

“Sesungguhnya meminta-minta adalah cabikan yang mana seseorang mencabik-cabik wajahnya dengan meminta-minta. Maka barangsiapa yang mau, maka silakan mencabik-cabik wajahnya dan barangsiapa yang mau maka silakan ia tinggalkan. Kecuali seseorang meminta kepada pemilik kekuasaan (pemerintah) atau ia meminta sesuatu yang harus dipenuhi.” (HR. An-Nasa’i: 2552, Abu Dawud: 1396, Ahmad: 19353 dan di-shahih-kan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahihul Jami’: 6695).

 

Al-Allamah Muhammad Abdur Rahman Al-Mubarakfuri berkata:

 

)إلا أن يسأل الرجل ذا سلطان( أي ذا حكم وسلطنة بيده بيت المال فيسأل حقه فيعطيه منه إن كان مستحقا

 

“Sabda beliau (Kecuali seseorang meminta kepada pemilik kekuasaan) maksudnya adalah seseorang yang memiliki wewenang hukum dan kekuasaan yang memegang Baitul Mal maka ia meminta haknya dan ia diberikan haknya dari Baitul Mal kalau ia termasuk orang yang berhak.” (Tuhfatul Ahwadzi: 3/290).

 

Al-Allamah Abuth Thayyib Al-Azhim Abadi berkata:

 

وفيه دليل على جواز سؤال السلطان من الزكاة أو الخمس أو بيت المال أو نحو ذلك فيخص به عموم أدلة تحريم السؤال

 

“Di dalam hadits ini terdapat dalil diperbolehkannya meminta penguasa dari harta zakat atau khumus atau Baitul mal atau yang lainnya. Maka hadits ini mengecualikan keumuman dalil-dalil yang melarang meminta-minta.” (Aunul Ma’bud: 5/34).

 

Sekarang timbul pertanyaan: Bagaimana jika pemerintah mendapatkan pemasukan dari pajak dan selainnya seperti bunga bank dan sebagainya? Apakah pemberiannya boleh kita terima? Seperti gaji PNS dan lain-lain?

 

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

 

وكان بعضهم يقول يحرم قبول العطية من السلطان وبعضهم يقول يكره وهو محمول على ما إذا كانت العطية من السلطان الجائر والكراهة محمولة على الورع وهو المشهور من تصرف السلف والله أعلم والتحقيق في المسألة أن من علم كون ماله حلالا فلا ترد عطيته ومن علم كون ماله حراما فتحرم عطيته ومن شك فيه فالاحتياط رده وهو الورع ومن اباحه أخذ بالأصل قال بن المنذر واحتج من رخص فيه بأن الله تعالى قال في اليهود سماعون للكذب أكالون للسحت وقد رهن الشارع درعه عند يهودي مع علمه بذلك وكذلك أخذ الجزية منهم مع العلم بأن أكثر أموالهم من ثمن الخمر والخنزير والمعاملات الفاسدة

 

“Sebagian ulama menyatakan haramnya pemberian dari pemerintah. Sebagian yang lainnya menyatakan makruhnya. Keharaman dipahami jika itu merupakan pemberian dari penguasa yang zhalim. Kemakruhan dipahami atas sikap wara’ dan inilah yang masyhur dari sikap As-Salaf. Wallahu a’lam. Tahqiq dari masalah ini adalah bahwa pemerintah yang diketahui keadaan hartanya yang halal maka pemberiannya jangan ditolak. Dan pemerintah yang diketahui keadaan hartanya yang haram maka pemberiannya haram diterima. Dan pemerintah yang diragukan hartanya maka keadaan hati-hati adalah menolaknya dan itulah sikap wara’.

 

Para ulama yang memperbolehkan menerima pemberian penguasa berpegang pada hukum asal (yaitu hadits di atas, pen). Ibnul Munzhir menyatakan: “Ulama yang memberikan rukhsah untuk meminta dan menerima pemberian penguasa berdalil dengan firman Allah bahwa orang yahudi itu banyak mendengar kedustaan dan banyak memakan harta haram.[1] Tetapi Rasulullah e sendiri menggadaikan baju besinya kepada orang yahudi (untuk mendapatkan gandum)[2] padahal beliau mengetahui praktik haram si yahudi tersebut. Demikian pula memungut Al-Jizyah dari mereka[3] padahal diketahui bahwa kebanyakan harta mereka adalah dari hasil penjualan khamer, babi dan muamalah yang rusak.” (Fathul Bari: 3/338).

 

Sehingga hukum asal menerima beasiswa dan gaji bagi PNS adalah halal.

https://sulaifi.wordpress.com

Memberi Pinjaman yang Baik dan Memberi Makan Termasuk Amalan Muta’addi

Memberi Pinjaman yang Baik dan Memberi Makan Termasuk Amalan Muta’addi

 

 

Kita lanjut lagi amalan muta’addi yaitu memberi pinjaman yang baik dan memberi makan.

Contoh Amalan Muta’addi #11: Al-Qordh Al-Hasan (Peminjaman Utang yang Baik) dan Memberikan Tenggang Waktu bagi yang Susah

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً

 

“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada seorang muslim suatu pinjaman sebanyak dua kali, maka ia seperti telah bersedekah sekali.” (HR. Ibnu Majah, no. 2430. Dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini sahih lighairihi).

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ قَبْلَ أَنْ يَحِلَّ الدَّيْنُ , فَإِذَا حَلَّ الدَّيْنُ فَأَنْظَرَهُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ مِثْلَيْهِ صَدَقَةٌ

 

“Barangsiapa memberi tenggang waktu pada orang yang berada dalam kesulitan, maka setiap hari sebelum batas waktu pelunasan,  dia akan dinilai telah bersedekah. Jika utangnya belum bisa dilunasi lagi, lalu dia masih memberikan tenggang waktu setelah jatuh tempo, maka setiap harinya dia akan dinilai telah bersedekah dua kali lipat nilai piutangnya.” (HR. Ahmad, 5:360. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Muslim, perawinya terpercaya termasuk perawi syaikhain kecuali Sulaiman bin Buraidah, ia merupakan perawi Muslim. Syaikh Al-Albani juga menyatakan sanad hadits ini sahih sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 86, 1:170).

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

تَلَقَّتِ الْمَلاَئِكَةُ رُوحَ رَجُلٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ قَالُوا أَعَمِلْتَ مِنَ الْخَيْرِ شَيْئًا قَالَ كُنْتُ آمُرُ فِتْيَانِى أَنْ يُنْظِرُوا وَيَتَجَاوَزُوا عَنِ الْمُوسِرِ قَالَ قَالَ فَتَجَاوَزُوا عَنْهُ

 

“Beberapa malaikat menjumpai ruh orang sebelum kalian untuk mencabut nyawanya. Kemudian mereka mengatakan, ‘Apakah kamu memiliki sedikit dari amal kebajikan?’ Kemudian dia mengatakan, ‘Dulu aku pernah memerintahkan pada budakku untuk memberikan tenggang waktu dan membebaskan utang bagi orang yang berada dalam kemudahan untuk melunasinya.’ Lantas Allah pun memberi ampunan padanya.” (HR. Bukhari, no. 2077)

Contoh Amalan Muta’addi #12: Memberi makan

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

 

أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

 

“Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Islam yang bagaimana yang paling baik?’ Beliau bersabda, ‘Memberi makan (pada yang butuh), juga mengucapkan salam pada orang yang engkau kenal dan tidak engkau kenal.” (HR. Bukhari, no. 12 dan Muslim, no. 39)

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

 

“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” (HR. Tirmidzi, no. 1984. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

فُكُّوا الْعَانِىَ – يَعْنِى الأَسِيرَ – وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ وَعُودُوا الْمَرِيضَ

 

“Bebaskanlah tahanan, berilah makan orang yang lapar, dan jenguklah orang sakit.”(HR. Bukhari, no. 3046)

Referensi:

Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahil. Cetakan kelima, Tahun 1436 H. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Penerbit Madarul Wathan

 

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc 

Artikel Rumaysho.Com

https://rumaysho.com

 

10 Keutamaan Rabiul Awal, Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW

10 Keutamaan Rabiul Awal, Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW

 

IKOBENGKULU.COM - Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat dimuliakan oleh umat muslim. Sebab, di bulan Rabiul Awal ini Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke dunia, tepatnya pada senin, 12 Rabiul Awal di tahun Gajah.

Di bulan Rabilu Awal ini banyak peristiwa penting, seperti, Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah, kemudian dibangunnya masjid pertama kali di dunia ini pada bulan Rabiul Awal, serta pertama kali digelar adanya sholat Jumat, juga wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Selain peristiwa penting tersebut, maka ada sejarah penamaan bulan Rabiul awal dan sejarah sejumlah keutamaan bulan Rabiul Awal lainnya, yang harus kita ketahui. Berikut penjelasannya.

Sejarah Penamaan Bulan Rabiul Awal

Dilansir dari Umma.id, Muhammad Shabri ‘Abd ar-Rahim menulis dalam harian elbalad, jauh sebelum masa Rasulullah SAW. Konon yang pertama kali memberikan nama Rabiul Awaal adalah Kilab bin Murrah, buyut kelima dari Rasulullah SAW.

Ada beberapa cerita yang menjelaskan bahwa mengapa disebut sebagai Rabi’. Satu masa dinamakan Rabi karena pada bulan itu orang-orang Arab sudah mulai berperang kembali dan sedang memuncak.

Sehingga kata Rabi’ mengilustrasikan perang sedang mulai subur dan sudah mulai banyak korban yang berjatuhan.

Ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa bulan Rabiul Awal menggambarkan dari kondisi alam. Kata ar-rabi’ adalah kondisi dimana tanaman sedang sangat subur dan banyak berbuah. Padang rumput menghijau. Masyarakat Arab membagi Rabi’ juga menjadi dua macam, pertama adalah Rabi as-syuhur (bulan musim semi) yaitu bulan Rabiul Awal dan Tsani. Ada juga rabi al-azminah (masa-masa musim semi), dimana musim semi oleh masyarakat Arab dibagi menjadi enam, yaitu kharif (gugur), syitaa (dingin), shafy (panas) dan qayzh (puncak panas) penamaan inilah yang sudah ada sebelum masa Nabi Muhammad SAW

Berikut adalah 10 keutamaan Bulan Rabiul Awal yang perlu diKetahui:

1. Bulan lahirnya pemimpin rahmatan lil alamin

Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang bersejarah bagi umat muslim khususnya pada hari senin bulan Rabiul Awal yang bertepatan pada tahun gajah, dimana telah lahir pemimpin seluruh umat muslim yang menjadi Rahmatan lil’ alamin atau rahmat bagi seluruh alam semesta ini. Dan beliau ini adalah baginda Rasulullah SAW. Allah SAW berfirman : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya ayat 107)

2. Bulan wafatnya Rasulullah SAW

Bulan Rabiul Awal juga merupakan bulan yang sangat mulia itu dikarenakan adanya dua peristiwa sekaligus yang sangat penting yaitu orang yang sangat mulia yang sudah dilahirkan ke dunia dan juga Allah SWT yang mengambil baginda Rasulullah SAW di dunia ini. Atau bisa disebut sebagai bulan wafatnya Rasulullah SAW.

3. Disunnahkannya memperbanyak sholawat di bulan ini

Bulan Rabiul Awal atau bisa juga disebut sebagai bulan mulud ini merupakan bulan yang sering digunakan untuk memperbanyak membaca sholawat dan juga bulan yang banyak memberikan salam pada Rasulullah SAW.

Membaca sholawat tentunya memiliki manfaat yaitu bertujuan untuk membuat hidup menjadi lebih baik lagi selama ada di dunia maupun di akhirat, sehingga ketika membaca sholawat nariyah, maka akan mendapatkan syafa’at dan juga mendapatkan berkah dari Rasulullah SAW.

4. Bulan yang memiliki banyak berkah

Umroh.com merangkum, bulan Rabiul Awal juga menjadi bulan yang paling banyak dimanfaatkan oleh umat muslim, karena sebagai sarana sekaligus berkumpulnya sesama umat muslim di Masjid atau majelis-majelis dan beberapa tempat lainnya yang dimuliakan oleh Allah SWT. Ini bertujuan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menanam, memupuk dan lebih menumbuhkan rasa cinta atau mahabbah kita kepada Rasulullah SAW.

5. Ungkapan kecintaan pada Rasulullah SAW

Bulan Rabiul Awal menjadi bulan dimana bulan untuk mengungkapkan akan kecintaan kita dan kegembiraan dengan adanya Rasulullah SAW. Bahkan bukan hanya orang muslim saja yang mendapatkan kegembiraan tersebut. Orang kafir sekaligus akan mendapatkan manfaat dengan kegembiraan tersebut.

Dalam hadits riwayat Imam al-Bukhori dikisahkan saat Tsuwaibah yakni budak perempuan dari Abu Lahab yang menyampaikan kabar gembira mengenai kelahiran bayi yang sangat mulia dan Abu Lahap segera memerdekakan Tsuwaibah sebagai bentuk dari wujud tanda cinta dan kasih. Karena kegembiraannya tersebut, pada hari kiamat kelak, siksa atas dirinya akan diringankan pada setiap hari senin.

6. Meneguhkan kecintaan pada Rasulullah SAW

Bulan Rabiul Awal juga menjadi bulan untuk mengembalikan keteguhan cinta kita kepada Rasulullah SAW. Bagi setiap orang mukmin, kecintaan pada Rasulullah SAW adalah merupakan satu kewajiban dan salah satu cara untuk meningkatkan sebuah keimanan dan taqwa. Kecintaan pada Rasulullah SAW juga harus berada di barisan yang lain dan harus melebihi segalanya bahkan pada keluarga atau diri sendiri. Berikut merupakan haditsnya : “Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari Muslim)

7. Mendapatkan Rahmat Allah SWT

Memperoleh rahmat Allah SWT yakni berupa taman surga dan juga dibangkitkan bersama-sama dengan para orang yang masuk ke dalam golongan orang yang jujur, orang yang sedang berjuang diagama Allah (mati syahid) dan juga orang-orang yang sholeh. Imam Syafi’I R.A mengatakan :

“Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang sholeh. Dan dia juga akan dimasukkan ke dalam surga na’im.”

8. Memuliakan dan membesarkan Rasulullah SAW

Bulan Rabiul Awal menjadi hari kelahiran Rasulullah SAW dan menjadi hari kebesaran bagi islam, sehingga memiliki banyak arti keindahan tersendiri. Dalam riwayat Qatadah Al Ansari, Rasulullah SAW ditanya mengenai puasa hari senin dan Rasulullah SAW bersabda, “Itulah hari yang dilahirkan aku padanya dan diturunkan kenabian ke atasku.” (Riwayat Muslim dan lainnya.)

9. Melakukan amal kebaikan

Bulan Rabiul Awal juga menjadi bulan untuk melakukan banyak amal kebikan seperti yang dilakukan oleh Abu Lahab dengan memerdekakan Suawaibah. Serta beberapa amal kebaikan yang bisa dilakukan antara lain bersholawa, membaca Al-Quran, bersedakah dan masih banyak lainnya.

10. Dibangkitkan pada hari kiamat

Jika pada Rabiul Awal seseorang dikumpulkan oleh banyak sudara, maka janji Allah SWT adalah akan membangkitkan di saat hari kiamat kelak. Dari 10 Keutamaan Bulan Rabiul Awal ini lah yang menjadi hal terpenting bagi umat muslim ketahui dan juga yang lainnya.***

Iman Kurniawan

https://bengkulu.pikiran-rakyat.com

 

Rabu, 26 Oktober 2022

Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur

Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur

 

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini kami akan mencoba membahas terkait hamba yang bersyukur. Berikut pembahasan lengkapnya.

Apakah Makna Syukur?

Syukur secara bahasa,

 

الثناء على المحسِن بما أَوْلاكَهُ من المعروف

 

“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.

Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:

 

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

 

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal Qarun yang berkata,

 

إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي

 

“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).

Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah

Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Allah Ta’ala berfirman,

 

إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

 

“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).

Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

 

وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

 

“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).

Sehingga orang yang merenungi bahwa Allah adalah Maha Pembalas Kebaikan, dari Rabb kepada Hamba-Nya, ia akan menyadari bahwa tentu lebih layak lagi seorang hamba bersyukur kepada Rabb-Nya atas begitu banyak nikmat yang ia terima.

Syukur Adalah Sifat Para Nabi

Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas limpahan nikmat Allah, walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi dan Rasul Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘Alaihissalam,

 

ذرية من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور

 

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

 

إن إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم

 

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan inilah dia sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,

 

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا

 

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).

 

Syukur Adalah Ibadah

Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman,

 

فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

 

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

 

Allah Ta’ala juga berfirman,

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      

يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا لله إن كنتم إياه تعبدون

 

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Maka bersyukur adalah menjalankan perintah Allah dan enggan bersyukur serta mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.

Buah Manis dari Syukur

Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

 

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

 

وإن تشكروا يرضه لكم

 

“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

 

ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وآمنتم

 

“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,

 

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم

 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim: 7).

Ganjaran Di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

 

وسنجزي الشاكرين

 

“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran: 145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).

Tanda-Tanda Hamba yang Bersyukur

Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat

Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa akan hal ini. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,

 

مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا

 

“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah

Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

 

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

 

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).

Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas diri sendiri).

Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah

Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan riba, dll. Jauh antara pengakuan dan kenyataan. Allah Ta’ala berfirman,

 

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

 

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Tips Agar Menjadi Hamba yang Bersyukur

Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang Lain

Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

لا يشكر الله من لا يشكر الناس

 

“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”).

Beliau juga bersabda,

 

مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

 

“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira doamu tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

مَن صُنِعَ إليهِ معروفٌ فقالَ لفاعلِهِ : جزاكَ اللَّهُ خيرًا فقد أبلغَ في الثَّناءِ

 

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah

Dalam Al-Qur’an sering kali Allah menggugah hati manusia bahwa banyak sekali nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita sadar dan bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

 

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

 

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

Qana’ah

Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

كن وَرِعًا تكن أعبدَ الناسِ ، و كن قنِعًا تكن أشْكَرَ الناسِ

 

“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Sujud Syukur

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat kenikmatan yang begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.

 

عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا لله

 

“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).

Berdzikir

Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

من قال حين يصبح: اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك، فلك الحمد ولك الشكر. فقد أدى شكر يومه، ومن قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته

 

“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”

(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)

Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).

Cara Bersyukur yang Salah

Bersyukur kepada Selain Allah

Sebagian orang ketika mendapat kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa syukur kepada selain Allah, semisal kepada jin yang mengaku penguasa lautan, kepada berhala yang dianggap dewa bumi, atau kepada sesembahan lain selain Allah. Kita katakan kepada mereka,

 

أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا

 

“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur kepada selain Allah. Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah. Dan ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah semata. Tidak ada sekutu baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,

 

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

 

“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah hamba yang bersyukur” (QS. Az-Zumar: 66).

Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama

Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual sah-sah saja selama ritual tersebut diajarkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Misalnya dengan sujud syukur atau dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada bentuk lain ritual rasa syukur yang baik untuk dilakukan tentu sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para sahabat. Lebih lagi sahabat Nabi yang paling fasih dalam urusan agama, paling bersyukur diantara ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara mereka ada yang masih hidup satu abad setelah Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak ada seorang pun yang terpikir untuk membuat ritual semacam perayaan hari ulang tahun, ulang tahun pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai bentuk rasa syukur mereka. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

 

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

 

“Barang siapa yang melakukan amalan (ibadah) yang tidak berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika

“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”

***

Penyusun: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

https://muslim.or.id