Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka
“Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari Api Neraka” (terj. Qs. At-Tahrim ayat 6).
Ayat di atas berisi perintah Allah Ta’ala kepada
orang-orang beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api neraka. Ini
penting menjadi perhatian setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran kesuksesan
dan kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga. “Setiap jiwa akan merasakan kematian, maka
bangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia
telah beruntung”. (terj. Qs. Ali-Imran ayat 185).
Dengan apa dan bagaimana seorang menjaga diri dan
keluarganya dari Api Neraka?
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna “jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah
dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah. Maka
dengannya Allah selamatkan kalian dari api neraka”. Sementara Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada
mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak berkata, makna
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau
memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat
kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah teradap mereka,
memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan membantu mereka dalam urusan
tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau
menghardik mereka”.( Tafsir Ibnu Katsir: 4/391 ).
Bekali Keluarga dengan Ilmu
Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan
dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Dengan ilmu
seseorang mengenali kebaikan dan dapat membedakannya dengan keburukan. Dengan
ilmu pula seorang Muslim dapat mengetahui tugas dan kewajibannya kepada Allah.
Dengan ilmu seorang mengetahui tujuan hidup dan keberadaanya di dunia yang fana
ini. Dengan ilmu juga seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini
dengan benar, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam
mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Bahkan nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menemupuh jalan untuk
mencari ilmu, maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” (terj.
HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung makna dijauhkan dari neraka.
Dalam Islam mencari ilmu hukumnya wajib, sebagaimana
diterangkan oleh banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Diantaranya sebuah hadits yang diriwatkan oleh Ibnu Majah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mencari ilmu hukumnya fardhu
(wajib) bagi setiap Muslim” (terj. HR.
Oleh karena itu dalam ajaran Islam kewajiban seorang
kepala keluarga dalam rangkan membimbing keluarganya menggapai ridha Allah,
selamat dari neraka adalah dengan mengajarkan ilmu kepada mereka. Paling tidak
seorang Muslim belajar Ilmu fardhu ‘ain dan mengajarkannya kepada orang yang
menjadi tanggung jawabnya, yakni anak dan istrinya.
Didik Mereka Menjadi Pribadi Yang Beradab
Seorang Ilmuwan Melayu Syed Naquib al-Attas mengatakan,
Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan
ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu beliau menurut beliau,
solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis
adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib.
Ini penting mejadi perhatian, mengingat pendidikan formal
saat ini telah kehilangan ruh adab. Berbagai kasus kejahatan yang melibatkan
anak-anak muda dan pelajar merupakan salah bukti, lembaga pendidikan formal
hampir gagal menanmkan adab kepada para peserta didik. Oleh karena itu
dibutuhkan pendidikan berbasis adab yang bermula dari pendidikan keluarga.
Karena memang pada asalnya tanggung jawab utama dan pertama pendidikan (ta’lim
dan ta’dib) terhadap anak adalah pada orang tua.
Tentu saja yang dimaksud dengan adab di sini bukan
sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesam manusia. Tetapi adab yang
mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada
orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam
bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak haknya. Memuliakan yang harus
dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan.
Ajak Keluarga Melakukan Ketaatan
Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi diri dan
keluarga dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada Allah dan
meninggalkan maksiat dan menyuruh mereka untuk melakukan hal itu. Karena makna,
“peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan
tinggalkan maskiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan
mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah”,
kata Muqatil dan ad-Dhahak.
Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang
Muslim dan mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan
kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seorang
hamba harus tegak di atas tauhid. Tauhid merupakan kunci syuga dan jalan
keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia
ini. Oleh karena itu seluruh nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk mengajak
manusia mentauhidkan Allah Ta’ala.
Sedangkan shalat merupakan tiang agama dan rukun Islam
yang kedua. Ia juga merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir atau Musyrik.
Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini
adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan
shalat bila telah berusia, dan bila telah berusia sepuluh tahun maka pukullah
jika enggan melakukan shalat”. (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy).
Ayat dan hadits ini menegaskan pentingnya peran orang tua
dalam mendidik anaknya mendirikan shalat. Dalam ayat lain Allah juga
menegaskan, “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah
dalam mengerjakannya”. (terj. Qs. Thaha:132). Para Nabi dan Rasul Allah
(termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan orang-orang
shaleh terdahulu telah mengamalkan ayat ini dengan bersungguh-sungguh dalam
menyuruh keluarga mereka melakukan shalat (Lih. Qs. Maryam: 55, Luqman:17).
Larang Keluargamu Melakukan Maksiat
Selain ilmu, adab, dan perintah melakukan ketaatan, upaya
melindungi dan membentengi diri dari api neraka hendaknya dilakukan pula dengan
melarang mereka dari berbuat maksiat. Hal ini juga meruapkan bagian dari makna
“qu anfusakum wa ahlikum nara”, sebagaimana dikatakan oleh Muqatil dan
Ad-Dhahak.
Maksiat pertama yang harus dihindarkan dari keluarga kita
adalah syirik. Sebab syirik merupakan dosa yang akan menyebabkan pelakukan
kekal dalam neraka. Orang yang melakukan kesyirikan dan meninggal dunia dalam
keadaan tidak bertaubat dari dosa syirik, maka dosanya tidak diampuni (Qs.4:48)
dan ia kekal dalam neraka, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya orang yang
berbua syirik maka Allah haramkan bagina surga dan tempatnya ialah neraka.
Tidak ada bagi orang-oranag dzalim itu penolong sedikitpun”. (terj. Qs. Al-Maidah:72).
Saking besarnya bahaya dosa sirik ini Nabi Ibrahim
‘alaihis sallam memohon secara khusus kepada Allah agar diri dan anak
keturunannya dihindarkan dari kesyirikan. “Dan ingatlah tatkala Ibrahim
berkata, wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan
jauhkan aku serta anak keturunanku dari menyembah berhala”. (terj. Qs.
Ibrahim:35).
Selanjutnya maksiat yang harus dijauhkan oleh seorang
Muslim dari keluarganya adalah dosa-dosa besar seperti riba, zina, khamr, judi,
sihir, dan sebagainya. Lalu kemudian dosa-dosa kecil dan perilaku tercela
lainnya. Dan hendaknya seorang Muslim tidak meremehkan perbuatan dosa, sekecil
apapun dosa tersebut. Karena setiap dosa mengundang kemurkaan Allah Ta’ala.
Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus dan disertai sikap meremehkannya akan
menjelma akan menjadi besar siksanya di sisi Allah.
Bimbing Keluarga Untuk Selalu Ingat Kepada Allah dan
Berdzikir Kepada-Nya
Diantara makna ayat, “jagalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka”, sebagaimana diatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan
melakukan ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat, dan menyuruh mereka
untuk berdzikir kepada Allah. Beliau menyebutkan dzikir, padahal dzikir
merupakan bagian dari ketaatan terhadap perintah Allah (misal, Qs. Al-Baqarah:152,
Qs. Al-Ahzab:41, Qs. Al-A’raf: 205, dsb). Hal ini untuk menekankan pentingnya
ibadah dzikir dalam kehidupan seorang hamba. Sebab dzikir merupakan sebab
memperoleh ampunan (maghfirah) dan pahala yang besar (Qs. 33:35), sumber dan
kunci ketenangan hati (Qs. 13:28)
Dalam banyak haditsnya Rassulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga menyebutkan fadhilah (keutamaan) dan kedudukan dzikir. Diantaranya
sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidziy dan Ibnu Majah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa dzikir merupakan
sebaik-baik amalan, paling suci di sisi Allah, mengangkat derajat seorang hamba
di sisi Allah, dan lebih baik dari menginfakkan emas, dan perak, dan lebih baik
dari bertemu dan berperang melawan musuh. Dalam hadits lain Nabi mempermisalkan
orang berdzikir seperti orang hidup dan orang yang tidak berdzikir seperti
orang mati.
Selain itu ibadah dzikir juga memiliki banyak manfaat,
baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah
menyebutkan sampai enam puluh manfat dzikir dalam kaitabnya al-wabilus Shayyib.
Oleh karena itu sepantasnya seorang Muslim khususnya kepala keluarga
menganjurkan keluaganya; anak dan istrinya untuk memperbanyak dzikir kepada
Allah. Hal ini termasuk salah satu lamgkah seorang menghindarkan keluaranya
dari neraka.
Oleh
Ustadz Syamsuddin Lahanufi, S.Pd.I., M.Pd.I.
0 komentar:
Posting Komentar