Hinanya Hati yang
Keras
أَفَمَنْ
شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ
فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ
Maka apakah
orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu
ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh.
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata [az-Zumar/39:22]
RINGKASAN TAFSIR[1]
“Maka
apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama
Islam”, yaitu dengan dipermudah untuk mengenal-Nya, bertauhid kepada-Nya, taat
akan perintah-Nya dan menjadi bertambah semangat untuk mengerjakan ajaran
Islam. Dan ini adalah pertanda yang baik bagi seseorang.
“Lalu ia
mendapat cahaya dari Rabb-nya”, yaitu cahaya kebenaran yang membuat hatinya
bertambah yakin. Apakah mereka itu sama dengan orang yang hatinya keras? Tentu
saja tidak sama.
“Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh”,
yaitu mereka yang hatinya tidak lunak ketika diingatkan akan Allâh, tidak
khusyû’, tidak paham, tidak sadar dan selalu membangkang.
“Mereka itu
dalam kesesatan yang nyata” yang akan mengantarkan mereka kepada kebinasaan.
HATI
MEMILIKI SIFAT
Setiap
manusia memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut pun bisa
berubah-ubah setiap waktu. Begitu pula hati, dia pun memiliki sifat. Hati bisa
menjadi sehat dan juga bisa menjadi sakit. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allâh penyakitnya .... [al-Baqarah/2:10]
Hati juga
bisa menjadi lunak dan juga bisa menjadi sekeras batu. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ
مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
Kemudian
setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi
[al-Baqarah/2:74]
Begitu pula
hati bisa mengkilap, bersinar dan bisa juga menjadi hitam kelam sebagaimana
diterangkan di beberapa hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Oleh
karena itu, sebisa mungkin seorang Muslim memperhatikan kondisi hatinya setiap
saat, jangan sampai menjadi hati yang keras atau mulai mengeras sehingga nantinya
akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Na’ûdzu billâhi min dzâlik.
BAHAYA HATI
YANG KERAS
Ayat di
atas dengan jelas menerangkan bahwa orang yang hatinya keras sangat tercela dan
dalam kesesatan yang nyata. Mâlik bin Dînâr rahimahullah pernah berkata,
"Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar
daripada hatinya yang dijadikan keras. Tidaklah Allâh Azza wa Jalla marah
terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya dari
mereka.[2]
TANDA-TANDA
HATI YANG KERAS ATAU MULAI MENGERAS
Hati yang
keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1.
Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan
suatu kemaksiatan.
2. Tidak
terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat al-Qur’ân yang dibacakan. Berbeda dengan
kaum mu’minîn, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’ân
atau diingatkan akan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman yang
artinya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal. [al-Anfâl/8:2]
3. Tidak
terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan
oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh berfirman yang artinya:
أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ
يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا
هُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan
tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali
atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula)
mengambil pelajaran? [at-Taubah/9:126]
4. Tidak
merasa takut akan janji dan ancaman Allâh Azza wa Jalla
5.
Bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya di atas akhirat
6. Tidak
tenang hatinya dan selalu merasa gundah
7. Bertambahnya
dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ
اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allâh memalingkan hati mereka. Dan
Allâh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik [ash-Shaf/61:5]
8. Tidak
mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar.
SEBAB-SEBAB
KERASNYA HATI
Hati
menjadi keras tentu ada penyebabnya. Penyebab-penyebab kerasnya hati di antaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Kesyirikan, Kekufuran Dan Kemunafikan.
Inilah
sebab yang paling besar yang dapat menutupi hati seseorang dari menerima
kebenaran. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ
الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ
سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
Akan Kami
masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, karena mereka telah
mempersekutukan Allâh dengan sesuatu yang Allâh sendiri tidak menurunkan
keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim [Ali ‘Imrân/3:151]
2.
Melanggar Perjanjian Yang Dibuat Kepada Allâh Azza wa Jalla
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ
مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
(Tetapi)
karena mereka melanggar janjinya, maka kami laknat mereka, dan kami jadikan
hati mereka keras membatu. [al-Mâ-idah/5:13]
Ketika
menafsirkan ayat ini, Syaikh Abu Bakr Al-Jazâiri, “Melanggarnya (perjanjian)
dengan (car) tidak konsisten dengan apa yang ada di dalamnya yang berupa
perintah dan larangan.”[3]
3. Tertawa
Berlebihan
Nabi
Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُكْثِرُوا الضَّحِكَ ،
فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Janganlah
kalian banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati [4]
4. Banyak
Berbicara Dan Banyak Makan
Bisyr bin
al-Hârits pernah berkata, "(Ada) dua hal yang dapat mengeraskan hati:
banyak berbicara dan banyak makan.”[5]
5. Banyak
Melakukan Dosa
Nabi
Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا
أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ ، صُقِلَ قَلْبُهُ ، فَإِنْ زَادَ ، زَادَتْ ، فَذَلِكَ الرَّانُ
الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ : [[ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ
مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ]]
Sesungguhnya
seorang Mukmin jika melakukan dosa, maka akan ada bintik hitam di hatinya. Jika
dia bertaubat dan berhenti (dari dosa tersebut) serta memohon ampunan, maka
hatinya akan mengkilap. Apabila dia terus melakukan dosa, maka bertambah pula
noktah hitam itu. Itu adalah ar-rân (penutup) yang disebutkan oleh Allâh di
kitab-Nya: ‘Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutupi hati mereka [al-Muthaffifîn/83:14]
6. Lalai
Dari Ketaatan
Allâh Azza
wa Jalla berfirman yang artinya:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ
بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allâh), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allâh) dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allâh). Mereka itu seperti
binatang-binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah
orang-orang yang lalai [al-A’râf/7:179]
7. Nyanyian
Dan Alat Musik
‘Abdullâh
bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata:
الْغِنَاءُ يُنْبِتُ
النِّفَاقَ فِى الْقَلْبِ
Lagu-laguan
menumbuhkan kemunafikan di dalam hati [6]
8. Suara
Wanita Yang Menggoda
Allâh Azza
wa Jalla berfirman :
إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا
تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا
مَعْرُوفًا
Maka
janganlah kamu tunduk (menghaluskan suara) dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan
yang baik [al-Ahzâb/33:32]
9.
Melakukan Hal-Hal Yang Merusak Hati
Hal-hal
yang merusak hati sangatlah banyak. Akan tetapi, dari semua itu ada lima hal
yang menjadi faktor perusak hati. Kelima hal tersebut sebagaimana dikatakan
oleh Ibnul-Qayyim rahimahullah : “Adapun lima hal yang merusak hati adalah
banyak bergaul (berkumpul dengan manusia), (banyak) berangan-angan, tergantung
kepada selain Allâh Azza wa Jalla , kekenyangan (banyak makan) dan (banyak)
tidur. Inilah kelima hal utama yang dapat merusak hati ”[7]
OBAT HATI
YANG KERAS
Hati yang
keras juga memiliki obat agar dia bisa kembali melunak. Berikut ini adalah
beberapa hal yang dapat melunakkan hati:
1. Beriman
kepada Allâh Azza wa Jalla dan selalu meningkatkan keimanan.
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ
يَهْدِ قَلْبَهُ
Barangsiapa
yang beriman kepada Allâh niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya
[at-Taghâbun/64:11]
2. Banyak
mengingat Allâh (ber-dzikr) dan membaca al-Qur’ân dengan men-tadabburi-nya
(memahami dan merenungi maknanya).
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah! Hanya dengan mengingati Allâh-lah hati menjadi tenteram
[ar-Ra’d/13 : 28]
3. Belajar
ilmu syar’i (ilmu agama)
Tidak
diragukan lagi, bahwa ilmu syar’i dapat membimbing seseorang untuk menjadi
hamba Allâh Azza wa Jalla yang bertakwa. Di awal surat Ali ‘Imrân, Allâh Azza
wa Jalla memuji orang-orang yang memiliki ilmu yang dalam. Tahukah pembaca, doa
apakah yang mereka ucapkan? Doa yang diucapkan oleh mereka adalah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
Ya Rabb
kami, janganlah Engkau jadikan hati-hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau, karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia) [Ali
‘Imrân/3:8]
Merekalah
yang lebih tahu akan Rabb-nya bila dibandingkan orang-orang awam dan mereka
juga lebih tahu bahwa hati manusia bisa berubah-ubah, sehingga mereka berdoa
dengan doa tersebut.
4.
Berlindung kepada Allâh dari hati yang tidak khusyû’ dengan doa yang telah
diajarkan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam , yang berbunyi:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ
بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ
تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allâh!
Aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyû’, dari jiwa yang tidak kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan[8]
5. Berbuat
baik terhadap anak yatim dan orang miskin
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya seseorang mengadu kepada Nabi
Sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hatinya yang keras. Beliau Sallallahu
‘alaihi wa sallam pun bersabda:
إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ
قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ
Jika engkau
ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah
kepala anak yatim [9]
6. Banyak
mengingat kematian
Diriwayatkan
dari Shafiyah Radhiyallahu anhuma bahwasanya seorang wanita mendatangi ‘Âisyah
Radhiyallahu anhuma dan mengadukan keadaan hatinya yang keras. Kemudian ‘Âisyah
pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, engkau akan mendapatkan apa yang
kau inginkan.” Kemudian wanita itu pun mengerjakannya. Setelah itu, dia pun
mendapatkan petunjuk di hatinya dan bersyukur kepada ‘Âisyah radhiallâhu
'anhâ.[10]
Sa’îd bin
Jubair[11] dan Rabî’ bin Abi Râsyid[12] rahimahumallâh pernah berkata:
لَوْ فَارَقَ ذِكْرُ
الْمَوْتِ قَلْبِي سَاعَةً خَشِيت أَنْ يَفْسُدَ قَلْبِي
Seandainya
mengingat kematian terpisah dari hatiku sekejap saja, saya takut hatiku akan
menjadi rusak
7. Banyak
berziarah kubur
Abu Thâlib,
seorang murid Imam Ahmad, pernah berkata, “Seorang laki-laki pernah bertanya
kepada Abu ‘Abdillâh (Imam Ahmad) tentang bagaimana melunakkan hatinya. Beliau
pun menjawab, ‘Masuklah ke dalam pemakaman dan usaplah kepala anak
yatim.’.”[13]
8.
Menghadiri majlis ta’lim dan majlis nasihat
Menghadiri
majlis-majlis seperti ini sangat berpengaruh terhadap hati manusia. Mari kita
perhatikan apa yang dikatakan oleh al-‘Irbâdh bin Sâriyah Radhiyallahu anhu,
“Pada suatu hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat,
kemudian menghadap ke kami dan memberikan nasihat yang sangat menyentuh, yang
membuat mata-mata menangis dan hati-hati menjadi takut.”[14]
9. Menjauhi
sebab-sebab terjadinya fitnah dan dosa
Agar hati
kita tidak menjadi keras, maka kita berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi
sebab-sebab terjadinya dosa atau fitnah. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla
melarang para Sahabat bertanya atau meminta sesuatu hal kepada istri-istri Nabi
Sallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali dari belakang tabir.
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ
مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ
لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Dan apabila
kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan
hati mereka [al-Ahzâb/33:53]
Imam Ahmad
rahimahullah pernah ditanya oleh seseorang, “Dengan apa hati bisa menjadi
lunak?” Kemudian beliau pun menjawab, “Ya bunayya (wahai anakku)! Dengan makan
makananan yang halal.”[15]
11. Shalat
malam
12.
Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allâh di waktu sahûr (sebelum Subuh)
13.
Berteman dengan orang-orang yang soleh,
Ibrâhim
al-Khawwâsh rahimahullah pernah berkata:
دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ
أَشْيَاء : قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ, وَخَلَاءُ الْبَطْنِ, وَقِيَامُ
اللَّيْلِ, وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحْرِ, وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ
Obat hati
ada lima macam, yaitu: membaca al-Qur’ân dengan men-tadabburi-nya, mengosongkan
perut, shalat malam, mendekatkan diri (kepada Allâh) di waktu sahûr dan
duduk-duduk (berteman) dengan orang-orang yang soleh[16]
KESIMPULAN
1. Hati
memiliki sifat-sifat yang bisa berubah-ubah.
2. Orang
yang telah dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam dan taat kepada Allâh
tidak sama dengan orang yang berhati keras.
3. Orang
yang berhati keras akan mendapatkan ancaman yang sangat besar
4. Orang
yang berhati keras memiliki sifat-sifat tertentu seperti yang sudah dipaparkan
di atas. Seyogyanya seorang Muslim selalu melakukan introspeksi diri.
5. Hati
bisa menjadi keras disebabkan oleh beberapa hal. Oleh karena itu, sebisa
mungkin kita menjauhi sebab-sebab tersebut.
6. Hati
yang keras pun dapat diobati dengan berbagai cara yang telah disebutkan.
7.
Orang-orang yang telah terjerumus kepada kemaksiatan atau merasa bahwa hatinya
sangat keras, maka harus segera bertaubat dan Allâh akan mengampuni orang-orang
yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.
Mudahan
bermanfaat dan mudah-mudahan Allâh selalu menjaga hati kita agar tetap lunak.
Amin.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَطَاعَتِكَ. آمِيْن
DAFTAR
PUSTAKA
1. Aisarut-Tafâsîr li kalâm
‘Aliyil-Kabîr. Jâbir bin Musa Al-Jazâiri.
2. At-Tahrîr wa At-Tanwîr. Muhammad
Ath-Thâhir bin 'Âsyûr. 1997. Tunusia: Dar Sahnûn.
3. Dzammu Qaswatil-Qalb. Al-Hâfizh
Ibnu Rajab Al-Hanbali dan muqaddimah muhaqqiq-nya, Abu Maryam Thâriq bin ‘Âtif
Hijâzi. Dâr Ibni Rajab.
4. Dzammul-Hawâ. ‘Abdurrahmân bin
Abil-Hasan al-Jauzi. Tahqîq : Mushthafâ ‘Abdul-Wâhid.
5. Jâmi'ul-Bayân fî ta'wîlil-Qur'ân.
Muhammad bin Jarîr ath-Thabari. Beirut: Muassasah ar-Risâlah.
6. Ma'âlimut-tanzîl. Abu Muhammad
al-Husain bin Mas'ûd al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyâdh:Dâr Ath-Thaibah.
7. Madârijus-Sâlikîn. Ibnu Qayyim
al-Jauziyah. Beirut: Dâru Ihyâ’ At-Turâts Al-‘Arabi.
8. Syu’abul-Îmân. Ahmad bin Al-Husain
Al-Baihaqi. 2003 M/1423 H. Riyâdh: Maktabatur-Rusyd.
9. Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm. Ismâ'îl
bin 'Umar bin Katsir. 1420 H/1999 M. Riyâdh: Dâr Ath-Thaibah.
10. Dan sumber-sumber lain yang
sebagian besar telah dicantumkan di footnotes.
Oleh
Ustadz Abu Ahmad Said Yai
_______
Footnote
[1]. Diringkas dari Tafsîr at-Thabari
XXI/277-278, Tafsîr Ibni Katsîr III/334-336 dan VII/93 dan at-Tahrîr wa
At-Tanwîr XXIV/63-64.
[2]. Ma’âlimut-Tanzîl VII/115.
[3]. Aisarut-Tafâsîr I/338.
[4]. HR. Ibnu Mâjah no. 4193 dan yang
lainnya (Dinyatakan shahîh oleh Syaikh Al-Albâni di Shahîh Ibni Mâjah).
[5]. Hilyatul-Auliyâ’ VIII/350 .
[6]. HR. al-Baihaqi dalam
Syu’abil-Îmân VII/107 dan yang lainnya (Hadîts mauqûf ini dinyatakan shahîh
isnâd-nya oleh Syaikh Al-Albâni dalam Silsilah Adh-Dha’îfah ketika men-takhrîj
hadîts no. 2430).
[7]. Madârijus-Sâlikîn I/343.
[8]. HR. Muslim no. 7081 dan yang
lainnya.
[9]. HR. Ahmad no. 7576 dan 9018.
Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah no. 854.
[10]. HR. Ibnu Abi ad-Dunya (takhrîj
ini dinukil dari kitab Dzammu Qaswatil-qalb).
[11]. HR. Ahmad dalam az-Zuhd no.
2006, Hilyatul-Auliya’ IV/276 dan yang lainnya.
[12]. HR. Ibnu Abi Syaibah dalam
al-Mushannaf XIII/562 dan yang lainnya.
[13]. Thabaqât al-Hanâbilah I/39.
[14]. HR. Abu Dâwud no. 4607,
at-Tirmidzi no. 2676 dan Ibnu Mâjah no. 43 (Hadîts ini dinyatakan shahîh oleh
Syaikh Al-Albâni dalam Shahih Abi Dâwûd).
[15]. Hilyatul-Auliyâ’ IX/182.
[16]. Dzammul-Hawâ I/70.
0 komentar:
Posting Komentar