Orang Yang Sakit
Selayaknya Bergembira
“Mengapa sakit saya tidak sembuh-sembuh?”
”Mengapa sakit saya sedemikian beratnya?”
“Kenapa mesti saya yang sakit?”
Mungkin inilah sebagian perkataan atau bisikan setan yang
terbesit dalam hati orang yang sakit. Perlu kita ketahui bahwa sakit merupakan
takdir Allah dan menurut akidah (kepercayaan) seorang muslim yang beriman bahwa
semua takdir Allah itu baik dan ada hikmahnya, berikut ini tulisan ringkas yang
senoga bisa mencerahkan hati orang-orang yang sakit yang selayaknya mereka
bergembira
Sakit adalah ujian, cobaan dan takdir Allah
Hendaknya orang yang sakit memahami bahwa sakit adalah
ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan
kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda
kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا
ابْتَلاَهُمْ،
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ
الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“sesungguhnya
pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah
mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa
yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka
(menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”[1]
Dan beliau
shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللهُ
بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا
وَإِذَا أَرَادَ اللهُ
بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Apabila
Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan
siksaan baginya di dunia”[2]
Mari
renungkan hadits ini, apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada
kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi
di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat
ganda. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat
dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah
menurunkannya berupa penyakit.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ
قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ
وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. [3]
Ujian juga
merupakan takdir Allah yang wajib diterima minimal dengan kesabaran,
Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur. Semua
manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak
pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap
ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk
menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan
hamba-Nya.
Sakit
manghapuskan dosa-dosa kita
Orang yang
sakit juga selayaknya semakin bergembira mendengar berita ini karena kesusahan,
kesedihan dan rasa sakit karena penyakit yang ia rasakan akan menghapus
dosa-dosanya. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ
أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا
تَحُطُّ
“Setiap
muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”[4]
Dan beliau
shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ
الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ،
حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛
إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[5]
Bergembiralah
saudaraku, bagaimana tidak, hanya karena sakit tertusuk duri saja dosa-dosa
kita terhapus. Sakitnya tertusuk duri tidak sebanding dengan sakit karena
penyakit yang kita rasakan sekarang.
Sekali lagi
bergembiralah, karena bisa jadi dengan penyakit ini kita akan bersih dari dosa
bahkan tidak mempunyai dosa sama sekali, kita tidak punya timbangan dosa, kita
menjadi suci sebagaimana anak yang baru lahir. Nabi shallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda,
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ
بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ
حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا
عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Cobaan
akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada
anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa
sedikitpun.”[6]
Hadits ini
sangat cocok bagi orang yang mempunyai penyakit kronis yang tidak bisa
diharapkan kesembuhannya dan vonis dokter mengatakan umurnya tinggal hitungan
minggu, hari bahkan jam. Ia khawatir penyakit ini menjadi sebab kematiannya.
Hendaknya ia bergembira, karena bisa jadi ia menghadap Allah suci tanpa dosa.
Artinya surga telah menunggunya.
Melihat
besarnya keutamaan tersebut, pada hari kiamat nanti, banyak orang yang
berandai-andai jika mereka ditimpakan musibah di dunia sehingga menghapus
dosa-dosa mereka dan diberikan pahala kesabaran. Nabi shallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda,
يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ
مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ
أَهْلِ الْبَلاَءِ.
”Manusia
pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di
dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa
cobaan di dunia.”[7]
Bagaimana
kita tidak gembira dengan berita ini, orang-orang yang tahu kita sakit,
orang-orang yang menjenguk kita ,orang-orang yang menjaga kita sakit, kelak di hari kiamat sangat ingin terbaring
lemah seperti kita tertimpa penyakit.
Meskipun
sakit, pahala tetap mengalir
Mungkin ada
beberapa dari kita yang tatkala tertimpa penyakit bersedih karena tidak bisa
malakukan aktivitas, tidak bisa belajar, tidak bisa mencari nafkah dan tidak
bisa melakukan ibadah sehari-hari yang biasa kita lakukan. Bergembiralah karena
Allah ternyata tetap menuliskan pahala ibadah bagi kita yang biasa kita lakukan
sehari-hari. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إذا مرض العبد أو سافر كتب له
مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا
“Apabila
seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya
pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.”[8]
Subhanallah,
kita sedang berbaring dan beristirahat akan tetapi pahala kita terus mengalir,
apalagi yang menghalangi anda untuk tidak bergembira wahai orang yang sakit.
Sesudah
kesulitan pasti datang kemudahan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْراْْْ, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ً
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.”[9]
Ini
merupakan janji Allah, tidak pernah kita
menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan, semua pasti ada
akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, susah-senang,
lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu hikmah Allah menciptakan
sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat. sebagaimana orang yang makan,
ia tidak bisa menikmati kenyang yang begitu nikmatnya apabila ia tidak
merasakan lapar, jika ia merasa agak kenyang atau kenyang maka selezat apapun
makanan tidak bisa ia nikmati. Begitu juga dengan nikmat kesehatan, kita baru
bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit sehingga kita senantiasa
bersyukur, merasa senang dan tidak pernah melalaikan lagi nikmat kesehatan
serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan melakukan hal-hal yang
bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ
فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua
kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang: nikmat sehat dan waktu
luang.”[10]
Bersabarlah
dan bersabarlah
Kita akan
mendapatkan semua keutamaan tersebut apabila musibah berupa penyakit ini kita
hadapi dengan sabar. Agar kita dapat bersabar, hendaknya kita mengingat
keutamaan bersabar yang sangat banyak. Allah banyak menyebutkan kata-kata sabar
dalam kitab-Nya.
Berikut
adalah beberapa keutamaan bersabar:
Sabar
memiliki keutamaan yang sangat besar di antaranya:
1.
Mendapatkan petunjuk. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada
sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”[11]
2.
Mendapatkan pahala yang sangat besar dan keridhaan Allah.
Allah
Ta’ala berfirman,
“sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabar diberikan pahala bagi mereka tanpa batas.”[12]
3.
Mendapatkan alamat kebaikan dari Allah.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada
seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman baginya di dunia, sedang
apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya maka Dia
menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di hari kiamat.”[13]
4.
Merupakan anugrah yang terbaik
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah
Allah menganugrahkan kepada seseorang sesuatu pemberian yang labih baik dan
lebih lapang daripada kesabaran.”[14]
Hindarilah
hal ini ketika sakit
Ketika
sakit merupakan keadaan dimana seseorang lemah fisik dan psikologis bahkan bisa
membuat lemah iman. Oleh karena itu kita mesti berhati-hati agar kondisi ini
tidak di manfaatkan oleh syaitan. Ada beberapa hal yang harus kita hindari
ketika sakit.
1. berburuk
sangka kepada Allah atau merasa kecewa bahkan marah kepada takdir Allah.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya
Allah azza wa jalla berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba kepada-Ku,
jika ia berprasangka baik, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya. Jika ia
berprasangka buruk, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya.”[15]
2.
Menyebarluaskan kabar sakit dan mengeluhkannya
Merupakan
salah satu tanda tauhid dan keimanan seseorang bahwa ia berusaha hanya
mengeluhkan keadaannya kepada Allah saja, karena hanya Allah yang bisa merubah
semuanya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh merupakan tanda bahwa imannya
sangat tipis. kita boleh mengabarkan bahwa kita sakit tetapi tidak untuk disebarluaskan
dan kita kelauhkan kepada orang banyak
3. membuang
waktu dengan melakukan pekerjaan yang sia-sia selama sakit
Misalnya
banyak menonton acara-acara TV, mendengarkan musik, membaca novel khayalan dan
mistik, hendaknya waktu tersebut di isi dengan muhasabah, merenungi, berdzikir,
membaca Al-Quran dan lain-lain.
4. Tidak
memperhatikan kewajiban menutup aurat
Hal ini
yang paling sering dilalaikan ketika sakit. walaupun sakit tetap saja kita
berusaha menutup aurat kita selama sakit sebisa mungkin. Lebih-lebih bagi
wanita, ia wajib menjaga auratnya misalnya
kaki dan rambutnya dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak dilihat
oleh laki-laki lain misalnya perawat atau dokter laki-laki
5. Berobat
dengan yang haram
Kita tidak
boleh berobat dengan hal-hal yang haram, misalnya dengan obat atau vaksin yang
mengandung babi, berobat dengan air kencing sendiri karena Allah telah
menciptakan obatnya yang halal.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit bersama obatnya, dan menciptakan obat untuk segala
penyakit, maka berobatlah, tetapi jangan menggunakan yang haram.”[16]
Dan
perbuatan haram yang paling berbahaya adalah berobat dengan mendatangi dukun
mantra, dukun berkedok ustadz dan ahli sihir karena ini merupakan bentuk kekafiran
yang bisa mengeluarkan pelakunya dari islam serta kekal di neraka.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
yang mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang ia ucapkan, maka ia telah
kafir terhadap ajaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam”[17].
Sebagai
penutup tulisan ini, berikut jawaban serta jalan keluar dari Allah yang
langsung tertulis dalam kitab-Nya mengenai beberapa keluhan yang muncul dalam
hati manusia yang lemah[18]
–Mengapa
saya di uji (dengan penyakit ini)?
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. 29:2)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.” (QS. 29:3)
-Mengapa
saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan (berupa kesehatan)?
“Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahu, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS. 2:216)
-Mengapa
ujian (penyakit) seberat ini?
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. 2:286)
-Saya mulai
frustasi dengan ujian (penyakit) ini.
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS. 3:139)
-Bagaimanakah
saya menghadapinya?
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung.” (QS. 3:200)
-Apa yang
saya dapatkan dari semua ini?
“Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka,” (QS. 9:111)
-Kepada
siapa Saya berharap?
“Cukuplah
Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan
Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. 9:129)
-Saya sudah
tidak dapat bertahan lagi dan menanggung beban ini!
“Dan jangan
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87)
Penyusun:
dr. Raehanul Bahraen
Sumber:
1. Berbahagialah wahai orang yang sakit, Pustaka At-Tibyan
2. Mutiara faidah kitab tauhid, Ustadz Abu Isa, Pustaka
Muslim
3. Fathul Majid syarh kitabit tauhid, Syaikh Abdurrahman
bin Hasan Alu Syaikh
[1] HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan oleh Al-Imam
Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi
[2] HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik, lihat
Ash-Shahiihah no.1220
[3] Al-Baqarah:155-157
[4] HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651
[5] HR. Muslim no. 2572
[6] HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan
hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565
no. 2399
[7] HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206.
[8] HR. Bukhari dalam
shahihnya
[9] Alam Nasyrah:
5-6
[10] HR. Bukhari, no: 5933
[11] At Thaghabun: 11
[12] Az-Zumar:10
[13] HR. Tirmidzi no.2396 dalam kitabuz zuhd, Bab “
Tentang Sabar Terhadap Ujian”, dan dia berkata, “Ini hadist hasan gharib”,
Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (I/349), IV/376, 377)
[14] HR. Bukhari no. 1469 dalam kitabuz Zakat, Bab
“menghindari diri untuk tidak meminta-minta”, dan Muslim no.2471 dalam Kitabuz
Zakat, Bab “Keutamaan Menjaga Kehormatan dan Sabar”
[15] HR. Ahmad dan Ibnu Hibban
[16] HR. Abu Dawud
[17] HR. Ahmad di dalam Al-Musnad (II/429). Al-Hakim
(I/8) dari Abu Hurairah secara marfu’.
[18] Sumber ini kami dapatkan di file komputer kami, kami
tidak tahu penulisnya. jika tahu, kami akan meminta izin untuk menukilnya.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Halloo kami dari ARENADOMINO ingin mengajak anda semua pecinta games poker untuk bermain disini permainan fairplay menanti anda semua dan 100% no robot player vs player
yuk silahkan langsung bermain dengan kami proses mudah cepat dan nyaman jika kesulitan dalam pendaftaran dapat juga dibantu ya bisa dari live chat ataupun dari WA +855 96 4967353 silahkan ..
Posting Komentar